Contents
Aladin On The Way (Season 2)
Part 4
Bab 4
"Diapain, Mak?" tanya Al bingung.
"Blonyoi, Pak," Mak Konah menegaskan sekali lagi.
"Mak Konah itu kalau ngomong yang benar dong, diapakan saya 'kan nggak ngerti," keluh Al.
"Diblonyoi itu dikasih minyak kayu putih yang banyak, Pak, di seluruh kaki yang bengkak," tutur Mak Konah menjelaskan.
"Mungkin maksud Mak Konah dibaluri, Mas," celetuk Andin.
"Nah itu maksud saya, Pak, maaf ya, Pak Al, saya ngertinya bahasa jawa. Pak Al dan Bu Andin nggak usah cemas, biar Mak Konah ambilkan minyak kayu putih dulu ya, sebentar ya," pamit Mak Konah kemudian berlalu pergi.
Beberapa saat kemudian, Mak Konah kembali dengan membawa minyak kayu putih di tangannya.
"Maaf Bu Andin, Mak Konah blonyoi ya kakinya," pamit Mak Konab.
"Jangan Mak, makasih banget ya, Mak, tapi biar Mas Al aja, ini kan tugas Mas Al sebagai suami siaga," tolak Andin tak enak hati.
"Oh begitu ya, kalau begitu ini minyak kayu putihnya, Pak Al," ucap Mak Konah mengulurkan minyak ditangannya.
"Makasih ya Mak," jawab Al seraya menerima minyak kayu putih tersebut.
"Saya permisi ya Pak Al, Bu Andin, Mak mau bantu chef Syalala menyiapkan makan malam dulu," pamit Mak Konah.
"Silahkan, Mak, Makasih ya," jawab Andin.
"Sama-sama Bu Andin."
Mak Konah pun berlalu meninggalkan Al dan Andin. Sedang Al mulai membaluri kaki Andin dengan minyak kayu putih, secara perlahan dan penuh kelembutan.
Andin menikmati belaian lembut Al dikakinya, dan entah kenapa pikiran Andin jadi melayang jauh.
"Sejak melihat Mas Al berkeringat tadi, entah kenapa pikiranku jadi ke arah sana terus ya? Ya Allah apa aku sangat menginginkan itu? Kenapa keinginan itu muncul dengan menggebu-gebu seolah tak bisa kubendung lagi sekarang? Cukup, Ndin, cukup fokus sama kesehatan kamu dan anak dalam perut kamu," batin Andin.
"Kenapa, Ndin?"
"Ehm, nggak apa-apa kok, Mas."
"Kamu tidur aja, saya akan bangunin kamu kalau dokter udah datang ya," ucap Al menyarankan.
Andin hanya mengangguk dan tersenyum.
Namun ketika Andin baru saja akan memejamkan matanya tiba-tiba seseorang mengetuk pintu kamar.
"Sebentar ya, Ndin," Al bejalan ke arah pintu lalu membuka pintu kamar.
"Maaf, Pak Al, ini dokter kandungannya sudah datang," ucap Bu Nini.
"Oh, oke Bu Nini makasih ya, dokter silakan masuk," Al mempersilahkan.
"Terima kasih, Pak, maaf sebelumnya saya dokter Riana, ada yang bisa saya bantu?"
"In, Dok, istri saya kakinya bengkak-bengkak, kenapa ya, Dok? ini tadi saya balurin minyak kayu putih," tutur Al menjelaskan kondisi istrinya.
"Oh baik, kalau boleh tau apa ada gejala lainnya yang dirasakan, Bu?"
"Ehm, nggak ada sih, Dok hanya kecapekan aja, mungkin karna kami baru saja menempuh perjalanan jauh," jelas Andin.
"Baik, jadi begini, Pak, Bu, kaki bengkak itu sebenarnya suatu hal yang wajar bagi Ibu hamil, biasanya karena terlalu banyak jalan atau berdiri, hal ini disebabkan karna jaringan di kaki mengalami penumpukan cairan, janin yang membesar juga membuat pembuluh darah tertekan, sehingga aliran darah dari kaki ke jantung akan melambat," ucap Dokter menjelaskan.
"Oh jadi nggak bahaya 'kan Dok?" tanya Al memastikan.
"Selama tidak diikuti oleh keluhan lainnya seperti sakit kepala, pandangan kabur, sulit bernapas hingga nyeri dada, maka tidak bahaya kok Pak," jelas Dokter Riana membuat Al tenang.
"Baik, Dok, saya paham. Lalu bagaimana cara mengatasinya, Dok?"
"Gampang ko,k Bu, Ibu hanya cukup mencari posisi yang aman dan nyaman, berbaring menghadap kiri adalah posisi yang direkomendasikan, jika duduk usahakan agar posisi kaki lebih tinggi. Nah mungkin baiknya di kaki Ibu ini diletakkan bantal di bagian bawah agar posisi kaki bisa lebih tinggi," ucap Dokter memberi saran.
"Ehm, baik, Dokter, saya paham."
"Saya periksa dulu ya Bu."
"Silakan, Dokter."
Dokter memeriksa Andin dengan seksama, sementara Al menemani Andin dengan setia.
"Baik Bu, Alhamdulillah semua normal. Jika tidak ada keluhan artinya semua baik-baik saja Bu, Pak, cuma mengingat kandungan sudah masuk trimester kedua sebaiknya Ibu jangan terlalu lelah ya, rileks, jangan stress berlebihan, banyak istirahat dan makan makanan bergizi," pesan Dokter.
"Alhamdulillah, baik, Dok."
"Ibu sudah ada vitamin?"
