Try new experience
with our app

INSTALL

Rantau 

Gangguan Pertama di Rumah Olive

Beberapa jam kemudian, Naura tiba di tujuan. Di sini ia dijemput oleh saudaranya, yakni mbak Olive. 


"Gimana perjalanannya, seru tidak?" ucap mbak Olive kepadanya

"Seru mbak"


Naura tidak menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Selain enggan membuatnya khawatir, ia pun tidak berkenan jika keluarganya mengetahui apa yang sudah menimpanya selama di perjalanan. 


"Ya sudah, ayo ke rumah mbak"

"Iya mbak"


Merekapun menuju ke sebuah rumah yang jaraknya tidak jauh dari terminal. 


"Ini kamar kamu ya, kalo ada apa-apa bilang saja ke mbak"

"Iya mbak"


Naura pun beristirahat di sebuah kamar yang bisa terbilang luas jika ditempati sendiri. 


"Bersih-bersih baru tidur," ucapnya sedikit keras


Malam itu akhirnya ia bisa rehat dengan tenang, tanpa gangguan sedikitpun. Hingga pagi pun, alarm membangunkannya. Kebiasaan di kampung, bangun tidur sebelum jam 05.00. Tujuannya pun untuk menyiapkan makanan. 


Keluar pintu kamar, lalu turun tangga, ia akan sampai di dapur. Iya, kamarnya berada di lantai 2. Sebelum memulai memasak, Naura bersih-bersih terlebih dulu di kamar mandi yang letaknya persis di samping dapur. Saat sedang mencuci muka, terdengar samar suara gaduh alat masak dari dapur. Ia berfikir jika mbak Olive sudah terbangun. 


Dirasa sudah selesai, ia pun keluar dari kamar mandi. Baru saja melangkahkan kaki, rasa herannya kembali muncul. Rupanya di area dapur tidak ada seorang pun, dan hanya dia yang berada di sana. 


"Ah, mungkin tadi masih ngantuk. Jadi salah dengar gini nih kuping" sangkalnya


Tanpa mempedulikan, ia pun memulai memasak. Saat tengah memotong sayur, ia melihat mbak Olive menuju kamar mandi tanpa menyapanya. 


"Sudah bangun mbak?" sapanya kepada mbak Olive

"Iya" 


Jawaban singkat yang ia dengar, tanpa bertanya lebih, mbak Olive masuk kamar mandi dan menutup kencang pintunya. 


"Kenapa ya, apa aku salah? Niatnya kan bantu, biar kalo bangun tidur udah ada sarapan" gumamnya pelan


Saat tengah menyeru pelan, terdengar seseorang menuruni anak tangga. Namun karena di rumah tersebut hanya ada 2 orang, yakni mbak Olive dan dirinya, ia pun mulai merasa takut. Di tengah ketakutannya ini, ia mencoba memecahkan keheningan dengan mengajaknya mengobrol. 


"Mbak Olive, nanti berangkat kerja jam berapa?"


Dari balik kamar mandi terdengar jawaban pelan, "delapan."


"Oh, jam 08.00 to. Aku nanti izin cari kerja yo mbak?"


Hening, mbak Olive tidak menjawab pertanyaannya. 


"Oh iya mbak, nanti kalo masakan aku kurang asin po malah kasinan, mbak Olive bilang aja ya? Jangan sungkan mbak, aku orangnya penakan loh mbak, ora baperan."

"Kamu ngobrol sama siapa Nau?"

"Sama mbak" ucapannya terhenti ketika menyadari suara tersebut

"Sama siapa?"

"Loh mbak, kok di sini?"

"Iya memang di sini, aku baru bangun tidur Nau. Memang kenapa, kamu ngobrol sama siapa?" ucap mbak Olive penasaran

"Bukannya mbak di kamar mandi ya?"

"Kamar mandi? Iseh isuk loh Nau, ojo ngawur omongamu."

"Aku ndak ngawur mbak, tadi" ucapannya kembali terhenti ketika mbak Olive berjalan dan membuka pintu kamar mandi

"Tuh lihat, kosong Nau."

