Try new experience
with our app

INSTALL

Romantika Kelam 

Negatif -3-

Nyatanya Dara tak memiliki keberanian untuk mengetahui fakta ia hamil atau tidak. Sejak tadi pagi sampai malam hari, waktunya ia menjemput Rendra, ia belum melakukan tes kehamilan. Ia takut hasilnya tak sesuai harapannya.


Saat ini ia sedang di ruang tunggu bandara, menunggu kedatangan Rendra yang baru mendarat. Tanpa sengaja ia melihat Rendra sedang bergandengan tangan dengan Alina. Namun langsung keduanya langsung melepas tangan satu sama lain saat sudah di dekat Dara, padahal Dara sudah lihat.


"Hai, Bu," sapa Alina dengan senyum dan keramahan yang palsu.


"Hai, apa kabar?"


"Baik, Bu."


"Bagaimana Roma? Indah bukan?"


"Iya, Bu. Sangat indah."


Alina menjawab dengan pipi merona merah dan senyum malu-malu sambil melirik ke arah Rendra yang sudah berada di mobil dan sibuk dengan ponsel.


Dara tidak bodoh, ia tahu apa yang sudah terjadi di antara suaminya dan perempuan ini, namun ia memilih tak peduli dan mulai memasukkan barang-barang Rendra ke bagasi. Sedangkan Alina diam-diam tersenyum sinis melihat ketidakpedulian Rendra pada istrinya, bahkan berbicara pada Dara pun tidak. Hal itu menguatkan kepercayaan dirinya.


"Kamu lagi tunggu jemputan?" tanya Dara yang tak tega meninggalkan Alina sendirian di bandara yang sepi.


"Iya, Bu. Tunggu taksi online tapi dari tadi belum ada driver yang masuk."


"Wajar, udah malam. Bareng kami saja, nanti saya antar."


"Dara, cepat! Alina bisa pulang sendiri! Saya udah ngantuk."


Belum sempat Alina menjawab, Rendra sudah berteriak nyaring karena tak bisa lagi menunggu. Alina yang awalnya mau menerima pun akhirnya menolak karena terlanjur malu dengan penolakan Rendra. Alhasil Dara pergi dengan mobilnya bersama Rendra, meninggalkan Alina yang iri dengan Dara karena bisa bersama Rendra lebih lama.


*****


Dara baru selesai membereskan koper Rendra dan memisahkan pakaian kotor dengan pakaian bersih. Sedangkan pria itu sedang makan malam. Tiba-tiba ia teringat dengan testpack yang dibelinya dan berniat mencobanya.


Namun, ia dikagetkan dengan suara pintu yang terbuka, ia buru-buru menyembunyikan testpack itu di bawah bantal. Tapi nyatanya Rendra sempat melihat pergerakan mencurigakan darinya dan kini berjalan ke arahnya.


Sesuai dugaan Dara, Rendra memeriksa bantal tersebut dan menemukan testpack yang berusaha ia sembunyikan.


"Udah kamu coba?" tanya Rendra sambil memperhatikan testpack yang bungkusnya sudah terbuka karena ia tak tahu cara melihat hasil kehamilan di alat tersebut.


"Belum."


"Coba sekarang."


"Besok aja," tolak Dara.


"Sekarang atau besok engga akan mengubah hasilnya, Dara Kamala."


Dara tahu Rendra memaksanya dan ia tak bisa menolak. Alhasil ia masuk ke kamar mandi dan menutup pintu tersebut. Saat mencoba alat tersebut, jantung Dara berdegup kencang dan mengucap doa berulang kali.


"Tolong, hasilnya negatif."


Saat melihat hasilnya, ia tersenyum bahagia lalu langsung keluar kamar mandi sambil berteriak memberitahukan hasilnya pada Rendra.


"Rendra, hasilnya negatif! Aku engga hamil!"


"Baguslah."


Hanya itu respon Rendra, lalu pria itu tidur.


*****


Hari libur adalah hari yang Dara benci. Bukan karena ia tak suka bersama Rendra, Dara tidak membenci suaminya. Pernikahannya dengan Rendra yang tak berjalan mulus bukan sepenuhnya salah Rendra, ada salah Dara juga. Sehingga tak ada alasan ia membenci Rendra, ia malah beruntung memiliki Rendra sebagai suaminya.


Yang Dara benci di hari minggu adalah ia harus membersihkan rumah dari pagi sampai siang karena rumah ini cukup besar. Kalau di hari biasa, ia tak bisa bersih-bersih secara menyeluruh. 


Dari jam enam pagi, ia sudah siap dengan sapu, pel, kain lap, kemoceng, dan berbagai alat kebersihan lainnya. Sedangkan Rendra masih tidur. Saat ia selesai memasak, Rendra baru bangun dan langsung sarapan. Saat ia selesai menyapu dan mengepel, pria itu baru balik dari tempat olahraga. Saat ia selesai mencuci piring dan pakaian, Rendra sedang menikmati teh dan menonton berita. Saat ia selesai mengelap jendela dan perabotan rumah, Rendra sedang sibuk menelepon Alina. Saat Dara menata taman dan menyiram tanaman, Rendra tidur siang. Akhirnya Dara selesai bersih-bersih dan istirahat sejenak, namun pria itu malah menyuruhnya.


"Dara, ayo pergi."


"Kemana?"


"Mall, aku mau belanja."


Dara yang awalnya malas-malasan, langsung bangkit berdiri dengan wajah senang, ia sama dengan perempuan lain dan suka berbelanja.


"Oke, tunggu aku!"


Dara tidak selama Rendra dalam bersiap-siap. Lima belas menit kemudian, ia sudah siap dan masuk mobil. Rendra sudah berada di mobil dan duduk di kursi penumpang depan. Dara mulai menyetir mobil karena suaminya tak bisa mengemudi. Rendra pernah hampir membunuh orang dengan cara menabraknya saat usia tujuh belas tahun ketika belajar menyetir mobil, untungnya nyawa orang tersebut bisa diselamatkan dan keluarga korban tak melapor karena ada sogokan uang dari keluarga Rendra. Sejak saat itu Rendra tak mau belahar menyetir dan selalu memakai supir. Cerita ini ia ketahui bukan dari Rendra, melainkan dari mendiang mama mertuanya.


Saat sampai di tempat tujuan, Dara menjalankan rencananya dengan pura-pura bersikap manis pada Rendra agar bisa belanja sepuasnya.


"Rendra, kamu capek ya? Pegal? Aku pijit ya."


"Haus ya? Beli minum dulu yuk."


"Atau lapar? Mau makan ga?"


Rendra hanya diam dan tak merespon. Ia ingin melihat sejauh mana Dara akan berjuang untuk koleksi brand yang diinginkan perempuan itu. Tak direspon oleh Rendra, membuat Dara semakin gencar hingga menggandeng dan bersandar di pundak Rendra.


"Rendra, mau belanja."


"Belanja apa?"


"Semuanya, baju, tas, sepatu, kutek...


"Beli apa aja yang kamu suka, aku tunggu di restoran itu."


Rendra menunjuk sebuah restoran jepang di depan mereka lalu memberikan kartu debitnya pada Dara. Alhasil Dara langsung tersenyum lebar dan pergi mencari barang yang ia inginkan.