Try new experience
with our app

INSTALL

Misteri kelas IPA 

1. Laki-laki Misterius

Senin pagi, Michelle bangun dari tidur nya dan shock melihat jam weker yang sudah menunjukan pukul 6 tepat.


"Astagaaa ibuu, kenapa ga bangunin El." Dia berteriak dari dalam kamar sambil berlari ke kamar mandi.


"Udah ah, ga usah mandi. Lagian gue udah cantik ini." Dia hanya membasuh mukanya dan gosok gigi.


Dengan cepat dia mengganti baju tidurnya dengan seragam sekolah kemudian dia berlari menuruni tangga sambil menenteng tas dan sepatu nya.


"El, sarapan dulu." Teriak Mila, ibunya Michelle dari arah meja makan.


"Ga sempet bu, ibu sih ga bangunin El." Michelle sibuk memakai sepatu nya di ruang tamu.


"Kamu sih tidur nya kaya kebo, berkali-kali ibu bangunin. Eh ga bangun-bangun." Mila duduk di samping anaknya dan memberikan satu potong roti dan segelas susu hangat.


Michelle dengan cepat meminum susu dan mengambil roti dari tangan ibunya.


"El pamit dulu ya bu." Dia mencium punggung tangan Mila.


"Hati-hati ya El." Mila mengelus ranbut anaknya.


Setelah selesai berpamitan, Michelle berlari sambil memakan roti buatan ibunya.


"Aduhh udah jam setengah tujuh. Kalo naik bis pasti telat, naik angkot juga sama. Naik taksi aja deh." Gerutu Michelle.


Karena terburu-buru, Michelle menyeberang jalan tanpa memperhatikan kendaraan yang lewat sampai-sampai sebuah mobil sport merah hampir menabraknya. Untung saja ada seorang laki-laki yang seusia dengannya sigap menolong Michelle hingga tidak terjadi kecelakaan.


"Hati-hati dong kalo nyebrang." Pengendara mobil tersebut membuka kaca mobilnya dan berteriak ke arah Michelle.


"Sorry sorry." Michelle mengangguk-anggukan kepalanya sambil memposisikan tangannya yang sedang meminta maaf.


Mobil tersebut pun kembali melaju cepat.


"Thanks ya, loe udah nolongin gue." Ucap Michelle kepada laki-laki yang telah menolongnya.


"Iya ga pa pa." Jawab laki-laki itu sambil tersenyum manis.


"Ya udah gue tinggal dulu ya, gue udah telat soalnya."


"Oke, hati-hati ya."


Michelle pun kembali berlari sambil melambaikan tangan dan laki-laki tadi juga membalas lambaian tangan Michelle.


Saat sudah di seberang jalan, Michelle kembali menengok ke arah laki-laki tadi berdiri, namun dia tidak ada di tempatnya. Sudah Michelle cari ke sekeliling, namun dia benar-benar tidak terlihat.


"Cepat sekali perginya." Ucap Michelle.


"Taksii taksi.." Dia melambaikan tangan kanannya untuk memberhentikan taksi yang sedang lewat.


Taksi pun berhenti, Michelle langsung masuk ke dalam.


"SMA 2 Garuda ya pak." Ucap Michelle kepada supir taksi.


Supir taksi kemudian mengangguk dan kembali menjalankan mobilnya dengan cukup cepat.


***


SMA 2 GARUDA


"Aduh Michelle mana sih. Udah mau bel nih tapi belum keliatan juga." Rara teman sebangku nya Michelle sedang mondar mandir depan gerbang sekolah menunggu kehadiran Michelle.


"Ra, ayo masuk sebentar lagi bel." Teriak Tasya dari kejauhan.


"Duluan Sya, gue nunggu Michelle dulu."


"Ya udah, gue masuk duluan ya."


"Oke."


Tasya pun pergi menuju kelas.


Teng teng teng


Terdengar suara bel masuk berbunyi, Rara semakin gelisah karena belum ada tanda-tanda Michelle datang.


"Hey Rara, sudah bel. Kenapa tak masuk?" Tanya pak Togar, salah satu guru di SMA 2 Garuda.


"Nunggu Michelle pak." Jawab Rara sambil tersenyum malu.


"Kau masuk saja dulu, atau nanti mau tak hukum juga kau?" Tegas Pak Togar.


"Ehh nggak nggak pak, saya masuk dulu pak." Rara pun pergi menuju kelas. "Aduh sorry chell gue ga nungguin loe." Gerutu Rara sambil berlari.


***


Setelah turun dari taksi, Michelle berlari namun gerbang sekolah sudah di tutup.


