Contents
AKU VELLA
PERPISAHAN
CHAPTER 4
PERPISAHAN
\tAku kembali ke dalam rumah mengetok pintu kamar mamah, aku kasih tahu kalau papah baru saja pergi sama wanita dan seorang anak kecil.
Aku tidak berani masuk ke kamar mamah karena tidak ada sautan apapun dari mamah dan aku kembali ke kamar, tiba-tiba bibi datang dari arah depan pintu.
Aku sangat kaget dengan kedatangan bibi, ku kira itu papah yang datang lagi.
“bibi ngangetin aja ya!!! bibi darimana aja, aku tadi mau minta diurutin bentar sama bibi, badan aku semua sakit bi tapi bibi ngak ada di rumah”. Dengan muka marah dan kesal aku bicara pada bibi.
\tBibi baru saja pulang dari rumah saudaranya yang di Jakarta karena ada keperluan penting katanya, bibi minta maaf dan langsung mengambil minyak urut untuk mengurut aku.
Dalam hatiku aku merasa tidak enak pada bibi karena sudah bicara seperti itu padanya.
“bi, aku minta maaf ya..., udah kasar ngomongnya tadi”.
Aku dan bibi sudah seperti ibu dan anak, karena hanya bibi yang menemaniku dan mau mendengarkan aku saat aku butuh teman curhat untuk mengobrol semua masalahku.
Bibi adalah anak termuda dikeluarganya, aku dulu sempat memanggil bibi dengan sebutan ibu, tapi bibi menolaknya karena bibi tidak enak dengan mamah, padahal aku yakin mamah juga tidak begitu perduli dengan panggilan aku pada bibi.
Rasanya diurut itu enak banget ya, jadi mau terus diurut terus tidur dan tidak melakukan kegiatan apapun. Bibi memang paling enak dan jago kalau masalah mengurut.
Aku menceritakan hal yang terjadi tadi pada bibi, kalau mamah sudah pulang dan ada di kamar, dan papah baru saja pulang lalu pergi lagi dengan wanita dan seorang anak kecil di mobilnya.
“bi...., mau tahu gak?”. Ada mamah di kamar, mamah sudah pulang sore ini”.
Aku bercerita dengan senang dan rasa hati tenang banget mamah bisa ada di rumah walaupun di kamar, bibi yang mendengar itu agak kaget dan menengok ke arah kamar.
“ yang bener kak, kalau mamah udah pulang berarti bibi harus masak dulu ini , takut mamah bangun dan cari makan buat makan malam nanti malah ngak ada lagi!!!”
Aku langsung kepikiran masak sesuatu sama bibi untuk mamah makan malam nanti, aku berentiin urutan bibi dan bilang sama bibi kalu aku mau masak kesukaan mamah telor ceplok balado, bibi setuju dan kita masak bareng untuk makan malam hari itu.
\tSelesai sudah kami masak dan aku mandi sholat manghrib lalu turun membangunkan mamah yang sepertinya masih tertidur di kamarnya, Aku hanya berani mengetuk pintunya karena takut mengangu istirahatnya.
\t\t
“mah..., bangun mah udah maghrib, aku masak sama bibi udah masak kesukaan mamah”.
Tak ada sautan sama sekali dari dalam kamar, aku memanggil bibi untuk memastikan kalau aku memang benar tidak mendengar apapun dari dalam. Bibi juga sama tidak mendengar apapun, aku dan bibi memutuskan membuka pintu kamar mamah dan ternyata dalam keadaan terkunci aku dari tadi hanya memegang tanpa mengerakan gagang pintu.
Aku mengintip lewat jendela luar kamar mamah dan bibi mengetok terus pintu mamah, tapi yang aku temui kamar mamah kosong dan seperti tidak ada orang di dalam, kasurnya juga sangat rapih tidak berantakan.
Aku ke dalam mengadu pada bibi dan kami berdua mendobrak pintu tapi tidak bisa, aku mencari kunci cadangan kamar ini tapi tidak ketemu di tempat kunci cadangan disimpan. Aku bilang sama bibi untuk memanggil pak satpam kompelks agar bisa menolong aku dan bibi membuka pintu kamar mamah.
“bi, cepet panggil satpam aja deh bi, aku takut mamah kenapa-napa di dalam kamar!!!”.
“iya kak, bibi panggilin ya”.
Selang beberapa menit bibi datang dan pak satpam ardi namanya, pak ardi lalu mendobrak pintu itu dengan keras dengan linggis yang dia bawa dari kantor pos.
“BRAKKK....” gagang pintu copot, pintu hancur engselnya dan pintu terbuka, tapi benar saja penglihatanku tadi kamar ini kosong tanpa mamah di dalamnya.
