Contents
Good Romance
Tamu Spesial Hari Pertama di PonPel
Keesokkan harinya, seluruh keluarga Alfahri terkecuali Roy, sudah berkumpul di meja makan.
"Pagi ma" ucap Andin
"Morning sayang" jawabnya
"Hallo Reyna"
"Hallo tante"
Aldebaran, mama Rosa, Kiki, dan Mirna terkejut dengan jawabannya.
"Reyna sayang, tante Andin sekarang sudah jadi mama kamu nak.."
"Tapi pa, mama aku cuma mama Rara. Papa sendiri yang bilang kan, mama itu cuma satu."
"Iya nak, tapi.."
Ucapannya terhenti ketika mama Rosa menyentuh tangannya.
"Sudah Al, biar mama yang nanti jelasin."
"Tapi ini harus dikasih tahu dari awal, biar tidak jadi kebiasaan dan kasihan Andin ma.."
"Iya Al, mama faham. Tapi dia masih kecil, memberitahukannya harus dengan pelan-pelan, tidak bisa dengan cara gitu."
"Tapi ma"
"Percaya sama mama Al"
"Iya ma, tapi secepatnya ya" ucapnya meragukan
"Iya, janji."
Merekapun melanjutkan sarapan. Saat tengah menikmati makanan, Roy menyapanya hangat.
"Pagi semua"
"Pagi om"
"Roy, kamu darimana?"
"Nginep di rumah teman ma"
"Kenapa tidak memberi kabar ke mama?"
"Iya, maaf ya."
"Kamu sudah dewasa Roy, jangan kaya anak kecil." ucap Aldebaran sembari meninggalkan meja makan
"Mas" ucap Andin seraya mengejarnya
"Ayo Reyna" ajak Mirna kepadanya
Tersisa mama Rosa dan Roy.
"Benar apa yang diucapkan abang kamu Roy. Kamu sudah dewasa, janganlah main sampai seharian penuh. Fokus kuliah dan belajar mengurus perusahaan, agar Al ada yang membantu."
"Kan sudah ada Rendi ma"
"Iya tapi" ucapan terhenti ketika Roy menyela obrolan
"Sudahlah, mau lanjut tidur capek."
"Astaga Roy, sampai kapan kamu begini.."
Saat tengah sendiri, Andin menghampirinya.
"Ma, mama kenapa?"
"Tidak apa-apa Ndin. Al sama Reyna mana, sudah berangkat?"
"Sudah ma. Mas Al tadi bilang, biar dia saja yang mengantarnya. Dan mas Al juga minta aku untuk menjaga mama. Mama kalau ada suatu hal, bilang ke aku ya ma."
"Iya sayang"
Saat tengah mengobrol, Kiki menghampirinya dengan memberikan sebuah kue dan memberitahukan jika rumahnya sedang kedatangan tamu seorang perempuan.
"Permisi bu, mbak Andin"
"Iya Ki, ini apa?"
"Kue dari tamu yang di depan bu"
"Tamu, siapa?"
"Kiki tidak tahu bu. Tapi dia bilang kalau dia temannya mas Al"
"Oke, makasih ya Ki"
"Iya bu"
Andin dan mama Rosa bergegas menemuinya. Sesampainya di ruang tamu, mama Rosa merasa familiar dengan perempuan tersebut.
"Pagi bu Rosa"
"Iya, pagi. Maaf dengan siapa?"
"Sebelumnya saya minta maaf bu, sudah bertamu sepagi ini. Saya Katherin bu."
"Oh, Katherin. Iya iya, silakan duduk"
Merekapun berbincang ringan, dan Katherin memberitahukan maksud tujuannya berkunjung.
"Sebelumnya saya ucapkan selamat atas pernikahannya, mbak Andin"
"Iya, terima kasih"
"Selain berkenalan dengan istinya mas Al, saya juga memberikan kue untuk bu Rosa. Semoga masih suka dengan kue buatan saya"
"Iya Kath, terima kasih ya."
"Maaf, kalo saya boleh tahu, mbak Katherin ini siapa ya?"
"Saya tidak ada kewajiban untuk menjawab mbak. Lebih baik mbak Andin tanyakan langsung kepada mas Al. Kalau begitu, saya pamit bu Rosa. Maaf mengganggu waktunya, mari mbak Andin."
"Iya, silakan."
Sepulangnya Katherin, Andin mempertanyakan siapa sebenarnya Katherin. Apakah rekan kerja, teman kuliah, atau dari masa lalunya mas Al?
"Ma"
"Iya sayang"
"Maaf ma, aku mau nanya. Katherin itu siapa ya?"
"Dia masa lalunya Al Ndin. Untuk sebab berakhirnya hubungan mereka, hanya Al dan Katherin yang tahu. Kamu bisa tanyakan ke Al."
