Try new experience
with our app

INSTALL

Rantau 

Gangguan tanpa Wujud

Jam menunjukkan 17.30, pertanda pulang pun tiba. Olive yang tengah sibuk dengan pekerjaannya, meminta agar Naura pulang terlebih dulu. 


"Nau, kamu pulang duluan ya. Saya masih ada kerjaan, dan deadline nya hari ini."

"Iya mbak"

"Ini kuncinya, jangan lupa dikunci lagi ya. Perkiraan sebelum jam 20.00, saya sudah pulang."

"Baik mbak"


Olive meninggalkan Naura sendiri di dapur cafe. Saat tengah merapikan pakaian, Putra menyapanya. 


"Bareng yuk, kita kan searah."

"Yuk, aku sudah siap nih" ucap Dini yang tiba-tiba menjawab

"Gue ngajak Naura bukan Dindong."

"Lo mah gitu, nama gue bagus Dini, lo panggil Dindong."

"Bodo amat, yuk Nau" ucap Putra sembari menggandeng tangannya

"Tangan gue gimana? Mau digandeng juga" ucapnya sedikit manja

"Sini aa Algis gandeng. Mau kemana nih, sampai depan atau sampai pelaminan" ledeknya


Dini yang terkejut dengan candaan tersebut, sontak menghempaskan tangannya, kemudian pergi meninggalkan Algis. 


"Dih, sok jual lo" ucapnya keras

"Bodo amat" jawabnya keras


*Di Rumah Olive


Sesampainya di rumah, Naura dan Putra berbincang sedikit perihal pekerjaannya hari ini. Sampai akhirnya, Putra bertukar nomor dengannya. 


"Nanti aku telfon ya, sekarang aku pulang. Udah malam soalnya"

"Iya, makasih ya"

"Iya"


Dirasa Putra sudah menghilang bak ditelan kegelapan, Naura pun memutuskan masuk. Saat akan membuka pintu, lemparan batu kerikil mengenai lengan dan kunci pun terlepas dari tangannya.


"Siapa?"


( Hening )


"Jangan becanda ya?"


( Hening )


Merasa dipermainkan, ia pun memutuskan masuk. Diambilnya kunci pintu dan "sreettt" kunci tersebut bergeser dengan sendirinya. Mencoba yang kedua kali, kunci tersebut kembali bergeser.


"Tolong jangan ganggu ya, ini sudah malam. Saya lelah, ingin istirahat."


Setelah menegurnya, Naura kembali mengambil kuncinya dan iya, berhasil. Sesampainya di kamar, ia langsung merebahkan badan di ranjang. 


"Capek banget hari ini" 


Terlalu sibuk dengan aktifitas, ia pun sampai lupa untuk memberikan kabar gembira tersebut kepada kedua orang tuanya. Berniat melakukan panggilan telfon, ia pun mengambil ponsel dari ranselnya. Setelah digapai, dicarilah nomor sang mamak dan,


"Hallo mak"

"Iya nduk, gimana kamu di sana? Olive sudah bilang, kamu sekarang kerja di tempat dia kan?"

"Iya mak, alhamdulillah."


Obrolan berlangsung beberapa menit, hingga akhirnya terputus karena susahnya jaringan internet. 


"Ah, capek. Bersih-bersih bentar, baru tidur" ucapnya pelan


Beberapa menit kemudian, ia pun selesai dan berniat membaringkan badan di ranjang. Saat akan terbaring, terdengar pintu kamarnya diketuk. 


"Mbak Olive sudah pulang, tapi kok aku ga dengar suara motornya ya?"


Saat tengah bergumam, ketukan tersebut terdengar kembali. 


"Iya sebentar mbak" ucapnya sembari menuju pintu

"Sudah pu" pertanyaannya terhenti ketika ia tidak mendapati seorang pun di sana

"Mbak, mbak" ucapnya memanggil 

"Mbak ga lucu becandanya, ini sudah malam loh" sambungnya


Merasa penasaran, ia pun melirik ke arah bawah melalui dinding sebelum tangga. Gelap, cahaya lampu hanya berada di ruang tamu. Tanpa berani memanggil, ia pun berlari menuju kamar. Dengan nafas yang terengah-engah, ia kunci pintu kamar dan membaringkan badannya di ranjang. 


