Contents
Love You Sersan
Patah Hati
“Apa yang ingin kau lakukan?!” teriak Laura dengan suara bergetar karena takut.
Kaelan tersenyum dengan mata memicing tajam, harga dirinya terasa di injak-injak sekarang. Laura—perempuan yang ia cintai setulus hati dan selalu dirindukan kini membela juga mengkhawatirkan pria lain di depannya, sungguh menyakitkan.
Cengkeraman di kerah baju Joshua semakin kencang, wajah Jo sudah terlihat merah. Kemarahan Kaelan yang notabene seorang tentara begitu mengerikan, ingin melawan lutut sudah lemas duluan.
Joshua terlalu lemah gemulai untuk melawan tubuh tegap Kaelan, tawa kecil terdengar.
Bruk!
Tubuh Joshua dihempaskan begitu saja dengan dorongan cukup kuat ketika Kaelan melempar tubuh kekasih mantan pacarnya, dihempaskan dengan cara yang menurut Kaelan hanya seujung kuku tenaganya saja Joshua sudah terjungkal ke belakang hingga kursi hampir ikut terbalik ke belakang jika Laura tidak menahannya.
“Kamu bukanlah lawanku!” tukas Kaelan santai tanpa beban, menstabilkan emosi dalam dada yang rasanya sudah terbakar.
Pengunjung yang berada di dalam kafe beralih memfokuskan pandangan ke arah keributan yang terjadi, antara seorang tentara dengan sepasang kekasih yang tengah di mabuk asmara.
Prok!
Prok!
Kaelan menepuk tangannya, sangat kencang hingga suara tepukan itu terdengar ke seluruh penjuru ruangan kafe yang cukup besar sehingga membuat semua pengunjung maupun karyawan semuanya memperhatikan mereka.
“Lihatlah dan ingat wajah wanita dan pria yang berada di depan saya saat ini, dia telah berselingkuh ketika kekasihnya tengah menjalankan tugas sebagai abdi negara. Perhatikan wajah mereka, jika nanti saudara atau tetangga mengenal mereka dan kalian tahu siapa mereka sebenarnya. Tolong! Beritahukan kalau mereka bukanlah orang yang baik apalagi setia!” Suara Kaelan begitu lantang dan penuh ketegasan.
Wajah Laura dan Joshua merah padam menahan malu, mereka tak percaya Kaelan bersikap bar-bar dan sangat memalukan seperti sekarang.
‘Gila! Ini sungguh gila, keterlaluan!’ rutuk Laura dalam hati.
‘Akan kubalas perlakuanmu, brengsek!’ geram Joshua yang tertahan dalam hati.
Laura langsung menarik lengan Joshua untuk pergi meninggalkan Kaelan lebih dulu dari kafe itu, baru beberapa langkah bermaksud menjauh, cekalan tangan menghentikan langkah Laura.
“Akan aku pastikan kau menyesal, Laura! Perempuan murahan!” tukas Kaelan mencengkeram pergelangan tangan Laura sangat keras hingga terlihat merah dan terasa sakit lalu setelahnya menghempaskan begitu saja sampai pekikkan rasa sakit Laura terdengar, setelah itu Kaelan melangkah lebih dulu keluar dari kafe dengan mata merah dan rahangnya mengeras.
Kini satu-satunya tujuan adalah klub malam. Klub yang sudah lama tidak ia singgahi, benar saja meskipun waktu menunjukkan belum larut malam, ia sudah larut dalam dunianya sendiri sampai kesadarannya tinggallah setengah dalam dirinya.
Sebelum kesadarannya menghilang, ia menjauhkan minuman laknat itu dari hadapannya dan berdiri meninggalkan klub malam, wanita penghibur tak berani mendekatinya karena ia masih menggunakan seragam kebesarannya.
Kaelan melajukan kendaraannya melesat membelah kemacetan ibu kota. Otaknya tak lepas memikirkan Laura, dengan setengah kesadarannya ia memiliki satu tujuan yaitu rumah keluarga seseorang yang sudah berstatus mantan.
“Aku tidak terima diperlakukan seperti ini Laura!” geram Kaelan yang mulai masuk ke dalam pagar rumah dengan berjalan sempoyongan.
Tiba di depan pintu utama rumah keluarga Laura, Kaelan langsung menggedor pintu rumah yang tertutup itu dengan tidak sabar.
“Ckkkk ... pasti Laura!” decak Alika yang langsung melangkah cepat ke arah pintu ruang utama.
Klek!
Pintu terbuka, Kaelan sudah berdiri gagah di tengah pintu, matanya merah dan napasnya memburu. Nyali Alika langsung menciut, ia tidak kenal dengan lelaki yang berada didepannya saat ini karena memang Laura hanya menjadikan Kaelan sebagai mainan saja jadi tidak pernah memperkenalkan pada keluarganya, ia hanya mengantar atau menjemput tanpa masuk ke dalam rumah Laura sejak awal hubungan mereka 1,5 tahun lalu sebelum ia diberangkatkan menjadi salah satu anggota pasukan perdamaian.
Sejak awal tidak ada keseriusan menjalani hubungan dengan Kaelan, Laura hanya ingin bergaya saja ketika membawa pria gagah ke hadapan teman-temannya. Suatu kebanggaan tersendiri ketika memperlihatkan ketampanan dan kewibawaan Kaelan di depan teman-temannya, hanya itu tidak lebih. Tidak ada cinta, hanya sebatas suka.
“An-da men-ca-ri si-a-pa?” tanya Alika terbata, tangan pun sudah bergetar dibuatnya.
Ia pikir Laura, Tante dan Neneknya sudah kembali dari kafe makanya dengan percaya diri tanpa mengintip jendela rumah langsung membuka pintu utama.