"Iya ma"
Setelah memberitahukan Andin, mama Rosa langsung meninggalkannya seorang diri di ruang tamu.
"Kenapa mas Al tidak pernah cerita ya, kalo punya mantan cantik gitu" gumamnya pelan
"Udah cantik, mana tinggi lagi" sambungnya
Saat tengan bergumam sendiri, Roy menyapanya keras.
"Lo kenapa Ndin?"
"Kebetulan banget ada lo Roy. Sini, gue mau nanya"
"Nanya apa?"
"Lo tahu Katherin?
"Iya tahu, kenapa?"
"Memang benar ya, dia dari masa lalunya mas Al?"
"Iya benar. Tapi bukan hanya Katherin, ada lagi. Mana cantik cantik.."
"Cantik cantik?"
"Iya, ada yang jadi model, bintang film juga ada.."
"Masa sih, mas Al kok tidak pernah cerita ya?"
"Dia mah memang gitu, masa lalu disembunyikan semua"
Saat tengah berbincang, mama Rosa menghampiri dan menegur Roy.
"Roy, kamu bicara apa sih?"
"Eh mama. Ini ma, Andin nanya mantan-mantannya Al, termasuk Katherin.."
"Kamu jangan cerita yang tidak-tidak ya Roy"
"Tenang ma, Roy cuma bilang kalo Katherin salah satu mantannya yang cantik dan masih banyak lagi mantannya Al yang cantik-cantik."
"Roy!"
"Udah ma, tidak apa-apa. Lagian, Roy cuma jawab pertanyaan aku kok, tidak lebih.." ucap Andin yang terkesan membelanya
"Roy benar kan ma.."
"Iyalah, terus sekarang kamu mau kemana? Baru pulang udah rapi aja?"
"Mau nongkrong, Roy jalan ya ma."
"Jangan malam-malam pulangnya" ucap mama Rosa keras
"Iya" jawaban yang terdengar samar
Melihat menantu kesayangannya murung, mama Rosa memberinya nasihat dan kebenarannya.
"Jangan fikirkan apa yang Roy bilang ya Ndin, dia memang begitu anaknya. Suka asal ngomongnya."
"Tapi ma, aku jadi penasaran. Katherin itu salah satunya dari masa lalu mas Al, atau satu-satunya sih?"
"Setahu mama sih, satu-satunya. Mama kenal Katherin sewaktu mereka SMA. Ya, masih jamannya anak remaja. Tapi mama yakin, Aldebaran adalah seorang laki-laki setia. Jadi dia tidak mungkin main perempuan, ditambah kesehariannya sibuk di kantor."
"Iya juga sih ma. Ah sudahlah, Andin mau ke dapur."
"Oh, iya. Maaf Ndin, ini sekalian bawa ya.."
"Iya ma.."
Sesampainya di dapur, Andin meletakkan kuenya di atas meja. Dipandangannya kue berwarna coklat pekat tersebut, sembari menyeru..
"Ni kue di kemanakan ya?" ucap kemudian mencobanya
"Hem, enak juga. Jangan sampai mas Al makan ini, nanti yang ada malah minta lagi. Kalo minta lagi, berarti dia ketemu sama Katherin dong. Waduh bahaya ini, yang ada benih-benih cinta malah tumbuh.." sambungnya
"Buang saja kali ya, tapi kalau dibuang sayang."
Saat tengah bimbang perihal kue tersebut, Kiki dan Mirna menghampirinya.
"Pagi bu Andin" sapa Andin
"Nah, kebetulan ada kalian. Ini dimakan ya kuenya"
"Tapi ini dari tamu bu" ucap Kiki
"Iya, tidak apa-apa. Lagian, semuanya kurang suka coklat."
"Oh, baik mbak Andin. Nanti Kiki habiskan, iya kan mbak Mirna?"
"Iya Ki"
"Panggil dia bu, jangan mbak" ucap Mirna berbisik
"Oh iya, terlalu semangat Kiki mbak" jawab Kiki
"Bisik-bisik apa kalian?"
"Oh ini bu, kue sebesar itu tidak mungkin kami habiskan" ucapnya gugup
"Kamu bisa bagikan ke yang depan ya"
"Oh iya bu, siap!"
Setelah itu, mereka mengambil kue tersebut dan langsung menuju gerbang utama, sedangkan Andin masih memilih tetap di dapur.
"Ini harus ngapain ya?"
Saat tengah bimbang dengan apa yang harus dilakukan, tiba-tiba terbesit ide untuk membuat kue.
"Ha, bikin kue aja.."
"Iya, kue. Dulu aku kan sering bantu mama di rumah.." sambungnya
Diambilnya barang dan bahan, ia pun memulai mengerjakannya.