Contents
Aladin On The Way (Season 2)
Part 3
Bab 3
Aladin OTW 2
Al mengecek lagi barang bawaan mereka dan memastikan semua barang-barang Andin tak satupun ada yang ketinggalan.
"Guling kelinci ada, bantal Doraemon ada, sweeter topi beruang juga sudah ada, apa lagi ya?" gumam Al takut ada yang tertinggal.
Al kembali mengingat-ingat apa saja tadi yang Andin katakan "Oh iya, camilan Andin terutama kuaci dan kerupuk sayur,"
Al pun kembali memeriksa barang bawaan Andin.
"Ya, oke semua sudah lengkap, nanti biar aku minta tolong Bu Nini untuk menyuruh orang membawakan semua barang-barang ini,"
Al berjalan mendekati Andin yang tengah menikmati pemandangan sore hari dipulau Paradiso.
"Ndin, kamu mau kita turun sekarang? Atau kamu masih ingin disini?" tanya Al memastikan.
"Pertanyaan yang sama Mas kamu tanyakan ketika pertama kali kita sampai disini, 6 bulan lalu," jawab Andin mengenang masa-masa itu.
Al tersenyum tipis, mengingat 6 bulan yang lalu ketika pertama kali ia membawa Andin kepulau pardiso ini..saat itu Al sedang berusaha untuk meyakinkan Andin, mengembalikan kepercayaan istrinya padanya, dan memperbaiki hubungannya dengan Andin setelah badai huru hara Andin yang mengetahui bahwa Al adalah kakak kandung Roy.
"Mas ... Mas Al ... Kok kamu ngelamun Mas?"
Al yang kaget kembali tersenyum pada Andin dan memegang lembut kepala Andin.
"Nggak kenapa-kenapa ndin, kita turun sekarang?"
"Tapi aku masih ingin disini Mas,"
"Kamu nggak capek? Nggak ingin istirahat dulu? Kita baru aja menempuh perjalanan cukup lama lho ndin, besok kan masih ada waktu kalau kamu ingin melihat matahari tenggelam," rayu Al.
"Tapi aku maunya sekarang Mas," balas Andin merengek manja
"Ya udah ... ya udah kalau kamu masih mau disini, saya temani ya,"
Andin tersenyum, sejak kehamilannya ini suaminya Memang jadi lebih menjaga emosinya dan menuruti semua kemauan Andin
"Mas aku mau duduk,"
"Duduk? Sebentar ya saya kebawah ambil kursi buat kamu,"
"Nggak usah Mas disini aja, duduk melantai disini,"
"Tapi kotor ndin, saya ambilkan kursi dulu ya,"
"Nggak usah Mas. Disini aja nggak apa-apa kok," tolak Andin.
Al menyerah tanpa perlawanan lagi kemudian membantu Andin untuk duduk Dengan memegang tangan Andin dan betapa terkejutnya Al ketika melihat kaki Andin yang bengkak
"Ndin ... ndin, kaki kamu kok bengkak ndin,"
"Iya Mas, kenapa ya?" ucap Andin heran melihat ke kakinya.
"Kita turun sekarang ya kamu istirahat dikamar mungkin karna kamu kelelahan," Al terlihat mulai panik.
Al kemudian menuntun Andin perlahan untuk berjalan menuju kamar mereka, dan dengan sigap Al menggendong tubuh Andin ketika hendak menuruni anak tangga yang lumayan banyak itu.
Mereka menuruni anak tangga yang langsung terhubung ke dalam rumah, Al perlahan-lahan menuruni anak tangga tersebut, sedang Andin hanya diam sembari memandang wajah suaminya yang mulai basah karna keringat.
"Kenapa Mas Al terlihat sangat ganteng dengan keringat bercucuran, aura lelakinya terpampang nyata dan menggoda aku untuk larut dalam pelukannya," batin Andin terpesona oleh ketampanan laki-laki yang tengah menggendongnya.
Andin tersenyum kecil dan semakin mengeratkan tangannya dileher Al dan kepala nya bersandar didada kekar Al, menikmati setiap langkah kaki Al.
"Alhamdulillah Sampe juga," ucap Al ketika menuruni anak tangga terakhir lalu berhenti sesaat untuk mengambil nafas.
"Sampe sini doang Mas?"
"Maksud kamu ndin,"
"Aku mau digendong sampe kamar," renggek Andin lagi.
"Sampe kamar? Iya ... iya,"
Al melanjutkan langkah kakinya menuju kamar mereka, keringat Al semakin bercucuran membasahi wajah dan bajunya, nafas Al mulai tersengal-sengal seolah menandakan dirinya semakin kelelahan menggendong tubuh Andin yang bernyawa double.
"Pak Al," Mak konah terkejut melihat Al dan Andin yang berjalan dari arah belakang.
