Contents
Romantika Kelam
Dara Sakit -7-
Rendra tahu ada yang salah dengan tubuh Dara jika perempuan itu tidak bangun pagi karena mau hari kerja atau hari libur, Dara selalu bangun jam enam pagi. Benar saja dugaannya, perempuan itu jatuh sakit dan hanya ada dua alasan Dara jatuh sakit yaitu telat makan dan rindu mamanya. Semalam setelah bercinta, Dara makan banyak jadi alasan Dara sakit adalah rindu mendiang mamanya.
Rendra langsung mengambil air hangat dan sapu tangan lalu kompres kening Dara. Ia pun membeli sarapan dan obat di apotek karena tahu Dara tidak suka diperiksa dokter. Dara anti dengan dokter setelah kematian mamanya diucapkan oleh dokter.
"Bangun dulu, Dara. Ayo makan lalu minum obat."
Dara menggelengkan kepalanya lalu tiba-tiba meneteskan air matanya. Saat sadar ada Rendra, ia langsung menutup wajahnya dengan selimut dan menangis sepuasnya. Dara tak suka Rendra melihatnya menangis. Rendra menghela nafas lelah saat Dara berubah jadi menyebalkan saat sakit.
"Dara, makan atau aku panggil dokter."
Tidak perlu ancaman kedua kalinya, Dara langsung menurunkan selimut lalu bangun. Ia mulai makan dengan wajah kesal sedangkan Rendra memastikan bahwa Dara memakan habis sarapannya.
Setelah sarapan habis, ia menuntun Dara minum obat. Lalu membasahkan kompres di kening Dara agar tetap hangat.
"Bisa mandi sendiri ga?"
"Engga kuat."
"Ya udah, buka pakaian kamu."
Dara tidak malu lagi dilap badannya oleh Rendra dengan kondisi tak berbusana. Pertama kali ia sakit, canggung dan malu bahkan nekat mandi sendiri walaupun kepala terasa pusing dan pandangan berkunang-kunang, namun saat ia jatuh di kamar mandi karena tak kuat menahan berat badannya hingga kakinya keseleo dan tak bisa jalan seminggu, Dara mulai menyingkirkan rasa malunya dan membiarkan Rendra membersihkan tubuhnya saat sakit.
"Mama kamu udah meninggal, Dara. Percuma ditangisi. Hanya menambah penyakit."
Dara tak peduli dengan ucapan Rendra dan tetap menangis. Hingga akhirnya lelah sendiri dan tertidur setelah Rendra memakaikannya pakaian.
*****
Dara sudah sembuh sehingga Rendra bisa kembali memerintah ini dan itu lagi. Saat ini Dara sedang memijit Rendra yang katanya pegal setelah bekerja seharian dan sibuk merawat Dara saat sakit kemarin.
"Kamu tuh jangan terlalu sering sakit, aku yang capek ngurusin. Nyusahin aja."
"Iya, nanti aku jadi wonderwoman aja biar tetap kuat."
"Bahu bagian kiri dipijat juga, lebih kuat lagi, Dara."
Dara mengikuti arahan dari Rendra. Sedangkan pria itu tampak menikmati pijatan darinya hingga suara bel berbunyi terdengar. Keduanya saling pandang satu sama lain karena merasa tak menunggu tamu di malam hari.
"Biar aku aja yang buka."
Rendra langsung menahan Dara yang hendak membuka pintu, terkadang perempuan itu lupa sudah berganti pakaian dengan gaun malam yang pendek, ketat, dan transparan. Rendra tak mau repot-repot memakai baju karena mengira hanya RT yang meminta iuran kebersihan. Namun alangkah kagetnya ia saat melihat Alina di pintu.
"Kamu ngapain datang ke sini?"
"Kamu habis ngapain aja sama Dara?"
Bukannya menjawab, Alina malah balik bertanya dengan nada cemburu apalagi melihat Rendra tak memakai baju. Pertanyaan Alina membuat Rendra kesal karena merasa perempuan itu tak berhak bertanya hubungan suami istri antara dirinya dan Dara setelah ia memutuskan Alina tadi siang.
"Kamu engga berhak bertanya."
"Setelah mencampakkan aku, kamu kembali ke dia. Kamu pasti senang kan setelah tahu aku engga hamil lalu kamu langsung meninggalkan aku. Jahat kamu, Rendra!"
Alina berteriak penuh emosi dan kini Rendra sadar perempuan itu sedang mabuk, tubuh Alina langsung jatuh di lantai dan tak sadarkan diri. Rendra menutup pintu dan berteriak memanggil Dara.
"Astaga, Alina."
Dara buru-buru keluar kamar setelah mendengar teriakan suaminya. Ia pikir ada hal buruk terjadi, namun saat melihat Rendra yang menggendong Alina yang tak sadarkan diri. Ia bingung harus bereaksi seperti apa karena tak tahu kenapa Alina pingsan.
"Kamu apain dia sampai pingsan?"
"Kamu nuduh aku melukainya?! Dia mabuk lalu pingsan, aku engga berbuat apapun."
"Oh."
"Cepat ambil air."
Dara bergegas mengambil air tanpa bertanya lagi karena ia tahu Rendra sudah kesal setelah mendengar tuduhannya. Rendra menuangkan air itu ke wajah Alina dan membuat perempuan itu kaget lalu tersadar. Terlihat masih linglung dan menatap Rendra serta Dara bergantian. Dara tersenyum canggung sedangkan Rendra menatap datar.
"Kamu sudah sadar, keluar dari rumahku sekarang!"
"Rendra... aku engga mau hubungan kita berakhir. Aku mau tetap sama kamu, aku cinta kamu. Tolong jangan tinggalkan aku."
Alina terus memohon dengan berurai air mata, setelah aksi marah-marahnya tak membuat keputusan Rendra berubah, ia mengubah strateginya agar Rendra kasihan padanya. Bahkan ia rela bersujud di kaki pria itu. Namun usahanya tetap gagal, pria itu menyeretnya keluar dari rumah ini.
Dara hanya diam memperhatikan, menatap kasihan pada Alina yang mengingatkannya pada masa lalunya saat mengemis pernikahan pada Rendra. Namun Dara tak tahu jika Alina menggunakan rasa kasihannya untuk kepentingan wanita itu. Terbukti, Alina langsung memohon pada Dara dan kini memeluk kaki Dara.
"Dara, aku mohon tinggalkan Rendra. Kamu engga mencintainya kan? Sedangkan aku mencintai Rendra, kamu bisa hidup tanpa Rendra. Tapi aku engga bisa. Aku lebih membutuhkan Rendra."
"Alina, jangan memohon seperti ini. Ayo berdiri."
Diam-diam Alina tersenyum miring karena korbannya sudah masuk perangkap. Sedangkan Rendra sudah jengkel dengan Dara yang terlalu baik untuk ukuran istri sah yang menghadapi selingkuhan.
"Kamu mau kan melepaskan Rendra?"
"Rendra itu suamiku dan aku engga akan melepaskannya karena hanya Rendra yang punya hak untuk melepaskan dan mengakhiri semuanya."