Try new experience
with our app

INSTALL

Romantika Kelam 

Pesuruh Rendra -1-

Saat alarm berbunyi nyaring pada pukul enam pagi, wanita cantik yang memakai piyama berwarna hitam dan sedang berbaring di kasur langsung terbangun. Namanya, Dara Kamala. Setelah mematikan alarm, ia beranjak dari kasur dan membuka tirai kamar agar sosok lain yang tidur di sampingnya terbangun.


Namun cahaya matahari tak mampu membuat tidur pria yang berstatus suaminya, Rendra terbangun. Dengan santainya, Dara mengambil gelas di atas nakas lalu menuangkannya ke wajah sang suami hingga Rendra kaget dan bangun.


"Astaga, atap bocor."


"Bukan bocor, saya yang sengaja siram. Cepat bangun, tiga jam lagi penerbangan kamu."


Rendra yang tersadar kelakuan istrinya hanya bisa menatap tajam Dara namun ia sendiri pun tahu bahwa hanya Dara yang tak takut padanya.


"Engga perlu siram saya pakai air, bisa kan bangunin saya dengan baik-baik?"


"Bisa, kalau cara tidur kamu tidak seperti kerbau."


Setelah membalas ucapan suaminya, Dara mulai mengemas pakaian Rendra ke dalam koper. Rendrq pun malas berdebat pagi-pagi begini karena ia harus segera siap-siap untuk berangkat ke Roma, Italia.


Beginilah pernikahan Dara dan Rendra yang berusia tiga tahun. Mereka tidak pernah bermesraan dengan memberi kecupan manis di pagi hari atau berpelukan sambil mengucap kata cinta. Tidak ada kata cinta dalam pernikahan ini, yang ada saling memanfaatkan.


Bahkan setelah setengah jam berlalu dan Dara sudah selesai mengemas pakaian suaminya. Rendra belum selesai mandi, Dara yang perempuan saja bisa mandi hanya lima menit. Dara langsung berteriak mengingatkan sang suaminya.


"Rendra, cepat! Awas jika kau marah-marah karena terlambat, aku sudah membangunkanmu dan menyiapkan semua keperluanmu!"


"Berisik!"


Akhirnya Rendra keluar dengan pakaian rapi yang disiapkan oleh istrinya. Hanya dasi yang belum terpasang, namun Dara dengan sigap memasangkannya. Sedangkan Rendra sibuk menyisir rambutnya. Tak ada yang tahu seberapa parah Rendra menjaga penampilannya. Bahkan Rendra lebih rapi dan wangi dari Dara yang notabenenya adalah perempuan.


"Aku belum datang bulan."


Melihat suaminya hanya menatap bingung ke arahnya, Dara kembali melanjutkan ucapannya.


"Aku takut hamil."


"Kalau kamu hamil, hanya ada dua pilihan yaitu melahirkan atau menggurkan. Itu sederhana untuk kamu pahami. Cepat siapkan sarapanku dan jangan sampai ada barang yang terlewat untuk aku bawa."


Rendra dengan santainya berlalu pergi dengan ponsel di tangannya. Sedangkan Dara terdiam sejenak baru kemudian menyusul suaminya sambil menarik koper dan tas kerja suaminya.


Rendra duduk nyaman di sofa tanpa mempedulikan bagaimana Dara kesulitan membawa koper sambil menuruni tangga, menoleh pun tidak. Dara pun bukan perempuan manja yang akan merengek capek ke suaminya karena ia tahu kenapa Rendra menikahinya. Rendra butuh perempuan untuk memuaskan hasratnya dan butuh pembantu tetap serta gratis untuk mengurusnya dan rumah berlantai dua minimalis ini. Awalnya Rendra mengajaknya tinggal di ruamah utama berlantai tiga yang besar dan luas, namun Dara meminta pindah karena tak sanggup jika mengurus rumah itu sendirian. Alhasil sekarang rumah itu di sewa sebagai properti film karena Rendra tak mau rugi.


"Mau sarapan apa?" tanya Dara sambil melihat bahan yang tersedia di kulkas.


"Terserah."


Satu yang Dara sukai dari Rendra, pria itu tidak ribet dalam hal makanan karena ia tidak terlalu pandai memasak. Ia pun mulai memasak nasi goreng sederhana lalu menyajikannya di meja makan.


Dara langsung makan tanpa mengajak suaminya karena ia tahu Rendra akan beranjak dari ruang tamu ke ruang makan dengan sendirinya setelah mencium aroma nasi goreng. 


"Nasi gorengnya keasinan, aku makan di pesawat aja."


Pria itu menggeser piring nasi goreng dengan wajah kesal karena harus menahan lapar akibat kelakuan istrinya terlalu banyak menabur garam. Pria itu beranjak meninggalkan ruang makan dan keluar rumah, sebelum akhirnya berteriak pada istrinya.


"Cepat, Dara! Aku udah telat!"


Tak perlu teriakan kedua, Dara langsung berhenti makan dan menyusul Rendra karena ia harus menjadi supir sang suami yang hendak ke bandara.