Al tak menghiraukan Mak konah yang kaget melihat kedatangan mereka, ia hanya mempercepat langkah kakinya menuju kamar
"Mas kok kamu diam aja disapa Mak konah,"
"Yang penting kita sampe kamar dulu ndin,"
Al mendorong pintu kamar dengan kakinya dan membaringkan tubuh Andin dikasur. Setelah itu Al bergegas berlari keluar kamar mencari keberadaan Bu Nini
Sementara itu Bu Nini dan Mak konah nampak sedang berbincang di bale depan rumah.
"Lewat belakang?"
"Benar Bu dan Pak Al menggendong Bu Andin nampak terburu-buru sekali sampai nggak menjawab sapaan saya," ujar Mak Konah heran.
"Trus sekarang pak Al dan Bu Andin ada dimana?"
"Sepertinya dikamar Bu,"
"Oke Mak kita kesana ya, semoga tidak terjadi apa-apa pada dengan Bu Andin,"
Bu Nini dan Mak konah pun segera beranjak menuju kamar Al, tapi baru saja mereka melangkahkan kakinya, betapa terkejutnya Bu Nini dan Mak konah tatkala mendengarkan teriakan Al dari dalam rumah.
"Bu Nini, Bu Nini ... Mak konah," teriak Al sembari berjalan cepat menuju depan rumah.
"Bu ... Bu ... Denger nggak suara teriakan Pak Al memanggil Ibu, mungkinkah terjadi sesuatu pada Bu Andin," ucap Mak Konah panik.
"Iya Mak itu suara teriakan Pak Al, ayo cepat Mak," mereka pun berlari menuju asal teriakan itu.
"Ada apa Pak Al, mohon maaf saya menunggu bapak dan ibu didepan rumah,"
"Bu Nini saya minta tolong sekarang panggilkan dokter kandungan terbaik disini sekarang juga ya," titah Al.
"Baik Pak," ucap Bu Nini tanpa menanyakan apa yang sebenarnya sedang terjadi, Bu Nini berlalu meninggalkan Mak konah dan Al untuk segera mencari dokter kandungan.
"Maaf Pak Al, kalau Mak boleh tau. Apa yang terjadi dengan Bu Andin,"
"Istri saya sedang hamil 5 bulan Mak dan begitu turun dari rooftop tadi kakinya bengkak-bengkak saya khawatir terjadi sesuatu pada istri saya Mak," keluh Al.
"Owalah Mak pikir ada apa, ternyata cuma bengka-bengkak toh," ucap wanita paruh baya itu sembari tersenyum lebar melihat kepanikan Al..
"Lho kok Mak konah malah tertawa, ngetawain saya ya? saya sedang panik Mak," ucap Al ngegas.
"Pak Al mohon maaf, jika Ibu hamil kakinya bengkak-bengkak itu wajar kok, Mak dulu waktu hamil kalo kebanyakan berdiri juga akan seperti itu," ucap Mak Konah menjelaskan.
"Yang benar Mak, jadi nggak apa-apa ya?" tanya Al meyakinkan.
"Iya Pak, saya boleh liat keadaan Bu Andin?" izin Mak Konah.
"Boleh Mak boleh, kita ke kamar saya Mak," ajak Al.
Sesampainya dikamar
"Mas kamu dari mana aja sih, kenapa aku ditinggal sendirian," desis Ansin mulai merajuk.
"Maaf ndin, tadi saya buru-buru mencari Bu Nini supaya Bu Nini memanggil dokter kandungan buat periksa kamu,"
"Iya tapi kamu kan bisa bilang ke aku dulu Mas, nggak langsung pergi gitu aja,"
"Iya ... Iya saya minta maaf ya, oiya ni ada Mak konah. Mak silahkan masuk,"
Mak konah melangkahkan kakinya masuk ke kamar Al.
"Assalamualaikum Bu Andin, apa kabarnya Bu? Alhamdulillah, saya ikut seneng Bu Andin hamil, selamat ya Bu," ucap Mak Konah tersenyum.
"Makasih Mak Konah, Mak Konah apa kabarnya?"
"Saya juga Alhamdulillah baik Bu Andin, oiya kata Pak Al kaki Bu Andin bengkak-bengkak ya, boleh Mak lihat?"
"Iya Mak, silahkan,"
Mak konah melihat kaki Andin dan sekali lagi tersenyum lebar.
"Oh benar ternyata," jawab wanita itu lagi sembari tersenyum lebar.
"Ada apa Mak?" tanya Al
"Seperti tadi saya katakan Pak ini suatu hal yang lumrah terjadi pada Ibu hamil, kalau orang Jawa cukup diblonyoi minyak kayu putih Pak,"
"Diapain, Mak?" tanya Al tak paham.