Try new experience
with our app

INSTALL

AKU VELLA 

KEHADIRANNYA

CHAPTER 2

KEHADIRANNYA

\tAku mengeluarkan uang di meja dan pergi dari kantin karena hanya membuang waktu saja berpikir tentang oranglain yang tidak aku kenal dan hanya membuat aku sengsara harus bersama dinda dan teman temannya.


Hatiku sangat kesal saat itu dan aku ingin teriak bilang ke guru kalau dinda hanya murid yang tidak bisa apapun kalau bukan karena diriku, tapi aku tetap sabar dan berjalan cepat menuju kelas karena aku sudah tertinggal beberapa mata pelajaran matematika tadi, karena harus mendengarkan bualan dinda tentang murid itu.


Saat aku sedang berjalan tiba-tiba saja aku menginjak sesuatu yang keras aku rasa seperti pulpen, aku berhenti dan melihat kebawah kakiku dan benar saja itu pulpen hitam yang tidak ada tutupnya aku menghela nafas dan mengangkat kakiku untuk melajutkan jalan ke kelasku.


“kemana yak tutup pulpennya”.


Aku mendengar suara laki-laki dibelakangku tepat setelah aku maju untuk menuju kelasku, tapi suaranya seperti anak laki-laki dikantin tadi yang marah-marah, aku menoleh sedikit karena penasaran, dan ternyata memang dia murid laki-laki itu, angga.


“maaf, aku ngak tahu masalah tutupnya, aku memang menginjak itu, tapi sudah ngak ada tutupnya kok.”


Aku seketika saja mengucap itu saaat kembali menoleh ke arah depan, dan tidak ada jawaban sama sekali atas pernyataanku itu, maka aku melanjutkan langkahku untuk jalan ke kelas.


“ sorry!!! Bukan nuduh kamu!”


“maksudnya bukan nuduh lu, gue tadi cuma lagi lewat dari sebrang kelas gue, terus gue liat pulpen niatnya mau gue betak tapi ada lu jadi gue pura-pura bilang gitu aja tadi”.


“emmm... maaf ya sekali lagi”.


Aku sebenernya agak bingung sih mau bilang apa untuk jawabin angga, kaya denger orang yang berbeda waktu dia di kantin sama dia yang sekarang, aku takut dia bakal marah-marah lagi kaya tadi kalau aku salah jawab atau aku ngak jawab.


Setelah berfikir beberapa detik aku memutuskan untuk pergi dan meninggalkan angga.


Sampai di kelas aku masih berifikir kenapa dia bisa sesopan itu tadi dan sekasar itu ketika di kantin, aku berpikir keras beberapa menit sampai dinda datang dan mengagetkanku lagi.


“VELLLLLAAAAAAAAAAA!!!!”


“ngelamun mulu lu ya, kesambet setan lu , ini aer putih dingin kembalian tadi mie ayam”.


“ mang ojo ngak ada receh jadi dikasih aer putih dingin ini".


Aku hanya diam mendengar dinda bicara, karena aku masih kesal dengan sikapnya tadi.


“yaudah buat gue aja, dari pada kebuang mubazir”.


“makasih...ya, vella yang cantik!!!”


Aku sebenarnya ingin sekali memarahinya tapi setelah ku fikir itu hanya membuang waktu dan hanya membuat masalah bagiku.


\tBel masuk telah berbunyi maka kami semua kembali pada materi selanjutnya, dinda kali ini diam dan tidak berbicara padaku dia terlihat ikut memperhatikan materi matematika yang disampaikan guru.


Aku kembali melihat papan tulis di depan, tapi tak lama dari bawa kolong meja dinda memberikanku kertas dan memaksaku untuk mengambilnya, padahal sudah bagus dia diam dan tidak berbuat apapun malah dia nulis dikertas dan menggangguku lagi.


\t“DEAR vella”.

\tGue tadi ngak boong soal angga anak kelas 8 itu,

\tkalau lu mau bukti nanti gue ajak lu ke ruang arsip siswa,

\tgue paling jago kalau soal kaya gini.

\tSalam dinda cakep bener”.


Aku malas membaca akhiran surat itu rasanya sepeti ingin muntah saja.


\tTak ada salahnya mempercayai dinda kali ini, perasaanku berkata dinda memang sedang tidak berbohong dan mengerjaiku. Bel pulang berbunyi dan pelatihan hari itu selesai, tapi aku harus mengikuti dinda agar tahu mengenai angga, setelah kita masuk dan mencari tahu tentang angga muncul suara dari pintu depan seperti ada yang mencoba membuka pintu beberapakali, aku takut dan paknik tapi dinda sigap meraih tanganku dan menarik ku kebawah meja guru untuk mengumpat.