"Tapi mbak," jawabnya gugup

"Sudah-sudah, kamu masak apa? Wangi banget, hem" ucapnya yang berusaha mengalihkan

"Oh ini mbak, aku masak sup."

"Pagi-pagi sup?"

"Iyo mbak."

"Ya sudah, aku bantu ya?"

"Ndak usah mbak, mbak Olive tunggu saja di meja makan."

"Tidak bisa dong, kamu itu saudara aku, bukan pembantu aku."

"Tapi mbak"

"Sudah, tidak ada tapi-tapian. Sekarang apa yang belum dimasukin? Kentang ya?"

"Iya mbak"


Mereka pun memasak bersama. Beberapa menit kemudian, hidangan sarapan sudah siap di meja makan dan mereka menyantapnya dengan lezat. Selesai makan, mbak Olive memberikan kabar baik untukknya.


"Nau, selesai ini kamu siap-siapa ya. Kita berangkat bareng ke cafe."

"Berangkat bareng, maksudnya gimana mbak?"

"Iya, mulai sekarang kamu kerja di temat aku."

"Ini serius mbak?"

"Iya serius."

"Terima kasih ya mbak, aku berhutang budi sama mbak Olive"

"Sudah, jangan gitu. Sekarang siap-siap aja, aku juga mau siap-siap"

"Oke mbak."


Mereka pun bersiap di kamar masing-masing. Beberapa menit kemudian, Olive dan Naura menuju Cafe Blue'Ladies . Dimana tempat tersebut adalah usaha utamanya Olive. Dengan berbonceng sepeda motor matic, mereka meninggalkan rumah. 


Sesampainya di sana, Olive memperkenalkannya kepada ke 8 karyawannya. Dan beruntung, mereka menyambutnya baik. 


"Nau ikut saya ke ruangan."

"Iya mbak"


Sesampainya di ruang ber ac, Olive memberinya 2 seragam lengkap. 


"Ini seragam kamu, dan ini ID nya."

"Ini serius mbak?"

"Serius. Tapi maaf ya, posisi yang kosong hanya OB."

"Tidak masalah mbak, yang penting saya bekerja. Terima kasih ya mbak."

"Iya Nau, sekarang kamu bisa pakai seragam kamu."

"Baik mbak, permisi" 


Dengan wajah tersenyum, Naura beranjak dari ruangan tersebut. Sesampainya di ruang belakang, ia bertemu dengan 3 karyawan, yakni Dini, Algis, dan Putra. Mereka menyambutnya baik, dan sering kali diajak berbincang seputar kedekatannya dengan Olive. 


"Lo siapanya bu Olive sih?"

"Saudaranya mbak" jawabnya lugu

"Oh saudaranya, pantes" ucap Dini

"Pantes kenapa ya mbak?"

"Tidak-tidak, tidak apa-apa. Kamu boleh mulai kerja sekarang" sangkal Putra

"Baik mas, permisi" ucapnya sembari tersenyum

"Lo kenapa sih Put?"

"Udah-udah, udah jamnya kerja. Ngobrolnya nanti lagi" ucap Putra sembari meninggalkan mereka


*Di Kasir Cafe


Saat sedang membersihkan area kasir, badan Naura disenggol Dini dengan keras.


"Au" keluh Naura

"Sorry sorry, tidak sengaja gue"

"Iya mbak"

"Lo yang bener dong Din," tegur Putra

"Iya nih, syirik aja kalo ada anak baru. Mana lebih cantik dari lo," ledek Algis

"Apaan sih, dimana-mana cantikkan gue kali."

"Udah-udah, tidak usah mulai"


Dini yang kesal dengan kedua rekannya itu, memilih diam dan meninggalkan mereka.


"Sorry ya, dia memang gitu orangnya" ucap Putra

"Iya Ra, dia sering bikin anak baru tidak betah di sini" sambung Algis

"Iya tidak apa-apa kok"


Merekapun melanjutkan pekerjaannya.