Try new experience
with our app

INSTALL

Kuramaikan Pernikahanmu 

PART 1: MENGHADIRI ACARA PERNIKAHAN ARUMI

“INI, Bang.” Pemilik toko menaruh sebungkus rokok di atas etalase. 

Lingga mengangguk. “Numpang duduk ya, Pak.” “Silakan.” 

Lingga duduk menghadap jalan dan mengamati orang- orang yang berlalu lalang. Lingga mengambil sebatang rokok, menyalakannya, lalu menghisapnya kuat-kuat. Ia mengeluarkan asapnya tipis-tipis. Duduk di depan toko yang berjarak seratus meter dari rumah Arumi adalah tepat dan pas. Lingga bisa dengan leluasa mengamati kondisi di sekitar rumah mantan kekasihnya itu. 

“Tidak langsung masuk saja, Bang?” Sebuah pertanyaan yang meluncur dari bibir pemilik toko itu mengagetkan sekaligus membuyarkan lamunan Lingga. Pemilik toko itu keluar dari tokonya dengan menenteng dua tas plastik di kedua tangannya. Lalu memasukkannya ke tempat sampah di samping tokonya. 

Lingga tersenyum ketika pemilik toko itu akan melewatinya. “Saya datang kepagian, Pak. Mau santai dulu. Lagian ijab kabulnya jam sembilan ini.” 

“Sudah banyak yang datang, lho. Nanti penuh.” 

“Tidak apa-apa, Pak.” 

Sejam yang lalu Lingga sudah berkeliling ke gang-gang di sekitar rumah Arumi, mengecek kondisi jalan untuk pelariannya nanti. Ada empat gang yang ia pilih untuk rencana pelariannya, semua strategis karena ujungnya sampai ke jalan umum. Motor ia titipkan di penitipan umum dekat lapangan sepak bola. Nanti tinggal lurus ke depan dengan laju yang kencang, pasti tak seorang pun bisa mengejarnya. 

*** 

Sembilan jam yang lalu, tepatnya tengah malam, Lingga dengan teliti mengecek satu per satu segala persiapannya. Mulai dari pakaiannya, sepatunya, bahkan sampai motornya sebagai pendukung proses pelariannya. 

Lingga menaruh sepucuk pistol di atas meja, lalu memastikan isi pelurunya. Diletakkannya juga sebuah pisau belati bonus dari pembelian pistol itu. Ia sudah mengasahnya berkali-kali supaya benar-benar tajam. 
Kali ini Lingga benar-benar marah. Saking terpukulnya, sampai-sampai ia membuat rencana yang sungguh jahat. Tidak hanya sampai di situ, ia memiliki plan A, B, dan C. Targetnya adalah kematian keluarga Arumi dan calon suaminya. 

Lingga duduk dengan kasar, lalu menggebrak meja dengan telapak tangannya. Botol minuman keras yang tadinya berdiri tegak, kini telah roboh dan menggelinding. Buru-buru Lingga meraihnya yang kemudian ia memeluknya erat. Merasa lega. Itu adalah botol terakhir yang ia punya. Empat botol sebelumnya sudah pecah semua dan berserakan di lantai. Lingga melemparkan botol-botol itu ke dinding setelah menenggak habis isinya. 
Kekecewaan Lingga kepada Arumi sungguh dalam. Ia sangat merasakan sakit hati. Di saat seperti ini, minuman keras adalah teman paling sejati baginya. Satu-satunya yang bisa menenangkan pikirannya dan bisa menghangatkan tubuhnya.Dengan marah, Lingga melihat lagi kertas undangan pernikahan yang telah ia robek-robek menjadi beberapa bagian. Kedatangan undangan itu sungguh membuat hatinya hancur dan sakit. 

Sebulan yang lalu Lingga masih jalan berdua bersama Arumi di taman. Mereka masih bercanda dan tertawa bersama. Hanya saja setelah pertemuan itu, Arumi tak bisa lagi dihubungi. Tak ada angin dan tak ada hujan, tiba-tiba saja Arumi mengundangnya. Bukan pernikahan dengannya, tapi dengan orang lain. Lingga terus mengingat kata-kata saat pertemuan terakhir dengan Arumi. Ia yakin jika tak ada kata putus. Lingga menganggap bahwa kedatangan undangan pernikahan Arumi adalah tantangan baginya. Kesengajaan ini sangat keterlaluan. Ia yakin jika ini semua untuk lebih menyakiti hatinya. 

*** 

Seseorang keluar dari kerumunan keluarga Arumi. Sesaat menghentikan kesibukan mereka. Seorang bapak paruh baya berlari sambil bicara dengan handphone-nya. 

“Sudah datang. Rombongan sudah datang.” Teriakannya menghipnotis semua orang di sekitar rumah Arumi. Lalu semua orang keluar dan berkumpul di sana, sehingga memadati seluruh jalan masuk. Lingga ikut berdiri, tapi ia tetap di tempatnya. Di depan toko. 

Tak berselang lama, munculah sebuah mobil besar dengan merek terkenal. Mobil itu berbelok dan lewat di depan mata Lingga. Kemudian diikuti mobil yang lain di belakangnya. Satu mobil, dua mobil, tiga mobil, dan mobil kesembilan berhenti di depan Lingga. 

Mobil rombongan itu berderet rapi karena memang sudah ada yang mengatur. Semua pintu mobil terbuka secara bersamaan. Kemudian semua penumpang dari sembilan mobil itu turun satu per satu. Beberapa orang yang turun dipastikanlagi sedang membawa barang seserahan. Seseorang sibuk mengatur agar semua rombongan dari pengantin pria berbaris rapi. Lingga belum bisa melihat calon suami Arumi karena terhalang kerumunan orang. Ia harus mendekat dan ikut masuk. 

Setelah beberapa orang berhasil mengambil gambar untuk dokumentasi, rombongan itu perlahan-lahan mulai bergerak masuk ke tempat pernikahan. Lingga berjalan mengikuti rombongan tersebut di barisan paling belakang. 

***