Contents
Aladin On The Way (Season 2)
Part 6
Bab 6
Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.
Tok ... Tok ... Tok ...,"
"Silahkan masuk!"
"Rendy?" ucap Aurel kaget menemui Rendy sedang sibuk di ruangan Al.
"Aurel? Silakan masuk."
Aurel pun melangkah menghampiri Rendy.
"Kamu lagi sibuk ya? Al kemana? Dari kemarin aku nggak ketemu dia," tanya Aurel.
"Iya, Pak Al sedag baby moon dengan Bu Andin di Bali, makanya saya yang menggantikan posisi beliau selama beliau di sana."
"Oh gitu, hebat ya kamu sebagai asisten, kamu memang mampu menghandle segala urusan atasan kamu, Al memang nggak salah dalam memilih seseorang yang dia pekerjakan," puji Aurel.
Rendy tersenyum "Ah, kamu bisa aja.
Oiya Kamu ada perlu apa sama Pak Al?mungkin nanti bisa saya sampaikan?"
"Oh aku nggak ada sih, cuma mau tau kabar Al, kebetulan aku seharusnya ada jadwal vitting baju jam 11, dan ternyata diundur jadi jam 1, jadi ya dari pada lama nunggunya aku pikir ada baiknya mampir ke ruangan Al, aku dan Al juga sudah lama nggak pernah ngobrol kan. Tapi Ternyata dia sedang babymoon, it's okelah. Btw apa aku ganggu kamu, Ren?" tanya Aurel.
"Ehm nggak kok, Aurel nggak ganggu, Pak Al mungkin untuk seminggu ke depan ada di Bali."
"Oh gitu, lumayan lama juga ya, mereka di Bali bagian mana ya? Dulu aku sering ada job pemotretan di Bali, maklum angle di sana kan memang bagus."
"Iya benar sekali. Pasti pesona alam Bali sangat serasi jika di padukan dengan kecantikan model seprti kamu," puji Rendy.
Aurel tampak tersenyum salah tingkah, namun pembawaannya yang berwibawa membuatnya mampu menyembunyikan kesaltingannya.
"Ternyata selain pandai berbisnis, kamu juga pandai ngegombal ya," celetuk Aurel.
Rendy menundukkan wajahnya sejenak, sembari menyembunyikan senyum manisnya, kemudian kembali mengangkat wajahnya dan memberanikan memandang mata Aurel.
"Saya bicara apa adanya, Mbak."
Singkat, padat dan jelas, membuat Aurel tak mampu lagi menyembunyikan salah tingkahnya.
"Ya udah, kita kembali ke topik ya, jadi Al sama Andin di mana?" tanya Aurel mengalihkan pembicaraan.
"Kalau Pak Al sama Bu Andin mereka di pulau Paradiso."
Aurel tampak heran. "Pulau ... Paradiso?" Kayanya aku baru dengar?" tanyanya.
Rendy tersenyum "Betul, pulau paradiso memang pulau kecil yang letaknya terpencil di Bali, pulau ini dibeli Pak Al beberapa tahun lalu sebagai aset pribadinya, dan beliau hadiahkan untuk Bu Andin saat perayaan anniversary mereka yang ke-6 bulan."
"Wooow ... Hadiah annivnya sebuah pulau? Amazing ya kalau sultan yang anniv," kelakar Aurel.
Rendy hanya tersenyum tanda setuju.
"But, aku ikut bahagia lihat Al dan Andin, mereka sangat serasi, Andin sangat beruntung ya mendapatkan Al," ungkap Aurel tulus.
"Iya, dan Pak Al juga sangat beruntung mendapatkan Bu Andin. Apa yang mereka rasakan sekarang setimpal dengan perjuangan dan pengorbanan mereka dulu.
Mereka sama-sama beruntung bisa saling bersama dan memiliki," ungkap Rendy mengenang cerita cinta Al dan Andin.
"Sepertinya kamu banyak tau ya tentang cerita mereka. Tapi satu hal yang aku tangkap dari ungkapan kamu barusan, Ren. Apa itu artinya menurutmu, nilai sebuah cinta itu tergantung pada perjuangan dan pengorbanannya?" tanya Aurel ingin tau mengenai pemahaman cinta versi Rendy.
Rendy tampak terdiam sejenak, lalu menjawab.
"Tidak juga, cinta bisa dinilai dari banyak aspek, dari sisi perjuangan dan pengorbanan itu hanya salah satunya. Cinta bisadi nilai dari ketulusannya, kemurniannya, kesetiaannya, dan masih banyak lagi.
Tapi untuk persoalan perjuangan dan pengorbanan, menurut saya dua hal itu bisa menjadikan sebuah rasa cinta menjadi lebih bermakna.
Suatu hal yang didapatkan melalui banyak perjuangan dan pengorbanan akan terasa lebih berharga, dibandingkan dengan sesuatu yang didapat dengan mudah atau bahkan cuma cuma.
