Contents
Aldebaran, My Love
Prologue
Dengan perasaan kalut, Andin menatap tampilan dirinya di cermin besar dihadapannya. Menelusuri penampilannya mulai dari rambut yang ditata sempurna hingga kuku kaki yang dimanikur yang mengintip dari sepatu berujung terbuka yang dikenakannya. Kebaya akad nikah mewah rancangan desainer terkenal yang membalut tubuhnya membuatnya tampak anggun dan elegan. Namun Andin tahu, dibalik penampilannya yang sempurna tersimpan dendam dan pengkhianatan. Dibalik senyum palsu dan kata-kata lembut, tersimpan tipu daya yang membutakan mata.
Lama Andin mengamati pantulan dirinya di cermin, tidak mengenali wanita asing yang balas menatapnya. Kesedihan dan keputusasaan terpancar di wajah dan matanya. Sudah lima belas menit dia mengurung diri di kamar rias dan sewaktu-waktu para pengiring pengantin akan datang mengetuk pintu dan membawanya ke luar ke ruang akad nikah.
Andin merasa tidak bisa bernapas. Dia merasa sangat jahat dan hina.
Dalam waktu kurang dari sepuluh menit, Andin akan membiarkan para bridesmaids mengantarnya menyusuri lorong yang dipenuhi bunga-bunga segar dan tirai sutra putih yang menghiasi setiap sudut ruangan. Andin akan menuju ke meja ijab kabul dan menggenggam tangan calon suaminya, menatap matanya yang penuh dengan kegembiraan, dan mengatakan bahwa dia terpaksa membatalkan pernikahan karena ada musibah yang menimpa keluarganya, persis seperti yang dulu Aldebaran katakan kepada sepupu Andin, Dayana, di hari pernikahan mereka.
Pokoknya lo harus ngelakuin apa pun buat bikin Aldebaran cinta mati sama lo. Setelah itu tinggalin dia di hari pernikahan kalian. Dengan begitu hidup gue bisa tenang dan gue bisa ikhlas nerima keadaan gue sekarang.
Kata-kata Dayana terus menghantui benaknya dan mengiringi setiap langkahnya. Andin membiarkan pandangannya jatuh ke sekujur tubuhnya, mengikuti gaun bertabur kristal dan payet-payet halus yang memeluk lekuk tubuhnya dengan sempurna. Gaun berwarna putih yang melambangkan kesucian.
Tawa getir keluar dari bibir Andin yang merah menyala. Dia jauh dari kesan suci. Raganya mungkin masih suci tapi jiwanya tidak. Jiwanya hilang dan hatinya dingin. Dia iblis dalam wujud malaikat, menjebak seorang pria yang bisa memiliki wanita mana pun yang dia inginkan. Dan mengapa? Karena sebuah dendam dan hutang budi. Dia akan mempermalukan seorang Aldebaran Alfahri, seorang pria hebat, di depan semua orang. Siapa yang tega melakukan itu? Tentu saja seorang wanita bodoh dan egois, terlepas dari alasan kenapa dia melakukannya.
Masih ada waktu, Andin. Lakukan hal yang benar. Beritahu Aldebaran.
Hati kecilnya berbisik dan terus mendesaknya melakukan hal yang benar. Dia tidak tahan membayangkan bagaimana perasaan Aldebaran saat Andin meninggalkannya nanti. Setelah mengenal Aldebaran selama setahun terakhir ini, dia menyadari kalau Al adalah pria yang luar biasa. Pria yang cerdas, penyayang, dan bertanggung jawab. Tidak terasa air mata menitik dari sudut matanya. Andin sadar jika dia sudah mulai mencintai Aldebaran.
Entah kapan terjadinya, rasa peduli dan perhatian pura-pura yang Andin paksakan untuk menarik perhatian Aldebaran dan ibunya, perlahan berubah menjadi perasaan yang nyata. Sekarang dia benar-benar sayang dan peduli terhadap Al dan Mama Rossa. Tapi Andin tahu dia harus mengeraskan hatinya dan menepati janjinya pada Dayana. Karena walau bagaimanapun, keluarga adalah hal yang paling utama baginya dan Andin dan ibunya sudah berhutang budi kepada keluarga Dayana.
Ketukan di pintu mengagetkan Andin dan dia melompat dari kursinya.
Sudah waktunya. Gumamnya berulang kali. Andin menarik napas panjang untuk menenangkan diri dan menghembuskannya perlahan. Berpaling dari pantulan wajahnya yang menipu, dia berjalan ke pintu dan membukanya setelah ragu-ragu sebentar, menyangka kalau yang mengetuk pintu adalah Michi, salah satu bridesmaids-nya yang merupakan sahabat Al.
