Try new experience
with our app

INSTALL

AKU VELLA 

BERTEMU RIZAL

CHAPTER 7

BERTEMU RIZAL


“Ini dia rumah aku, maaf ya agak berantakan dan sederhana”.


Aku memasuki rumah angga dan memberisalam pada pamannya yang sedang menonton tv diruang tamu.


“om, saya mau numpang sholat disini takut kehabisan zuhur”.


Aku mencium tangan pamannya dan meminta izin untuk sholat, tapi aku sepertinya lupa membawa mukena, saat aku periksa memang tidak ada.


Selesai wudhu aku bilang pada angga kalau aku tidak jadi sholat karena aku lupa membawa mukena, tapi tanpa disangka angga menyimpan mukena dilemarinya, untuk calon istrinya kelak katanya.


“kamu kenapa begitu kepikiran beli mukena, emangnya udah siap punya istri”.


Aku senyum senyum mengengam mukena itu, karena dari umur saja kita belum 17 tahun ,tapi mungkin angga sudah lebih dewasa dibanding aku.


Angga keluar kamar dan aku sholat tepat di dalam kamarnya, aku sholat sangat tidak khusyuk karena melihat sekeliling kamarnya, tapi aku berusaha khusyuk melawan godaan mata yang mengangguku.


Sholat selesai aku pamit untuk pulang karena takut kesorean, aku pamit dengan pamannya dan angga mengantarku ke depan gang rumahnya.


“kamu..., emmm, makusdnya lu udah pesen ojek online, takutnya lama nunggunya kalo belom mesen”.


“aku udah mesen kok tadi, lagi dijalan deket sini, 5 menit lagi nyampe kayanya”.


Aku merasa saat itu seperti moment yang tidak bisa dilupakan dengan begitu saja, aku terdiam dan tersenyum melihat angga ada disampingku.


Ojek onlineku tiba dan aku bergegas naik lalu jalan pulang ke rumah.


“ kamu hati-hati ya!!!”.


Angga teriak dari gangnya setelah ojek onlineku jalan dari gangnya, aku hanya melambaikan tangan dan mengelengkan kepala sambil tersenyum.


Sampai di rumah aku masih terbawa suasana tadi dengan angga, tapi bibi malah mengagetkan aku dari belakang, jadi buyar deh momentnya.


“kak..!!!”


“senyum,senyum, sendiri bibi liat dari depan tadi”.


“bibi, ya allah ngagetin aja ya!”.


“bibi udah dapet kabar soal mamah papah?”.

Aku menanyakan hal itu pada bibi, karena aku masih teringat kejadian kemarin di rumah.


“belum kak, bibi juga tadi tanya sama tetangga depan dan samping sama pak RT juga sama pak satpam pak ardi, semua bilang ngak tahu dan ngak liat”.


Aku penasaran banget mamah kemana, aku telfon lagi dan masih sama tidak aktif, papah juga sama tidak aktif, aku berpikir apa aku halusinasi kemarin karena capek di sekolah. Dalam hatiku dan pikiranku ada banyak hal pertanyaan, tapi kalau misal halusinasi kenapa sampai sekarang mamah papah belum pulang ya.


“bi, aku gak halusinasi kan ya?”.


“masa mamah sama papah ngak pulang dari kemarin, kan biasanya pagi pulang”.


Aku mencoba menyenangkan diriku dengan menontonn tv dan mengingat kejadian tadi dengan angga.


“Tengnong....tengnong...tengnong”.


Bunyi bel rumahku yang lumayan kerasa sampai ke dalam rumah, bibi bergegas membuka pintu dan ternyata itu rizal, aku lupa hari ini ada janji sama rizal.


Aku lari ketas karena malu diliat rizal belum rapih.


“vel... velll... aku tunggu bawah ya!!!”.


“iyaaaaa!!!”.


Aku ganti baju dan memakai minyak wangi karena aku belum mandi sore aku takut bau saat di jalan.