Contoh saja, ketika saya ingin meraih sebuah jabatan dalam suatu perusahaan, dengan bersusah payah dan bekerja keras, memperbaiki kualitas diri, memperbaiki kinerja dsb, lalu kemudian saya berhasil mencapai jabatan itu, maka saya akan merasa puas dan bangga atas pencapaian saya, saya akan memanfaatkan jabatan saya sebaik mungkin, menghargai jabatan saya karena mengingat bagaimana perjuangan saya untuk mencapainya. Saya akan melakukan yang terbaik dalam segala hal dalam pekerjaan saya.
Berbeda dengan ketika saya tiba-tiba di naikkan jabatan hanya karena saya termasuk anggota keluarga CEO nya misalnya. Bisa saja saya akan terlena, bekerja semau saya, sehingga sulit bagi saya untuk menghargai pencapaian saya, karena dalam mencapainya saya tak memerlukan kerja keras, tidak perlu berjuang dan berkorban.
Kira-kira seperti itu gambarannya," ucap Rendy menjelaskan panjang lebar.
Aurel tersenyum bangga mendengar pemaparan Rendy yang begitu gamblang, dalam hatinya ia tidak bisa memungkiri, bahwa pria di hadapannya ini sungguh sangat mengagumkan.
"Ya, Ren, kamu benar, aku setuju."
"Oiya, kamu sendiri lagi sering jadwal kesini ya beberapa hari ini?" tanya Rendy mulai mengalihkan pembicaraan.
"Iya, Ren, kan Maharatu mau lounching produk terbarunya, jadi aku banyak jadwal di maharatu," jawab Aurel.
"Iya bener juga sih."
Tiba-tiba Hp Rendy berbunyi.
"Dari Maharatu," ucap Rendy sembari memandang Aurel dan memberi isyarat untuk berpamit mengangkat telfon.
Aurel pun mempersilakan.
Rendy mengangkat telfon dari Maharatu.
Dan berselang 3 menit Rendy mengakhiri panggilan nya.
"Kenapa, Ren?" tanya Aurel
"Tim maharatu ngajakin meeting untuk tempat fotoshoot BA, ya kamulah pastinya. untuk produk-produk terbaru nanti," jawab Rendy
"Oh gitu, jadi itu tugas kamu juga?"
"Seharusnya tugas team sih, cuma keputusan kan tetap ada di tangan Pak Al, setelah mempertimbangkan banyak hal pastinya, karna sementara waktu saya yang menggantikan posisi Pak Al, jadi saya yang harus menghadiri meeting itu, tentunya dengan arahan dari Pak Al," jelas Rendy
"Oiya kamu bisa tunggu saja di sini, saya juga nggak lama kok meetingnya, gimana? Ehm, barang kali setelah saya meeting kita bisa ngopi bareng atau makan siang bareng? sembari menunggu kamu jadwal viting kamu, gimana?" tawar Rendy malu-malu.
"Ehm, tapi kamu nggak lama 'kan ya?"
"Insyaallah nggak kok, ini saya tinggal laporan ke Pak Al, semoga Pak Al ada masukan yang bagus. Setelah selesai saya langsung balik ke sini, gimana? Kamu mau?" tanya Rendy lagi.
"Ya, oke, boleh juga, aku tunggu di sini ya."
"Oke , ya udah, saya telfon Pak Al dulu, setelah itu saya langsung ke ruang meeting ya"
"Oh iya silakan, Ren."
*******Fyg*******
Andin keluar dari kamar mandi sembari mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk, dan berjalan ke arah meja rias untuk mengambil hairdryer.
Namun langkahnya terhenti tatkala melihat Al berdiri tegap di depan ranjang dengan memandanginya lekat.
"Kamu ngapain berdiri di situ sih, Mas? Ngapain liatin aku?" tanya Andin heran.
"Kamu cantik, Ndin," puji Al.
"Nggak usah ngerayu aku ya, Mas, tetep aja mataharinya nggak akan mau tenggelam dan terbit lagi sekarang juga," gerutu Andin.
Al tersenyum, lalu mendekati Andin.
"Kamu ini kenapa sih? Saya nggak sedang merayu kamu, Ndin ... saya bicara apa adanya. Kamu memang cantik," puji Al sekali lagi.
"Dengan perut buncit dan pembengkakan badan di mana-mana ini kamu bilang aku cantik, Mas? Gombal aja kamu ya Mas ...."
"Hey, kamu ngomong apa sih? Memang benar sejak kamu hamil aura kecantikan kamu justru lebih menguar, Ndin," sangkal Al cepat.
Pipi Andin tampak memerah mendengar pujian Al, suasana hatinya mulai membaik.
Al tersenyum melihat respon tubuh Andin.
"Ndin, saya punya sesuatu untuk kamu. "
"Apa?" tanya Andin singkat.
Al lalu mengeluarkan buket bunga matahari yang ia sembunyikan di balik badanya. Kemudian memberikan kepada Andin.
"Maaf atas moment matahari terbit yang terlewatkan, saya harap kecantikan bunga matahari ini mampu menerbitkan senyuman di bibir matahari saya," rayu Al membuat Andin kelimpungan.
Note : Kisah awal pertemuan Aurel dan Rendy bisa dibaca di cerita Aladin On The Way Reborn yang sudah tayang lebih awal ya.