Contents
Romantika Kelam
Ayah Tiri -5-
Lama tak bertemu, tiba-tiba berhembus kabar buruk dari Dara dan sudah menyebar luas di seluruh kantor. Dara dianiaya ayah tirinya bahkan nyaris diperkosa. Berita itu menyebar setelah Dara berlari ke kantor dengan pakaian robek dan luka lebam di sekujur tubuhnya, wanita itu menangis sambil meminta pertolongan satpam yang menjaga di pos satpam. Rumah Dara dekat kantor sehingga perempuan itu memutuskan mencari pertolongan ke kantor walaupun harus menahan malu, ia tak tahu lagi harus meminta pertolongan siapa setelah ibunya meninggal dan tetangganya takut pada ayah tirinya.
"Pak Satpam, tolong saya. Pria itu mau menyakiti saya dan mau memperkosa saya. Saya... saya takut."
"Astaga, Mbak Dara. Kok bisa begini? Tenang, Mbak. Ada saya dan yang lain, Mbak engga perlu takut. Saya akan lapor polisi."
Seluruh karyawan kantor berkumpul di luar dan menyaksikan bagaimana pria tua mabuk yang merupakan ayah tiri Dara berusaha membawa pulang Dara dan dihalangi oleh satpam, bahkan pegawai pria sambil menunggu polisi datang.
"Pergi, Bajingan! Jangan sentuh saya!"
Dara berteriak penuh kebencian sambil meronta saat tangannya dipegang oleh Hanom, ayah tirinya. Ia berhasil diamankan dan berada di pelukan pegawai perempuan. Suasana semakin memburuk saat salah satu satpam dipukul dengan botol kaca minuman alkohol oleh Hanom hingga tak sadarkan diri. Bahkan Hanom mengancam akan membunuh satpam satu lagi yang berada dalam dekapannya jika Dara tidak kembali padanya.
"Kembali ke saya, Dara! Atau dia akan mati!"
"Jangan mau, Mbak Dara. Pria ini gila, dia bisa menyakiti Mbak Dara lebih jauh lagi. Saya engga masalah terluka, Mbak."
Satpam tersebut bahkan berani berkorban untuk Dara, namun Dara tak bisa jadi alasan kematian orang lain lagi setelah ibunya. Ia hendak menyerahkan diri namun Rendra lebih dulu datang dan menendang Hanom dari belakang, Rendra dengan sigap mematikan pergerakan Hanom lalu mengikat tangannya dengan dasi. Akhirnya polisi datang dan memenjarakan Hanom.
Sejenak tatapan Dara dan Rendra bertemu, sebelum akhirnya Dara menurunkan pandangannya karena malu menatap Rendra di saat kondisi terburuknya.
"Terima kasih, Pak."
Setelah kejadian itu, Dara selalu menjauhi Rendra. Dia bahkan rela naik tangga agar tidak satu lift dengan pria itu. Ia tahu apa yang ada di pikiran Rendra tentangnya, pria itu pasti berpikir bahwa ia wanita murahan yang suka berganti pria dan membuat drama.
Sebulan kemudian, Dara dekat dengan rekan kerja prianya, Jarsa. Pria itu baik, sederhana, walaupun tidak tampan. Bahkan pria itu sudah memiliki niat menikahi Dara walaupun tahu masa lalu Dara. Dara pun tak menolak karena ia ingin punya kehidupan yang lebih baik. Namun sebelum ia datang kencan bersama Jarsa, Rendra menemuinya di parkiran kantor.
"Saya mau menikahi kamu, Dara. Tapi ada satu syarat, kamu engga boleh melarang saya berhubungan dengan perempuan lain dan tidak boleh menuntut apapun dalam pernikahan kita, termasuk cinta."
"Kenapa tiba-tiba Bapak setuju menikah dengan saya? Bapak kasihan dengan saya?" tanya Dara yang penasaran dengan alasan Rendra berubah pikiran.
"Saya bahkan engga peduli dengan apa yang menimpa kamu. Mama saya sedang sakit parah di rumah sakit, keinginan terakhirnya adalah melihat saya menikah."
Rendra tak punya pilihan lain kecuali Dara. Jika ia memilih perempuan, ia malas berurusan dengan cinta, komitmen, dan sikap perempuan yang menyebalkan.
"Kenapa saya?"
"Karena saya tahu kamu cukup sadar untuk tidak berharap cinta dari saya."
Dara mengerti sekarang, Rendra telah mengetahui masa lalunya sehingga Rendra berpikir bahwa ia tak pantas mendapat cinta dari pemilik perusahaan tempatnya bertahan hidup.
"Saya mau, Pak. Asalkan Bapak bisa memenuhi tiga syarat saya."
"Apa?"
"Harta, jabatan, dan tidak main tangan apapun masalah dalam pernikahan kita."
Rendra tersenyum miring dan mengejek Dara saat lagi-lagi melihat sifat matre Dara. Namun Dara tak tersinggung dan masih menatap berani ke arah Rendra.
"Kamu sangat pintar mengambil keuntungan dari setiap keadaan. Saya setuju."
Dara bukan perempuan bodoh. Ia tahu mana yang lebih menguntungkan antara Jarsa dan Rendra. Maka dari itu ia memilih Rendra dan meninggalkan Jarsa. Jarsa yang sakit hati akhirnya mengundurkan diri dari kantor karena tak bisa melihat wanita yang dicintai bersama pria lain. Sedangkan Dara mengalami perubahan signifikan dalam hidupnya, ia naik jabatan dari pegawai biasa menjadi manajer lalu direktur dengan waktu singkat. Dara juga memanfaatkan Rendra dalam pernikahan sehingga ia tak bisa bersikap seakan ia korban.