"Sudah, Dok, kebetulan dokter kami di Jakarta sebelum berangkat sudah memberikan beberapa vitamin untuk saya."
"Baik kalau begitu saya nggak perlu menambahkan ya, Bu, jika terjadi apa-apa atau jika ada keluhan selama Bapak Ibu disini silahkan hubungi saya lagi."
"Baik, Dokter, terima kasih banyak."
"Sama-sama, Pak, kalau begitu saya permisi ya. Ibu sehat-sehat ya, semoga lancar selama proses kehamilan hingga persalinan nanti."
"Aamiin, terima kasih, Dokter. Oiya, Dok boleh saya bertanya sesuatu? agak pribadi sekali tapi, Dok," ucap Andin menimbulkan tanya.
"Silahkan Bu, ada apa?"
"Ehm kira-kira, di usia kandungan saya yang sekarang, apakah aman untuk saya melakukan hubungan suami istri?" tanya Andin tersipu malu.
Mendengar pertanyaan Andin, seketika Al terkejut dengan sedikit memerah di pipnnya.
"Andin ngapain sih nanya begitu. Gue 'kan jadi malu, ntar dikira Dokter gue lagi yang maksa maksa Andin buat ngelakuin itu, padahal sejak Andin hamil sampai sekarang, sekalipun gue belum pernah menyentuh Andin untuk melakukan itu. Karena gue takut akan terjadi apa-apa pada Andin dan calon anak kami. Ya ... walaupun sebenarnya gue juga nahan-nahan sih," keluh Al dalam hati.
Dokter tersenyum.
"Sebenarnya melakukan hubungan suami istri di masa kehamilan itu tidak jadi masalah, Bu, selama dilakukan dengan mengikuti aturan yang baik dan benar. dalam artian setelah melihat kondisi ibu hamil itu sendiri , umur kandungan dan cara melakukannya."
"Maksdnya, Dok?"
"Jadi begini, Bu, pertama kandungan harus sehat dan Ibu hamil tidak punya riwayat pendarahan, maka hubungan suami istri aman untuk dilakukan, tapi sebaiknya, sesudah melewati trimester pertama, karena saat itu kandungan dirasa sudah cukup kuat. Tapi ingat juga, sebaiknya dilakukan dengan hati-hati dan perlahan, perhatikan juga posisi berhubungan, usahakan buat ibu hamil merasa aman dan nyaman untuk melakukan itu, paham 'kan maksud saya Bu?"
"Iya, Dok saya paham," Andin salah tingkah, merasa malu atas pertanyaannya.
"Ada lagi, Bu?"
"Sudah cukup, Dok."
"Baik kalau gitu saya pamit ya Pak, Bu."
"Baik, Dok, terima kasih sekali sudah memeriksa istri saya dan memeberikan banyak penjelasan pada kami terkait masalah kehamilan," jelas Al yang tak kalah bahagia mendengar jawaban dokter.
"Sama-sama, Pak, Bu. Saya permisi ya."
Al kemudian membukakan pintu kamar, sedangkan di luar Bu Nini sudah menunggu.
"Bu Nini tolong atur buat pembayaran dokter Riana ya, sekalian tolong antarkan dokter Riana pulang," pinta Al.
"Baik, Pak Al, akan saya laksanakan sesuai perintah Bapak."
"Sekali lagi terima kasih ya, Bu Dokter, mohon maaf saya tidak bisa mengantar," ucap Al.
"Nggak apa-apa, Pak, permisi."
Bu Nini dan Dokter Riana pun berlalu, Al segera berjalan kembali ke kamarnya.
Jam menunjukkan pukul 20.45, saat Andin dan Al baru saja menyelesaikan makan malamnya di kamar, ya mengingat kondisi Andin yang kelelahan setelah perjalanan, Al meminta untuk menyiapkan makanan mereka di dalam kamar.
"Makasih ya, Mas, karena kamu mau nyuapin aku lagi," ungkap Andin.
"Jangan gitu, itu sudah tugas saya sebagai suami kamu, siap siaga menjaga istri tercinta dan juga anak dalam kandungan kamu. Saya pasti akan lakukan yang terbaik untuk kamu dan anak kita, Ndin. Dan saya senang, Ndin bisa lakukan ini untuk kamu, juga untuk anak kita."
Andin tersenyum mendengar jawaban Al.
"Sebentar ya saya suruh Mak Konah membereskan semua ini."
Beberapa saat kemudian,
Mak Konah tengah membereskan peralatan makan dikamar Al , sembari bekerja , Mak Konah berbincang dengan Al dan Andin
"Jadi sekarang gimana keadaannya, Bu?"
"Alhamdulillah sudah lebih enak, Mak."
"Alhamdulillah, kakinya masih bengkak, Bu?"
"Sudah sedikit lebih kecil dari yang tadi, Mak."
"Alhamdulillah, Mak konah seneng Bu Andin hamil. Sebentar lagi pasti rumah Pak Al dan Bu Andin akan rame suara tangisan bayi, punya anak kecil itu repot, Bu, Pak, tapi menyenangkan lho. Apalagi kalo anak kita sudah tertidur pulas, kita lihat aja capeknya berasa ilang, ya to Bu, Pak?"
"Iya Mak," jawab Andin.
"Jaman sekarang mau lahiran repot ya, Bu, ke dokter lah, rumah sakit lah, belum biayanya ... pasti mahal banget phole, coba jaman dulu, lahiran cukup di dukun beranak, di rumah, nggak repot nggak ribet seperti saat ini. Orang jaman sekarang senenge ribet," ujar Mak Konah dengan logat jawanya.
Al dan Andin yang mendengar hanya diam dan tersenyum mendengar celoteh Mak Konah.