Try new experience
with our app

INSTALL

Sunshine ( Pesona Mantan ) 

I'm Back

Dua minggu aku tidak masuk sekolah, gejala thypus katanya. Hampir setiap hari teman-temanku berkunjung ke rumah. Entah memang mengkhawatirkanku atau hanya ingin makan gratis saja. Haha entahlah yang penting aku senang teman-teman ternyata sangat peduli.


Tapi kenapa pak Sendy sama sekali tidak menanyakan kabarku ya, padahal dua minggu loh aku ga sekolah. Biasanya awal-awal dia ngajar, sehari aja aku ga maauk pasti teman-temanku diinterogasi layaknya tersangka kasus kriminal. Ini, nanya kabar juga enggak katanya. Tiap ngajar juga biasa aja ga ada yang berubah.


Hari ini aku berangkat sekolah dianter pak Budi, supirku. Walau aku sudah merasa sehat namun papah belum mengizinkanku mengemudi sendiri.


"Nanti kalau udah mau pulang, telf bapa ya non."


Aku mengangguk pelan.


Aku berjalan menuju kelas dengan agak buru-buru, karena jalanan tadi cukup macet jadi membuatku agak telat.


Tiba-tiba kaki kananku tersandung kaki kiriku sendiri, aku kehilangan keseimbangan dan hendak jatuh namun seseorang menarik tanganku dari belakang hingga mental kepelukannya.


"Astagaaa.." aku berteriak kaget.


"Gapapa, kamu aman." Suara yang sangat aku kenal.


Dengan segera aku melepaskan pelukannya. Aku menatapnya, tatapan penuh tanda tanya. Tatapan kesal dan marah. Entah kenapa, aku juga tidak mengerti.


"Terimakasih pak." Aku pergi meninggalkannya.


'What... dia tidak mencegahku.' Aku kembali menolehnya tapi dia sudah tidak ada. Ku cari sekeliling, ternyata dia sudah masuk kedalam mobilnya dan dengan cepat mobilnya pun melaju meninggalkan halaman parkir sekolah.


"Pergi? Bukannya harusnya dia ngajar hari ini. Baru datang udah pergi lagi." Aku menggerutu sendiri.


"Bell, yuu masuk kelas. Ssbentar lagi pelajaran pertama dimulai." Aku dikagetkan oleh suara lembut seorang perempuan yang ternyata adalah bu Silvi. Guru matematika ku.


"Eh iya bu yuu.." Aku mengikutinya dari belakang.


"Udah sehat sekarang?"


"Alhamdulillah udah bu."


Kami pun masuk ke kelas bersama, aku langsung duduk disamping Adisty. Mereka tersenyum bahagia melihat aku kembali ke sekolah.


Kami tidak banyak bicara karena bu Silvi sangat tidak menyukai jika beliau sedang mengajar ada siswa yang mengobrol.


Pelajaran pertama telah selesai. Pelajaran kedua Fisika. Sudah 10 menit namun pak Sendy belum juga keliatan.


"Bell, gue seneng recovery loe cepet." Dina memegang tangan ku dengan kegirangan.


"Lebay loe ahh." Aku ikut tertawa.


"Omaygat Bell, loe beneran udah sehat." Dina memegang keningku. "Ga panas." Sambungnya.


"Apaan sih." Aku menepis tangan Dina.


"Habisnya loe ketawa." Sindir Alya yang pasti udah mengetahui maksud Dina memegang keningku.


"Gue seneng Bell." Adisty memegang lembut bahuku, seperti biasa hanya dia yang sefrekuensi denganku. Tidak terlalu bar bar. Ada kalem-kalem nya.


"Oh iya, pak Sendy kenapa belum dateng ya. Biasanya jarang telat loh dia." Ucap Adisty bingung.


"Padahal sebelum masuk, dia ada diparkiran loh tapi pergi lagi." Aku menjelaskan kejadian di parkiran tadi.


Semua mendelik kaget.


"Ahhhh loe beruntung banget." Teriak Alya.


"Ihhh andai gue ada diposisi elo." Sahut Dina.


"Gue iri." Adisty memasang wajah manyun kesalnya.


"Apaan sih kalian lebay banget." Kami pun tertawa bersama.


Sudah setengah jam, namun benar-benar tidak ada tanda-tanda pak Sendy akan hadir.


Tiba-tiba pak Kepala sekolah memasuki ruangan kelas kami.


"Anak-anak, ini tugas dari pak Sendy. Beliau berhalangan hadir. Mendadak ada keperluan keluarga." Pak Dani menyodorkan selembar catatan kepada Randi, Ketua kelas.