\tAku tidak bohong pada sore itu aku melihat mamah masuk kamar dan pulang sedang membawa air minum ke kamar, bibi mendekatiku dan mengusap tanganku sambil berkata sabar padaku. Disitu aku hanya merasa bingung dan heran kenapa bisa tidak ada mamah di dalam bahkan air minum yang dibawa juga tidak ada.
Aku melihat lagi ke semua sudut kamar, kamar mandi di kamar mamah juga aku cek dan semua kosong tidak ada mamah, aku keluar kamar dengan lemas dan bibi berada disampingku aku merasa malu pada pak satpam karena telah merepotkannya harus ke rumahku.
“pak..., saya minta maaf telah merepotkan, terimakasih atas bantuannya”.
Pak ardi pamit balik ke pos dan aku bersama bibi menutup pintu lalu duduk di sofa , aku disitu hanya melamun dan diam karena aku merasa seperti orang pembohong.
“kak, makan dulu yuk, takut mubazir, nanti telefon aja mamah siapa tahu dia emang pulang tadi sore dan pergi lagi tanpa kakak tahu".
Bibi menenangkanku dengan berkata seperti itu, tapi aku masih tidak percaya sama perkataan bibi padaku.
Aku bergegas mengambil handphone di kamarku dan menelepon mamah papah tapi semuanya tidak aktif, aku makin bingung dan penasaran apa yang sebenernya terjadi kenapa mamah tiba-tiba hilang dan papah tiba-tiba pergi sama wanita dan seorang anak.
Aku makan malam dengan penuh pikiran dikepalaku, banyak pertanyaan dan jawaban yang masih aku cari, bahkan tentang angga, dan juga tentang keluargaku mamah dan papah.
Malam itu setelah sholat isya aku bergegas tidur karena rasanya lelah sekali hari ini dengan masalah dan tentang sekolahku yang sebentar lagi akan ada ujian nasional, aku yang harusnya fokus belajar malah ada masalah kaya gini.
\tPagi itu aku bangun dengan segar setelah sholat subuh aku berdoa pada allah kalau jika mamah memang pergi ninggalin aku, tolong kembalikan mamah dan juga papah padaku, dan aku tertidur hingga jam 6.
“tring tring tring tring...”. itu adalah bunyi alarmku untuk membangunkanku disetiap pagi.
Aku bersiap mandi dan menyiapkan baju sekolah juga membereskan buku-buku yang harus aku bawa ke sekolah. Di bawah bibi sudah menyiapkan sarapan enak untukku, saat aku duduk di tempat makan aku bertanya pada bibi tentang mamah tapi bibi bilang malam tadi dan pagi ini belum ada tanda mamah pulang.
“bi!!! Mamah udah pulang belum?”
Bibi tersenyum dan menjawab belum, aku sebenarnya sangat khawatir dan tidak mau ke sekolah, hanya saja aku berpikir kembali bahwa aku harus lulus dan mewujudkan cita-citaku menjadi dokter, itu juga pasti yang diinginkan mamah dan papah.
\tAku berangkat sekolah dengan hati yang gelisah dengan keadaan keluargaku sekarang. Sampainya aku di sekolah aku bertemu dengan angga yang juga sedang turun dari ojek online, aku menyappa dengan senyum lalu aku lanjut jalan ke dalam sekolah, aku tidak tahu lagi harus manggil atau menyapanya dengan kata hai, karena bagiku itu sangat memalukan.
“vel...”
Sepertinya angga memanggilku dari belakang, aku membalikan badan dan menyapanya balik.
“ya..., nga kenap...”.
Suaraku terpotong saat tahu yang memanggilku bukan angga, tapi temanku sedari aku SD, rizal namanya.
“ngaaa... apa vel?”
rizal bingung dengan ucapanku tadi, tapi untungnya dia tidak terlalu curiga padaku.
Aku hanya tersenyum dan tertawa kecil pada rizal dengan berkata kalau aku sedang belajar drama untuk tugas akhir bahasa Indonesia.
“hehehe... aku sedang belajar drama zal”.
Rizal hanya menaganguk dan kembali bicara padaku.
“vel..., aku itu punya kabar bagus buat kamu, tapi aku mau ngasih tahu kamu di tempat lain vel”.
“maksudnya zal, tempat lain dimana ?”
“emmm... maksud aku sambil minum coffe di cafe gitu".
Aku kembali tertawa kecil menangapi perkataan rizal, karena aku tahu sedari SD dia memang suka denganku tapi aku sudah mengangapnya seperti kakakku sendiri.