Contents
Rantau
Hantu Rest Area
Waktu tempuh menuju Jakarta adalah kurang lebih 8 jam, itu pun jika tidak macet ataupun terkendala. Di kursi nomor 38 tepatnya di samping toilet, Naura duduk seorang diri. Untuk perjalanan pertama kalinya ini, terlihat bus penuh oleh penumpang.
Perjalanan pun dilanjut. Saat tengah berdiam diri menikmati pemandangan, seorang kru bus menghampirinya. Ia meminta tiket yang Naura pegang. Tanpa fikir panjang, tiket tersebut ia berikan dan terlihat pula setumpukkan tiket digenggamannya.
"Ke mana mbak?"
"Jakarta pak."
Setelah itu, kernet bus meninggalkannya.
"Ini kenapa dingin banget sih, mana pengharumnya jeruk lagi" gumamnya pelan
Beberapa jam kemudian, ia tiba di salah satu kota. Pastinya sudah jauh dari kota kelahirannya, pasalnya tempat tersebut terasa asing bagi Naura.
"Istirahat sebentar ya, 30 menit" ucap kru bus
Seluruh penumpang berhampuran ke segala arah. Namun mereka dominan untuk menuju ke rumah makan, begitupun Naura. Mengikuti yang lain, ia menuju prasmanan. Disana sudah terlihat banyak nasi beserta lauk yang berbeda jenisnya.
Setelah mengantre, ia pun menuju ke salah satu meja makan. Disana Naura bergabung dengan salah satu keluarga yang berasal dari Yogja dan tujuannya pun sama seperti dirinya. Seperti pada umumnya, sebelum makan, mereka berbincang ringan agar suasana menjadi lebih dekat. Hingga beberapa menit kemudian, makan siang nya selesai dan ia pun berniat menuju ke toilet.
*TOILET
Tepat diambang pintu masuk, Naura pandang area toilet. Ia merasa heran, tempat yang biasanya rame setelah makan, sekarang terlihat sepi tanpa seorang pun di sana. Berisikan 8 bilik, ia mencoba memecahkan keheningan.
"Permisi, apa ada orang di sana?"
Sunyi, tidak terdengar jawaban apapun. Masih penasaran, ia pun mengulang pertanyaannya. Kali ini ada jawaban, namun bukan suara yang terdengar. Melainkan kran air dari salah satu bilik yang tampaknya ada orang di sana.
"Syukurlah, ada orang" ucapnya bernafas lega
Tanpa fikir panjang, ia pun segera memasuki bilik nomor 3 yang tepat berada di depan pintu masuk. Kurang dari 5 menit, ia pun keluar dari bilik tersebut. Saat hendak ke pintu keluar, kembali ia merasa penasaran dengan salah satu toilet yang menjawab sapanya. Tanpa menaruh curiga, ia pun menyusuri satu per satu bilik. Tujuannya pun untuk memastikan, "apakah yang menjawab sapanya adalah seorang manusia?"
Pintu ke empat hingga ketujuh berhasil ia buka.
"Semuanya kosong, kering, tinggal 1 bilik lagi" ucapnya pelan
Berjalan pelan mendekat ke arah bilik 8 yang tempatnya persis di pojok kanan, Naura mendorong perlahan pintu tersebut.
"Tidak dikunci" ucapnya yang kembali heran
Merasa ada yang aneh, ia pun mendorong keras pintu tersebut dan terdengar keras tabrakan antara daun pintu dan tembok.
"Gubrak!"
Tercengang, bilik terakhir sama seperti yang lainnya, kosong dan kering. Naura yang mulai cemas dan merasa takut, perlahan mundur dan berlari ke arah keluar. Namun terkejutnya ia, ketika sorot matanya menangkap sesosok perempuan tengah berkaca di samping pintu. Berpakaian putih lusuh, dan ber rambut panjang, sosok tersebut membelakanginya. Terlihat tangan pucatnya sedang menyisir pelan penuh gemulai rambut kusutnya.
Naura yang baru pertama kali menyaksikan hal tersebut, hanya terdiam dan ia pun hilang kesadaran.
*Kursi Rumah Makan
Terasa tepukan pelan mendarat di pipinya, ia pun tersadar.
