Contents
Sapa Terakhir
Sapa Terakhir
Didepan café itu, Rintik dan Biru bersalaman. Ada sesak dalam diri Rintik, Rintik tau dia bahkan berbohong pada Biru, Rintik ingin Biru merasakan apa yang dia rasakan dulu.
“aku tetap bersyukur semesta mengijinkan aku ketemu kamu, dan bilang semua hal yang terpendam dihati aku buat kamu”
Rintik hanya diam. “kamu gak mau ngasih senyuman ke aku?”, lanjut Biru, Rintik masih terdiam, dia mencoba menahan sesaknya, dia tidak ingin menangis dihadapan Biru, tidak ingin lagi. Tapi Biru kini memberikan senyuman manisnya seperti saat sapa pertama mereka. Memori masa lalu pun muncul ketika Biru menghampiri Rintik pertama kalinya dan menyapa “anak baru yah” Rintik mengangguk, Biru mengulurkan tangannya “Biru” “Rintik” mereka pun bersalaman dengan senyuman penuh kehangatan.
“aku mau kamu mengingat aku dengan memori yang indah, maaf karena aku egois. tapi kamu ingatkan dulu, kamu pernah bilang kalau memori kita akan berubah sebagaimana saat terakhir kita berbincang, kalau memang ini sapa terakhir buat aku, aku mau kamu memngingatku sebagai Biru yang baik, Biru yang pernah membuat Rintik tertawa dan menangis, Biru yang pernah membuat Rintik ingin bersamanya, bisakah?”
Rintik mengangguk, lalu memberikan senyumannya, air mata sudah diujung mata Rintik. “aku mau kamu bahagia, walaupun bahagia kamu bukan karena aku” tutup Biru, Rintik hanya mengangguk. Mereka pun pulang dengan berlawanan arah. Tapi tiba-tiba terndengar suara tabrakan yang keras.
Kaki Rintik terhenti, dia tidak ingin menengok kembali kemasa lalunya, suara teriakan itu bukan dari Biru. Tapi tidak, hatinya kembali memberontak, Rintik sontak menengok dan dilihatnya Biru sudah dikerumuni banyak orang. Saat itu waktu seakan berhenti. Gelap. Rintik berlari ke arah Biru.
Semua memori tentang Biru kembali bermunculan. Saat mereka berbincang bersama, waktu itu Biru sedang main game sedangkan Rintik membaca buku sambil menulis sesuatu “kamu tahu gak, kalau manusia itu punya masanya sendiri dihidup manusia lain. jadi kalau dia pergi dari hidup seseorang memang sudah masanya dia habis dihidup orang itu, menarik kan?”, “berarti aku juga punya masa dihidup kamu?” jawab Biru sedang matanya masih menatap layar gamenya. “iya dong jelas, kalau masa kamu udah habis dihidup aku, mau sujud sujud minta extra time juga gak bisa, dan nyebelinnya yah, manusia itu kadang gak sadar akan hal itu”
“terus?” jawab Biru yang masih serius dengan gamenya. “makanya banyak manusia yang memberi makan egonya sangat banyak, akhirnya dia menyesal di akhir”, “gak ngerti” ujar Biru, “iiiiihhh bego, jadi gini manusia punya ego tuh, nah karena ego itu kadang mereka gengsi buat bilang cinta, sayang, bahkan sekedar ucapan terima kasih sama orang lain, karena mereka pikir mereka punya waktu sama orang itu, padahal kita gak ada yang tau masa orang hidup seseorang, pas orang itu pergi baru deh kita nyesel” “oh gitu” jawab biru cuek. Rintik yang kesal menghampiri Biru dan memegang wajahnya, dia kini menatap Biru dalam “jadi kamu cinta sama aku gak?”, Biru hanya diam. “tuh tuh tuh.. gininih bilang cinta sama aku gak, bilaaang, ntar kamu nyesel loh kalo aku udah pergi”
Rintik kini memeluk Biru yang sudah berlumuran darah. “Biruuu bangun, maaf maaf aku udah bohong, aku masih cinta kamu, Biruuu banguuun aku mau kamu, aku mau bahagia sama kamu.. biruuuu maaf bangun.. Biruuuuuuuu”
Kini Rintik yang menyesal karena egonya. Manusia memang seperti itu karena ego, kadang kita lupa berapa lama masa kita dihidup seseorang, sehingga kita menyia-nyiakan kesempatan. Padahal ketika semua hilang, maka yang ada hanya penyesalan.
The End