"Pak, tolong bukain pak." Michelle berteriak kepada pak satpam yang sedang berjaga.


"Maaf nona Michelle, ini sudah jam berapa." Pak Budi satpam disana menunjukan jam tangannya.


"Baru juga telat setengah jam pak." Michelle nyengir.


"Ndak, telat 5 menit juga tidak bisa masuk. Apalagi ini telat setengah jam. Mau saya panggil pak Togar."


"Gak pak, ga usah." Michelle cemberut lalu pergi meninggalkan sekolah.


"Telat juga yah." Tiba-tiba seorang laki-laki berdiri di hadapannya sambil tersenyum.


"Eh loe cowo yang tadi nolongin gue ya?" Tanya Michelle.


Laki-laki tersebut hanya tersenyum sambil berjalan.


"Sekolah disini juga?" Tanya Michelle kembali sambil berjalan mengikutinya.


"Iya. Dan sialnya gue juga telat." Jawabnya.


"Pasti gara-gara nolongin gue ya, jadi loe telat."


"Nggak koq, gue tadi bangunnya kesiangan."


"Loe kelas berapa, koq gue ga pernah liat?" Michelle menatapnya tajam.


"Kelas 2 IPS." Jawabnya.


"Oh ya, gue Michelle." Michelle mengulurkan tangannya.


"Rifki." Laki-laki itu membakas uluran tangan Michelle. "Loe anak IPA kan?" Tanyanya.


"Iya." Jawab Michelle sambil tersenyum bahagia.


"Loe koq telat tapi bahagia sih."


"Ya soalnya sekarang ada praktek kimia. Males gue. Makanya untung telat. Hahaha."


Rifki tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.


***


Dikelas IPA.


"Rara, Michelle mana?" Tanya bu Dewi, guru Kimia.


"Ga tau bu, tadi bilangnya sih lagi di jalan tapi sampai sekarang ga nyampe-nyampe." Jawab Rara.


"Pasti telat tuh si Michelle." Sahut Ardi.


"Ya bagus lah, sering-sering aja ga masuk. Biar ga nyeremin." Lanjut yang lainnya.


"Iya, dia kan ind**ie." Canda Nadia.


"Merk mie ga tuh." Teriak Aldino yang disusul oleh tawa semua siswa.


"Kalian ga boleh gitu ih, Michelle kan temen gue." Bela Rara.


"Udah udah, koq kalian jadi ribut sih." Ucap bu Dewi.


"Rara, nanti bilangin ke temen kamu itu nilai praktek kimia nya udah banyak yang kosong. Harus di perbaiki sebelum kenaikan kelas." Bu Dewi menghampiri Rara dan memberikan secarik kertas berisi tugas-tugas praktek kimia Michelle yang belum selesai.


"Baik bu." Rara memasukan kertas tersebut ke dalam tas nya.


Ya, dikelas hanya Rara dan Tasya yang dengan ikhlas menjadi teman Michelle walau terkadang mereka juga merasa ketakutan kalau Michelle tiba-tiba bicara sendiri apalagi sampe kesurupan.


***


"Loe sekarang mau kemana Ki?" Tanya Michelle yang dari tadi mengikuti Rifki dari belakang. Ada hal aneh dari Rifki yang membuat Michelle penasaran.


"Kayanya gue mau pulang deh. Kalo loe?"


"Gue kalo pulang pasti di marahin ibu dan ayah. Gue ikut ke rumah loe ya?"


Mendengar ucapan Michelle, Rifki terkejut dan langsung menghentikan langkahnya.


"Gue ga pernah bawa pulang cewe. Sorry ya." Rifki mempercepat langkahnya hingga Michelle sulit untuk mengimbangi.


Akhirnya Michelle pun menyerah dan menghentikan langkahnya.


"Dasar cowo aneh. Baru kali ini gue liat dia. Murid baru bukan ya?" Tanya nya pada diri sendiri.


"Udah ah, kayanya gue memang harus balik ke sekolah. Siapa tau pak satpam berubah pikiran dan biarin gue masuk." Dia berbalik. "Eh engga deh, mending pulang aja dan ngaku ke ibu daripada ntar ibu tau dari pihak sekolah." Dia kembali berbalik dan melanjutkan langkah nya menuju halte bis.


Beberapa saat kemudian bis yang ia mau tumpangi datang. Dengan cepat dia masuk ke dalam bis tersebut namun ternyata di dalam bis tersebut ada....


Bersambung ke chapter berikut nya ya..


Jangan lupa like dan comment .. ᾗ0ᾗ0


***