"Syukurlah nak, kamu sudah sadar" ucap salah seorang ibu
Naura yang masih heran dengan kejadian yang menimpanya, penasaran dengan apa yang dilakukan mereka.
"Ini ada apa ya?"
"Kamu kenapa pingsan di toilet nak, kamu sakit?"
Setelah mendengar pertanyaan tersebut, seketika sebuah hal muncul diingatannya.
"Oh, tadi ada cewe lagi menyisir rambut bu. Dia ada di toilet" ucapnya sembari menunjuk ke arah toilet
"Toilet itu kosong mbak, sudah lama tidak dibuka untuk umum" jawab salah seorang petugas rumah makan
Naura yang tidak percaya, ia pun berusaha meyakinkan dan menjelaskan apa yang dilihatnya. Namun sayang, usahanya sia-sia. Pasalnya, seluruh orang tidak mempercayainya. Mereka malah memintanya untuk masuk ke bus dan melanjutkan perjalanan.
Sesampainya di bus, perlahan ia menuju kursinya di belakang. Hawa dingin menusuk tulang, ditambah rasa takut dan bayang-bayang sosok perempuan masih lekat di ingatan. Dengan keberanian yang masih tersisa, Naura pun menduduki kursinya.
Hari yang melelahkan, ditambah sunyi dan gelap, ia pun memutuskan beristirahat. Bersandar di kursi, Naura berusaha memejamkan dan melupakan apa yang sudah menimpanya hari ini. Masih dalam keadaan setengah sadar, ia pun mendengar jika seseorang memasuki toilet.
"Krek" suara pintu toilet bus
"Siapa lagi, malam-malam ke toilet" batinnya
Karena suara tersebut, ia pun terbangun dan susah melanjutkan tidur. Merasa bosan dengan keadaan, ia pun membuka sedikit tirai jendela dan melihat pemandangan luar dari sana. Lampu jalan raya serta rumah penduduk masih terlihat jelas, pertanda ia belum memasuki area tol. Dengan sedikit melamun, sorot matanya kembali menangkap sesosok atau seseorang yang tidak asing baginya.
Sedikit membetulkan posisi duduk, Naura mendekat ke arah jendela.
"Dia kan" gumamnya pelan
Ia mengingat suatu hal, sosok tersebut adalah seorang perempuan yang dilihatnya di toilet. Lambaian tangan dan senyum menyeringai terlihat jelas di wajahnya. Saat tengah memastikan, Naura dikagetkan oleh dering ponsel yang ia genggam. Dari lockscreen terlihat sebuah pesan pengirim tertulis nama Ibu. Dibukanya pesan tersebut dan terbaca "hati-hati di jalan." Ia yang berfikir jika itu hanyalah sebuah kebetulan, segera melihat ke arah luar. Sosok tersebut sudah menghilang, dan di sana hanya ada warung kosong dengan pencahayaan remang.
Kembali merasakan keanehan, ia pun teringat dengan penumpang yang masuk ke toilet. Pasalnya setelah terbangun, Nau tidak mendengar pintu terbuka ataupun pantulan lampu dari dalam toilet. Dengan rasa penasaran yang diselimuti ketakutan, ia pun memberanikan diri membukanya. Berjalan pelan dan gagang pintu dipegangnya kemudian mendorongnya. Terlihat sorot lampu memantul hingga ke beberapa kursi ke depan.
Terdiam sejenak sembari bergumam pelan, "kering?"
Kembali ia merasa jika sosok perempuan mengikutinya dan kembali mengganggunya. Saat tengah terdiam, terdengar salah seorang penumpang menegurnya. Ia meminta agar Nau segera menutup pintu toilet, karena merasa terganggu dengan sorot lampu yang mengenai depan kursinya.
"Iya pak" ucapnya pelan
Enggan mengganggu penumpang lain, ia pun kembali ke kursinya dan mencoba tertidur. Mata yang terpejam namun masih dalam keadaan sepenuhnya sadar, samar terdengar bisikan di telinganya, "Hati-hati, salam kenal. Aku tunggu kamu di sini lagi ya"
Ia yang terkejut, segera membuka mata dan melihat ke sekitar. Tidak ada seseorang di sampingnya dan pandangannya pun beralih ke luar bus. Tampaknya, sekarang Naura sudah berada di area tol.