"Kemana ya Bell?" Adisty menyenggol tanganku.


"Entah." Jawabku singkat.


***


Sepulang sekolah, aku duduk di pinggir kasur sambil memainkan ponselku.


"Telf ga ya, koq gue penasaran kenapa dia tiba-tiba pergi."


"Aaarrrrgghhhh... " Ku lempar ponselku ke atas kasur dan Ku rebahkan tubuhku, ku pejamkan mata.


"Astaga..." Aku tiba-tiba duduk. "Kenapa gue malah ngebayangin pak Sendy sih."


Aku kembali mengambil ponselku, ku cari kontak dengan nama "pakar sains". Lalu aku menelfonnya.


'Aku harus menghilangkan rasa penasaranku.' Ucapku dalam hati.


"Tuuuttt....tutttt....tuttttt...."


"Maaf nomor yang anda tuju tidak menjawab."


Ku matikan dan coba telf lagi.


"Tuuutt....tuuuttt....tutttt."


"Anjrittt yah, dia benar-benar menghiraukan gue." Ku lemparkan kembali ponselku namun kali ini bukan ke kasur tapi ke lantai.


Brakkkk .. suaranya menggema dikamarku.


"Astagaa hp gue.." Aku dengan cepat mengambil ponsel yang sudah berantakan di atas lantai.


Tok tok tok


Suara pintu kamarku diketuk. Aku beranjak hendak membukakan pintu.


Terlihat sosok yang tak asing berdiri dibalik pintu.


"Mamah, tumben jam segini ada di rumah?" Aku melihat jam tangan yang melingkar di tangan kananku memastikan kalau ini memang masih siang.


"Mamah lagi ga sibuk sayang, oh iya.. barusan mamah dengar suara barang pecah. Apa itu?" Mamah celingukan mengintip ke dalam kamar yang terhalang olehku.


"Ga ada apa apa koq mah?" Aku memegangi pintu mencegah mamah masuk dan melihat ponsel yang berantakan dilantai.


"Minggir dong sayang, mamah mau masuk."


"Aduh mah ga usah, kamar Bella berantakan banget."


"Lohh emang bi Inah ga beresin?" Tanya mamah penuh curiga.


"Beresin koq mah, ahh ya udah kita ke kamar mamah yu."


"Koq mamah jadi curiga sih. Kamu nyembunyiin apa sih?" Mamah menerobos masuk dan terkejut melihat ponselku berserakan di lantai.


"Astaga sayang, kenapa hp kamu? Koq bisa hancur begini.."


"Jatuh mah." Aku menjawab sambil tersenyum.


"Jatuh apa dilempar?" Tanya mamah tidak percaya.


"Kelempar mah, ga sengaja."


"Kamu ada-ada saja. Ya udah beli hp baru gih. Nanti ada info dari sekolah, kamu ga tau lagi."


"Iya mamah nanti aku beli."


"Koq nanti, sekarang aja."


"Aku kan baru pulang mah, cape. Besok aja lagi pulang sekolah aku mampir ke mall."


"Sekarang aja, mamah temenin. Mamah bosen di rumah."


"Mamah bukannya baru pulang dari kantor?" Tanyaku heran, koq bisa mamah bilang bosen dirumah padahal baru beberapa menit.


"Justru itu, jam segini biasanya mamah lagi dikantor. Lagi sibuk kesana kemari, ini di rumah diem. Bosen kan." Mamah cemberut manja. "Cepet siap-siap, mamah tunggu di mobil." Tanpa meminta persetujuanku. Mamah pergi keluar kamar.


"Tuhhh kan kalo mamah tau pasti kya gini." Aku membuka lemari pakaianku. Ku keluarkan tshirt putih polos dan jaket beserta rok jeansku.


Dengan cepat, aku sudah berganti pakaian. Mamah paling ga suka nunggu dan telat. Makanya aku harus cepat sebelum jurus ema-ema ngomel dikeluarkan oleh mamah. Pasti kuping bakalan panas.


Setelah selesai berganti pakaian, memakai sepatu dan memakai tas selempang kecil sebagai aksesoris, aku berlari keluar kamar, menuruni anak tangga dan langsung memghampiri mamah dalam mobil yang terlihat sudah agak kesal.


"Mamah nunggu lama, maaf ya mah." Aku memasuki mobil mamah.


"Lumayan, but it's oke, gpo koq." Mamah menstarter mobilnya dan dengan cepat melaju meninggalkan rumah.


***