Try new experience
with our app

INSTALL

Rantau 

Jail

*Di Cafe 


"Hallo guys, welcome to my channel" ucap Dini di depan ponselnya

"Lo ngapain Din?" sapa Algis

"Bikin konten dong, sini lo" jawabnya sembari menarik seragamnya

"Apaan sih" ucap Algis kesal

"Bentar kenapa sih, biar rame video gue"

"Ajak anak yang lain, biar rame" ucapnya sembari meninggalkannya

"Bukan itu maksudnya, Algis, Gis."

"Ih, orang-orang pada kenapa sih? Bikin naik darah terus dari kemarin" ucapnya kesal

"Kenapa mbak?" sapa Naura kepada Dini

"Ini lagi, huh!"

"Lah, dia kenapa to?"

"Udahlah, dia memang gitu orangnya" ucap Putra


*Di Loker Cafe


"Din, lo punya pena kan? Punya gue ketinggal"

"Kamu nanyea?"

"Kamu bertanya-tanya?" sambung Algis


Keheningan pun terpecahkan oleh humor mereka. 


"Heh anak baru, yang bersih ya nyapunya. Terutama di tangga."

"Iya mbak"

"Lo juga yang bener ngitungnya, dari kemarin minus mulu" sambung Putra

"Aku kan ga fokus gara-gara kamu juga, kamu dingin sekarang sama aku"

"Dih, geli gue dengarnya" ucap Algis sembari meninggalkan Dini 


*Di Ruang Depan


Dari lantai atas, Naura membersihkan satu per satu ruangan, hingga akhirnya tiba kakinya menginjak anak tangga. 


"Tinggal ini" ucapnya pelan sembari melihat ke bawah


Dengan berhati-hati ia menyapu dan membersihkan tepi tangga. Saat tepat di tengah tangga, ia dikejutkan oleh suara anak kecil yang meminta agar dirinya diberikan celah untuk berjalan.


"Maaf kak, aku mau lewat" 


Tanpa menaruh curiga, ia menepikan badannya dan mempersilahkan si anak kecil melewatinya.


"Yang bersih ya kak"

"Siap dek" jawabnya sembari tersenyum


Anak kecil tersebut berlari ke arah balkon dan Naura kembali melanjutkan pekerjaannya. Baru beberapa detik kemudian, ia tersadar akan sesuatu. 


"Anak kecil, ini kan masih tutup. Terus dia siapa?"


Bergegas ia menuju balkon sembari memanggil, "dek, adek." Ia mengulanginya beberapa kali, namun lantai atas terlihat kosong. Tidak ada seorang pun di sana. 


"Dek, kamu di mana?" 

"Aku di sini kak" suara tersebut terdengar dari belakang vas bunga


Naura yang penasaran, segera menghampiri ke arah sumber suara. Kurang beberapa meter, lengannya ditarik oleh Putra.


"Kamu ngapain di sini? Terus ngapain ke tepi?"

"Oh ini, mau lihat anak kecil yang tadi di situ?"

"Anak kecil?"

"Iya"

"Nau, ini cafe masih tutup loh. Mana mungkin anak kecil di sini, jangankan pagi, siang ataupun sore juga jarang banget anak kecil ke sini."

"Iya juga ya" jawabnya pelan

"Sudah kita turun saja"


Mereka pun meninggalkan balkon, namun saat hendak sampai di daun pintu, anak kecil tersebut memanggilnya.


"Aku di sini kak, kak aku di sini"


Naura yang terkejut spontan membalikkan badan dan memandang ke arah sumber suara. 


"Sudah, jangan digubris" tegur Putra

"Kamu tahu?"

"Siapa sih yang tidak tahu sama anak kecil itu. Seluruh karyawan sudah tahu dia. Tempatnya di tangga, kadang dia suka ngajak main, sedikit usil, tapi usilnya tidak yang membahayakan. Ini kamu cuma diajak kenalan, jadi jangan takut."


Naura terdiam mendengar pernyataannya.


"Ayo, jangan diam di situ. Nanti diajak main lho"


Tanpa berfikir panjang, Naura mengejarnya sembari menenteng sapu di tangannya. Sesampainya di bawah, beberapa karyawan terfokus kepada mereka. 


"Lo kenapa?" ucap Dini

"Ini mbak ini" jawabnya sembari menunjuk ke lantai 2

"Oh, sudah kenalan?"

"Dia baik kok, kaya anak kecil pada umumnya" sambung Dini


Saat tengah berkumpul, bu Olive menghampiri mereka dan memintanya untuk bubar serta membuka cafe. Naura kembali ke dapur dan menyiapkan air hangat untuk bu Olive. Saat tengah menuangkan air panas, termos tersebut meleset mengenai tangannya.

Merintih kesakitan, dan di waktu yang bersamaan terdengar seorang anak kecil menertawakannya. Dilihatnya ke arah samping, ternyata sosok anak kecil tersebut sudah berada di sana. 


"Sakit ya kak? Mau aku obatin ngga?"

"Kamu ngapain di sini?"

"Aku cuma main kak, di sana bosen."

"Bosen? Jangan bilang ini ulah kamu ya"

"Iya kak" jawabnya sembari tersenyum meninggalkan Naura

"Sabar Nau, dia itu setan. Mau lo kejar atau diapakan sekalipun, tidak akan bisa. Tenang Nau tenang" ucapnya sembari menghela nafas


Setelah selesai menyeduh teh, ia pun membawanya ke ruang bu Olive. Di sana Naura ditahan beberapa menit olehnya. 


"Silahkan bu"

"Naura tunggu"

"Iya bu"

"Duduk"

"Saya mau tanya Naura?"

"Silahkan bu"

"Kamu bisa melihat "mereka"?"


Terdiam sejenak sebelum menjawab "iya."


"Pantas, selama di rumah ataupun di sini, kamu sering terlihat mengobrol ataupun berbeda dari yang lain."


Nau hanya tersenyum tipis, kemudian izin kembali ke belakang. Sesampainya di sana, ia mendapati alat dapurnya sudah berserakan. 


"Astaga, apa-apaan ini!" 

"Astaga Laura, lo ngamuk?" ucap Dini

"Tidak mbak, saya juga tidak tahu kenapa gini" jawabnya heran

"Nau, ini kenapa?" ucap Algis

"Tidak tahu Gis"

"Sudah-sudah, lebih baik bersihkan sebelum bu Olive ke sini."

"Bersih-bersih? Ogah, mending ke depan nyambut customer." 


Naura yang dibantu Algis membersihkan barang-barang, seraya menyeru, "apa ini ulah sosok anak kecil Nau?"

"Iya, ini ulah dia" ucapnya sembari melihat ke arah pojok

"Lo liat apa?"

"Dia di sini, lagi memperhatikan kita."


Algis yang terkejut, sontak bergidik ngeri. 


"Lo jangan becanda Nau"

"Pergi dari sini, atau saya usir paksa kamu" ucap Naura keras kepada sosok tersebut 


Sosok tersebut layaknya seperti anak kecil lainnya, pasalnya ketika Naura memintanya pergi, sosoknya terlihat diam dan tidak melawan. Nau yang tahu jika ia menghilang, kembali melanjutkan pekerjaannya. 


"Gimana, udah pergi dia?"

"Sudah, lo balik ke depan saja Gis. Biar ini gue yang selesaikan."

"Oke"


Tanpa membantah, Algis meninggalkan Naura seorang diri di dapur.