Yang masuk ke dalam ruangan itu adalah pak zein, dia mengambil salah satu berkas murid tapi aku dan dinda tidak bisa melihat siapa yang pak zein sedang cari dan dibawanya keluar ruangan arsip.


Aku dan dinda bersiap keluar dari bawah kolong meja karena agak pengap berdua di bawah kolong meja, saat aku dan dinda bersiap mengangkat kaki dan berdiri, tiba-tiba saja ada suara lagi yang membuka pintu dan kali ini seperti dua orang yang masuk ruangan, karena ada suara orang seperti marah.

Aku dan dinda bergegas kembali ke bawah sampai terjeduk kepalaku karena didorong dinda.


“BRAK...!!!”

“aduhhh...”.


Dinda langsung menutup mulutku yang berbicara agak keras, dinda dengan cepat mendempetku karena takut ketahuan. Aku mendengar suara angga dan pak zein sedang membicarakan masalah tadi di kantin.


“pak, kan saya udah bilang saya ngak salah kenapa sih pak bapak gak pernah belain saya, jadi saya ngak mau bapak skors dan dikeluarin dari sekolah ini pak”.


Aku sangat aneh sih sebenarnya, masa sampai segitunya marahnya angga dengan seorang guru yang sepatutnya dia hormati walau memang dia merasa bukan salah dia.


Tapi tetap saja pak zein gurunya, aku sangat bangga pad apak zein karena disitu pak zein tetap menjawabnya dengan lembut dan halus, itu membuatku yang mendengarnya rasanya ingin aku keluar dan berkata pada angga.


“iya bapak tahu kamu ngak salah angga, bapak paham bagaimana kamu sekarang".


"Tapi bapak cuma ngak mau kamu jadi temparamen kaya gini!!!”.


“ini berkas kamu nga..., tapi bapak cuma mau periksa riwayat semua kelakuan kamu disini, supaya bapak bisa ngebantu kamu untuk tidak diskors dan tidak dikeluarkan!”


Aku agak sedih sih dengar pak zein bicara kaya begitu ke angga, tapi aku jadi penasaran banget sama angga.


“maafkan saya pak, saya ngak tahu kenapa saya semarah itu tadi di kantin, sa...sa...ya”.


Angga seperti menangis di depan pak zein karena perbuatannya tadi dan sudah melawan pak zein, sekarang aku bisa paham sedikit tentang angga kenapa dia begitu ramah tadi padaku, karena memang dia sebenarnya tidak seburuk sikapnya di kantin.


Setelah tidak ada suara perbincangan lagi aku dan dinda memutuskan keluar dari kolong bawah meja karena memang sempit sekali.


“udah keluar aja deh, berkasnya sudah dibawa pak zein!”


Aku menanyakan kelanjutan cerita dinda saat di kelas tadi.


“tunggu din!!, sebenernya sebelum angga ngak masuk sebulan itu dan dikeluarin dari sekolah, apa dia punya masalah juga kaya gini.”


Dinda menjawab itu tapi cuma dengan senyuman sok taunya dia dan mengangkat kedua tanganya seolah tidak memperdulikan pertanyaan itu.


“ngak vel, si angga itu cuma orang biasa lurus sama kaya lu, ngak pernah bandel dan dia dulu banyak juga sih yang suka, karena dia kalem.”


Dinda berbalik badan ke arah belakang dan menghadap aku.


“tapi gue juga gak tahu kenapa dia waktu itu harus gak masuk-

masuk sekolah padahal saat itu mau ujian kenaikan kelas, yang gue tahu dia ngak masuk tanpa keterangan apapun, makanya gue bilang ke lu kalo orangtuanya kerjanya ngak jelas...., padahal emang gue ngak tahu aja sih”.


Dinda tersenyum meledek aku yang sudah sempat percaya pada omongannya tadi, aku malas melihat wajahnya dinda saat itu dan menunduk sambil mengesekan sepatuku ke lantai karena merasa kesal pada tingkah laku dinda.


Aku pergi ke kelas untuk mengambil tas ke kelas dan meninggalkan dinda duluan dari ruang arsip.


\tSaat aku keluar ruangan arsip keadaan sekolah sangat sepi hanya ada orang yang mebersihkan sekolah dan ada dua orang guru yang belum pulang masih mengobrol di depan ruang guru yang salah satunya pak zein.

\t

Aku mengambil tas merapihkan bangku dan keluar dari kelas, selagi aku jalan seperti biasa aku memesan kendaraan ojek online, ketika aku sudah sampai gerbang sekolah tak lama ada murid laki laki yang ikut berdiri di depan gerbang sekolah bersamaku saat aku menoleh aku lihat dia adalah anak murid itu, angga.


Dia menoleh kepadaku dan melihatku dengan senyum kecil ternyata memang benar dia semanis dan sekalem itu dari dekat, aku seperti bertemu idolaku di televisi.