Tapi alih-alih Michi, Andin disambut dengan wajah yang jauh lebih tua namun tetap terlihat cantik.
"Mama?" bisik Andin tak percaya. "Sejak kapan mama ada disini?"
"Surprise!" teriak Mama Sofia, tertawa melihat ekspresi Andin.
Tapi Andin tidak balas tertawa. Dia merasa sangat panik karena tidak seharusnya ibunya ada disini. Ibunya tidak tahu apa-apa tentang rencananya yang akan kabur dari pesta pernikahannya sendiri. Dia sudah mengatur sedemikian rupa agar ibunya tidak bisa menghadiri pernikahannya di Jakarta.
Selama beberapa tahun terakhir, Andin dan ibunya tinggal di London bersama suami kedua ibunya yang dipindahtugaskan kesana. Andin telah berhasil meyakinkan Al dan keluarganya bahwa sebaiknya mereka mengadakan acara akad nikah privat dan tertutup mengingat tidak akan banyak keluarga dari pihak Andin yang bisa hadir karena sebagian besar tinggal di luar negeri.
Napas Andin terasa sesak dan dia diam-diam mencubit lengannya untuk memastikan ini bukan mimpi buruk.
"Andin, kamu kenapa?" tanya ibunya khawatir.
"Ga apa-apa, Ma," jawab Andin sambil memeluk ibunya.
Ibunya balas memeluk Andin dengan erat sebelum melepas pelukannya dan menangkup pipi Andin. "You look absolutely breathtaking and I'm so happy for you. Mana mungkin mama ga datang ke pernikahan anak mama sendiri. Yang benar aja, Ndin."
Andin memaksakan diri tersenyum, hatinya terasa perih. "Mama kesini sendiri?"
Ibunya menggeleng. "Sama Papa Gunawan kamu."
Wajah Andin memucat. "Papa Gunawan juga datang ke Indonesia?"
"Of course! Dia juga ga bakalan mau melewatkan pernikahan kamu, Ndin. Kamu kan tau dia itu udah anggap kamu seperti anaknya sendiri. Walau pun dia cenderung pendiam dan ga banyak bicara tapi dia sayang sekali sama kamu."
"I know," bisik Andin.
Gelombang kesedihan yang luar biasa dan melemahkan meliputi Andin, mengancam untuk menenggelamkannya dalam kesedihan tak berujung. Dia tidak mengerti. Dia tidak mengerti bagaimana dia bisa sampai di posisi ini. Posisi yang serasa seperti mimpi buruk. Dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan.
Di satu sisi, Andin tidak ingin mengkhianati sepupunya walaupun dia sangat menyesal telah terlibat dalam rencana jahat dan bodoh yang sudah disusun sepupunya untuk membalaskan dendamnya kepada Aldebaran Alfahri. Dengan mendengar namanya saja sudah membuat Dayana murka dan tantrum sampai melemparkan barang-barang yang ada disekitarnya dari atas kursi rodanya.
Dayana yang dulu terkenal lincah dan periang sekarang seakan tidak memiliki semangat hidup lagi. Saat kembali ke Indonesia, Andin sangat terpukul dan kasihan ketika melihat sepupunya, seorang ballerina terkenal dan berbakat, harus kehilangan karirnya yang cemerlang dan menjalani hari-harinya diatas kursi roda. Dia juga sangat marah ketika mengetahui penyebabnya dan berjanji kepada Dayana bahwa dia akan membantu membalaskan dendam sepupunya itu.
Namun di sisi lain, Andin juga tidak ingin mengkhianati dan menyakiti Aldebaran, pria yang sudah mencuri hatinya. Kedatangan ibu dan ayah tirinya juga semakin memperumit keadaan. Jika Andin tetap nekat menjalankan rencananya, dia tidak hanya akan mempermalukan dan menyakiti Aldebaran dan Mama Rossa, tetapi juga Mama Sofia dan Papa Gunawan—kumpulan orang-orang yang sangat dia sayangi dan hormati.
Andin membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu kepada ibunya, tetapi suara Michi yang terdengar dari belakang mereka membuatnya mengurungkan niatnya.
"Andin, kamu sudah siap?" tanya Michi yang datang bersama dua bridesmaids lainnya untuk membawa Andin ke ruang akad nikah.
Andin menghela napas dalam-dalam dan mengangguk. Dia kemudian menoleh ke arah ibunya yang sedang mengusap air mata bahagia dari kedua sudut matanya. Wajah ibunya dihiasi senyuman yang sangat lebar sementara Andin merasa jiwanya mati di dalam. Dia merasa sangat pantas masuk neraka atas apa yang akan dilakukannya dan dia sudah merasakan api menjilati telapak kakinya.
To be continued ...
Sunday, October 30, 2022