"Ya Tuhan, tadi siapa yang mengetuk?"


Saat tengah bertanya-tanya, ketukan kembali terdengar dan ia tidak menjawabnya. Hingga akhirnya,


"Naura, kamu sudah tidur?"

"Mbak Olive" gumamnya pelan

"Nau"

"Belum mbak"


Sebelum membukanya, Naura memastikan kembali apakah ia adalah Olive atau bukan.


"Ini benar mbak Olive?"

"Iya benar Nau, ini aku."

"Iya mbak, sebentar" ucapnya sembari membuka pintu


Saat pintu terbuka, Olive heran dengan raut wajahnya yang terkesan ketakutan.


"Kamu kenapa?"

"Tidak apa-apa mbak"

"Yakin?"

"Iya mbak, yakin"

"Ya sudah, ayo makan. Aku beli makanan nih."

"Iya mbak"


Mereka pun turun ke ruang makan dan menikmati makan malamnya. Sekadar basa-basi, Naura menanyakan pekerjaannya hari ini. 


"Sudah selesai mbak kerjaannya?"

"Sudah"

"Oh, ya sudah."


Beberapa menit kemudian, mereka selesai makan dan Olive memintanya beristirahat. 


"Sudah Nau, ini besok saja dibuangnya. Kamu bisa istirahat sekarang, biar besok lebih fresh."

"Iya mbak. Tapi sebentar, saya rapikan meja makan sebentar.

"Ya sudah, aku naik duluan ya. Capek banget nih badan"

"Iya mbak, monggo"


Tertinggal Naura sendiri di bawah. Saat ini pencahayaan hanya dari ruang dapur, sedangkan ruang tamu sudah dimatikan sejak Olive pulang. 


"Kok gelap ya, mana seram lagi" gumamnya pelan


Naura bergegas menyelesaikan bersih-bersihnya, hingga akhirnya selesai dan ia pun berlari menuju kamar. Beruntung, sekarang "mereka" tidak mengganggunya. Memulai istirahat tanpa adanya drama gangguan, ia pun bisa tertidur nyenyak untuk beberapa jam kedepan. Pasalnya, di jam 01.40 Naura terbangun. 


"Masih lama" gumamnya pelan


Saat akan mencoba tidur kembali, terdengar samar seseorang berbisik di telinganya. "Jangan tidur lagi, ayo turun." Kalimat tersebut diulangnya beberapa kali, sampai akhirnya ia terdiam mematung dan keringat dingin mulai membasahi wajahnya. Dalam ketakutan, ia mencoba mengobrol dengannya, "siapapun kamu, tolong jangan ganggu. Waktu saya dengan waktu kamu berbeda dan dunia saya dengan dunia kamu juga berbeda. Tolong beri saya nafas, besok saya harus bekerja kembali." 


Saat akan memejamkan mata, terdengar ketukan dari jendela kamar. Rasanya sangat tidak mungkin, jika seseorang bertamu di waktu yang terbilang tidak sopan untuk berkunjung, terlebih lewat jendela lantai 2, menambah rasa untuk tidak membukanya semakin besar. 


Ketukan terjadi hanya beberapa kali, hingga ia memutuskan untuk acuh dan berusaha tertidur. Merasa baru saja tertidur, ia terbangun karena seseorang mengetuk pintu kamarnya. 


"Nau, Naura"

"Iya mbak"


Bergegas ia membuka pintu dan, "bangun, sudah siang."

"Iya mbak"

"Kalo sudah langsung turun ya"

"Iya mbak"


Naura segera menuju kamar mandi dan mengenakan pakaian seketemunya. Dirasa semuanya selesai, ia pun langsung menuju meja makan. 


"Gubrak!" 


Suara pintu ketika tertutup.


"Aduh, ni pintu kenapa kencang amat sih. Nih tangan juga kenapa lepas megangnya. Nanti dikiranya marah lagi, gara-gara digedor pintunya," gumamnya pelan

"Naura"

"Iya mbak, ini mau turun"


Sesampainya di meja makan, Olive langsung mengajaknya sarapan. Setelah selesai, mereka menuju cafe seperti biasa.