Aku segera turun tangga dan berusaha rapih dengan senyuman untuk menyambut rizal, aku malas sekali disitu sebenarnya, tapi aku tidak ingin mengambaikan rizal yang sudah menjadi temanku dari kecil.


Rizal mebawa amotor customya yang dia beli saat dibangku kelas 8, aku masih ingat saat dia menagis meminta motor ini pada papahnya, dan sekarang dia boleh mengendarainya sendiri tapi tidak boleh jauh-jauh karena belum ada SIM.


“akhirnya boleh juga kamu bawa motor ini”.


Aku mencoba mengajak bicara rizal, agar dia bisa santai memboncengku.


“ya, kemarin papah bilang kalau aku boleh naik motor ini, asalkan aku tidak pergi jauh-jauh".


\tAku masih belum bertanya aku mau dibawa kemana, aku hanya mengikuti jalannya. Sampailah aku di caffe slow, akulihat disana ada papah dan wanita itu juga anak kecil itu yang aku lihat kemarin, aku tidak halusinasi kemarin semua yang aku lihat saat ini dan kemarin semua benar adanya.


“zal, kita mau minum kopi disini?”


“iya vel, ini tempat terbaik di daerah kita”.


Sebenarnya aku ingin meminta dia pindah, karena aku takut dilihat papah, aku tidak enak pada rizal dan mengikutinya masuk kedalam caffe.


Tapi tanpa disangka rizal membawaku menghampiri papah dan juga wnaita beserta anak itu.


Aku hanya ternsenyum dan menyapa papah seperti biasa tapi aku tidak memeluknya karena aku malu di depan umum.


“ hai pah”.


Rizal memperkenalkanku pada wanita itu tantenya rizal, aku masih bingung dalam situasi aneh ini, yang aku tahu rizal ingin memberikan kabar baik padaku.


“kenalin vel, ini tanteku dan ini keponakanku”.


“hai... salam kenal aku vella “.


Rizal mulai percakapan dimeja itu.


“vel, aku dan papah kamu mau ngasih kamu kabar bagus, kalau aku sama kamu sekarang saudaraan, karena papah kamu udah nikah sama tante aku”.


Aku kaget sekaget kagetnya saat itu, aku gak tahu, harus bagaimana jawabnya dan mengespresikannya pada papah dan semua yang ada disitu.


Aku teringat mamah pada saat itu, aku memberikan pertanyaan ini pada papah.


“mamah..., mamah dimana pah?”.


papah tidak menjawab pertanyaaku hanya menunduk menyesal didepanku.


Aku terus bertanya dan mendesak papah.


“pah!!!”.


“pahhhh, kemana mamah pahhh!!!”


“kalau papah diam berarti aku percaya mamah memang sedang tidak baik sekarang”.


Aku berusaha tetap tersenyum disitu, tapi rasanya papah sudah bukan papah yang dulu.


“aku ngakpapa papah selalu pulang pagi dan bau badannya, asal papah tetap di rumah".


Kekecewaanku pada papah saat itu sangat besar, aku beranjak berdiri dari tempat makan itu dan rizal menahanku.


“vel..., vel..., jangan pergi dulu vel, aku minta maaf vel kalau aku udah ngecewain kamu dengan adanya kabar ini!!!”.


“mamah udah meninggal vel!!!”.


Papah berbicara itu seketika dan mebuatku sangat terkejut, kecewa sekali dengan sikapnya.


Aku menghempaskan tangan rizal dan mulai pergi dari tempat itu.


Saat dijalan aku memikirkan perkataan papah tentang mamah, apa aku benar sedang halusinasi kemarin dan saat ini, apa papah berbohong. Semua hal yang menjadi pertanyaan di benak pikiranku sangat banyak.


Aku memanggil bibi dan memeluk bibi saat sampai di rumah, aku menangis dan menyebut nama papah mamah.