Tidak beruntung!
Ya ... kondisi yang tidak menguntungkan untuk Alika, didatangi pria tak di kenal dengan wajah menakutkan dan mengintimidasi.
Kaelan langsung mendorong tubuh Alika hingga terjatuh ke belakang, Alika beringsut mundur dengan posisi tubuh sudah terhempas di lantai. Kaelan tersenyum menyeringai jahat, ia melihat Laura yang kini didepannya, bukan Alika yang sama sekali tidak diketahui bahwa ia saudara sepupu mantan kekasihnya.
Laura.
Laura.
Laura.
Nama yang berputar di otak Kaelan, hingga mata dan telinga hanya mendengar dan melihat sosok Laura, bukan yang lain. Kekecewaan, kekesalan, amarah telah menjadi satu yang melemahkan hati Kaelan.
“Keluar!” teriak Alika dalam ketakutannya hingga suara terdengar bergetar.
Bukan memundurkan langkah Kaelan malah tertawa dan semakin memojokkan posisi Alika di sudut ruang tamu rumah itu.
“Kenapa kamu mempermainkan aku, hahh?! Jawab!” bentak Kaelan.
“Apa maksudmu? Aku bahkan tidak mengenalmu!” sahut Alika mengumpulkan keberanian.
“Jangan berkelit! Dasar perempuan murahan! Aku akan menghabisimu malam ini, hahaha,” kata Kaelan diiringi tawa.
Kaelan semakin memajukan langkah, mengikis jarak, menahan pergerakan tangan Alika.
“Apa yang kau lakukan?! Awas!” bentak Alika.
Kaelan bergeming, seringai jahatnya tampak, napasnya naik turun. Bibir ranum Alika menyedot perhatian Kaelan, ia memajukan wajah ketika sudah berhasil mengunci pergerakan tangan Alika dan tubuh yang sudah ia himpit.
Kaelan marangkak ke atas tubuh Alika, hingga posisi Kaelan kini berada di atas Alika yang semakin dibuat panik dan memberontak atas apa yang dilakukan pria yang tidak ia kenal.
“Awas, jangan macam-macam! Atau aku akan berteriak?!” ancam Alika di tengah kepanikan atas serangan yang dilakukan Kaelan.
Sungguh Alika tidak menerima perlakuan pria yang kini berada di atasnya, merasa harga diri sebagai wanita diinjak-injak, ia perempuan terhormat bukan perempuan murahan.
“Kurang ajar!” teriak Alika lagi.
Tidak berhenti Alika melakukan penolakan, kaki dan tangan bahkan seluruh tubuhnya di paksa untuk bergerak agar bisa lepas dari cengkeraman pria yang sekarang seperti patung, menatap lamat-lamat tanpa berucap seperti menikmati semua pemberontakan yang Alika lakukan, posisi wajahnya tetap dekat. Kaelan terlalu kuat untuk Alika, kekuatan Alika hanya 10 persen dari kekuatan Kaelan.
Tubuh Alika meliuk-liuk di atas marmer, semakin kuat tenaga Alika maka semakin kuat juga cengkeraman Kaelan.
“Sial! Kamu mabuk rupanya!” pekik Alika ketika bau alkohol menguar ke indera penciumannya saat jarak wajah mereka sangat dekat hingga deru napas Kaelan menerpa wajah cantik Alika.
Kaelan sudah tidak tahan lagi menahan hasrat yang semakin menggebu, nafsu dan amarah menyelimuti diri, bak anak panah yang kapan saja melesat ke sasaran.
“Laura,” desis Kaelan.
“Aku Alika! Bukan Laura,” sungut Alika dengan suara naik beberapa oktaf.
“Dasar pembohong, dasar pengkhianat!”
Plak!
Plak!
Tamparan keras langsung diterima di pipi kiri dan kanan Alika hingga kepalanya terasa pusing dan pandangannya mengabur seketika lalu lambat laun menjadi gelap, Alika tak sadarkan diri. Seperti kerasukan, Kaelan merampas bibir ranum Alika yang tengah tak sadarkan diri, mencium bibir sangat brutal.
Terus melumat tanpa ampun, hingga sesuatu dalam dirinya menginginkan lebih dari sekadar mencium. Kaelan menarik salah satu sisi baju hingga robek tanpa melepaskan tautan panasnya, rasa bibir yang begitu manis untuk terus ia cecap.
Kini dada Alika terekspos indah, Kaelan menatap lapar wanita yang ia anggap mantan kekasihnya. Ia mulai menundukkan tubuh, tergoda dengan dua belah dada indah wanita yang memejamkan mata dengan kesadaran yang sudah menghilang.
Alika terlalu indah untuk tidak di sentuh, rambut sepunggung, dagu belah, hidung mancung, kulit putih susu, kecantikan yang sangat sempurna.
“Tolong! Tolong!” teriak seseorang yang tiba-tiba berada tepat dibelakangnya tengah berlari keluar meminta pertolongan setelah tanpa sengaja melihat kelakuan Kaelan.
Mendengar teriakan itu, seketika Kaelan menghentikan aksinya, ia langsung berdiri dari posisinya saat ini. Kepalanya terasa berputar, ia mengerjapkan mata berkali-kali setelah sedikit sadar apa yang telah dilakukannya. Ia mengusap wajah kasar.
“B o d o h!” rutuknya meninju tembok yang tepat berada di depannya.
Teriakan dari luar semakin kencang yang mengundang datangnya orang yang berada di sekitar.
“Sial!” rutuk Kaelan mengacak-acak rambutnya frustrasi.
~Bersambung~