Try new experience
with our app

INSTALL

Love You Sersan  

Tanggung jawab

Selamat Membaca

 

 

Nenek Farida menghentak tubuh Kaelan menggunakan gagang sapu yang berada tidak jauh dari tempatnya berdiri. Bukan hanya sekali, Nenek memukul berkali-kali tapi bisa ditangkis dengan satu tangan Kaelan.

 

“Beraninya kamu berbuat buruk terhadap cucu saya!”

 

“Saya tidak takut dengan seragam yang kamu kenakan! Akan saya laporkan kamu ke pihak kepolisian setelah itu kamu akan dipecat dengan tidak hormat!” ancam Nenek yang terus memukuli Kaelan dengan sapu hingga terpojok di sudut ruangan.

 

Kaelan hanya bisa diam tanpa melakukan pembelaan, jangankan bicara bahkan untuk menangkis pukulan demi pukulan cukup membuatnya kepayahan ketika pengaruh alkohol masih terasa memusingkan kepala.

 

“Kamu akan dipecat! Lihat saja!” Kini Nenek berteriak lantang.

 

Deg!

 

Melaporkan hingga dipecat, gawat! Bisa mati berdiri ibunya jika mengetahui kelakuan anaknya. Belum lagi ayahnya yang merupakan petinggi di kemiliteran.

 

“Saya akan bertanggung jawab, Nek.”

 

“Ya! Memang itulah yang harus kamu lakukan! Saya akan menuntut pertanggungjawaban.”

 

Amarah Nenek berapi-api, beliau sangat lembut dan penyayang pada dasarnya dan juga tidak pernah bersikap kasar seperti ini. Entah malam ini setan pun merasuki Nenek hingga tak memberi ampun pada pria yang memasuki kediamannya tanpa izin.

 

“Nek ...,” panggil Alika sangat lirih.

 

Suara  panggilan membuat Farida menghentikan gerakan, tangan yang memegang sapu itu melayang di udara tanpa bisa mendaratkan lagi sebuah pukulan.

 

Beliau membuang sapu ke sembarang, berlari menuju posisi Alika yang masih terbaring kaku di atas marmer rumah itu.

 

“Apa yang kamu rasakan, Sayang?” tanya Farida penuh kelembutan.

 

Kaelan melangkah ragu mendekati Alika dan Farida, derap langkah beberapa orang terdengar masuk ke dalam area rumah dan kini sudah berada di ambang pintu.

 

“Apa yang terjadi?”

 

“Iya, ada apa Nek Farida?”

 

“Kenapa Bu Farida berteriak?”

 

Rentetan pertanyaan dari tetangga langsung menyapa, ketika sudah berada di dalam rumah seseorang yang menyedot perhatian mereka di luar. 3 orang tetangga dekat rumah Nenek Farida langsung dengan sigap Alika, mendudukkan tubuh Alika dan ketika kesadaran Alika mulai kembali, ia langsung berteriak sekencang-kencangnya ketika melihat Kaelan di belakang neneknya.

 

“Pergi!”

 

“Pergi!”

 

“Dia mau melecehkanku, Nek,” aku Alika sambil melihat baju yang masih komplit ia gunakan walaupun beberapa sisi bajunya ada yang robek akibat hentakkan Kaelan.

 

“Maaf,” kata Kaelan menangkupkan kedua tangannya.

 

Menyesal ... satu kata yang menggambarkan perasaan Kaelan. Namun, semua sudah terjadi, kekhilafannya harus ia pertanggung jawabkan jika tidak ingin Nenek Farida membuat semakin runyam dengan melaporkan dirinya ke pihak berwajib.

 

“Siapa kamu? Bahkan aku tidak pernah bertemu dan mengenalmu, kurang ajar!” Alika dengan penuh keberanian maju, memukuli tubuh kekar Kaelan dengan tangan kosong, tentu saja sekeras apa pun Alika memukulnya hanya terasa belaian untuk Kaelan.

 

Tubuh Alika bahkan tak sebanding dengan tinggi tubuh Kaelan yang hanya sebatas dada Alika, Kaelan begitu kekar dengan postur tubuh tinggi.

 

“Kamu harus bertanggung jawab! Sekarang juga nikahi cucu saya!”

 

“Apa?!” pekik Alika dengan mata membulat sempurna dan jantung rasanya turun ke rongga perut setelah mendengar ucapan neneknya.

 

“Pria ini harus menikahi kamu, Alika,” kata Nenek penuh ketegasan dan mengucapkannya dengan serius.

 

“Nek, Alika mohon jangan membuat keputusan seperti itu, aku tidak tahu dia siapa.”

 

Kaelan menangkupkan satu tangannya di dada, kewarasannya sudah kembali setelah tadi sempat oleng karena minuman laknat dan patah hati yang menyesakkan dada yang berselimut amarah.

 

“Saya Kaelan ... maaf, tadi saya sedang dalam keadaan pengaruh minuman keras sehingga berbuat nekad,” kata Kaelan yang menggelengkan kepala kuat mengusir rasa pening di kepala.

 

‘Minuman lak nat!’ rutuk Kaelan dalam hati berusaha sadar padahal tubuh rasanya lelah, tiba-tiba perutnya bergejolak hebat.

 

‘Sial.’ Kaelan hanya bisa merutuki dirinya lagi.

 

Beberapa saat kemudian ia sudah tidak tahan mengeluarkan isi perut ke lantai, semua memundurkan langkah dan menutup hidung mereka agar tidak ikut mual, Kaelan kini mengeluarkan cairan dengan bau menyengat.

 

Alika langsung menarik tangan kekar Kaelan, membawanya ke kamar mandi lalu mengguyur tubuh Kaelan dengan shower air sambil terus memuntahkan semua isinya. Sebelum melakukan hal itu, Alika sudah mengamankan dompet dan gawai Kaelan.

 

“Makanya jangan sok-sokan minum alkohol, dasar payah!”

 

“Siapa sih kamu sebenarnya? Hihhh kalau bukan karena kasihan melihatmu muntah dan membuat mual aku tidak mau menolong pria kurang ajar sepertimu.”

 

Gerutu Alika tanpa henti sambil terus menyiramkan air dari ujung kepala Kaelan walaupun berjinjit, hampir 10 menit mereka di dalam kamar mandi. Sang Nenek dan tetangganya hanya bisa menunggu di luar, menanti keputusan selanjutnya yang akan diambil sebagai bentuk pertanggungjawaban.

 

Ocehan Alika, diabaikan begitu saja oleh Kaelan. Enggan menyahut lebih baik diam ketika menghadapi perempuan cerewet macam Alika yang jika mengomel bisa panjang sepanjang kereta.

 

“Pakai ini!”

 

Baju warna pink dengan motif hello Kity beserta sarung dilemparkan Alika ke arah Kaelan ketika mual sudah mereda.

 

“Ganti! Aku tidak punya baju yang lebih besar dari itu, sementara pakai sarung untuk bawahan, aku tunggu di luar,” ujar Alika dengan wajah yang tetap tertekuk saat melihat pria di depannya sekarang.

 

“Hmmm,” gumam Kaelan yang langsung menutup pintu kamar mandi.

 

Jika bisa ingin ia memotong pria yang berada dihadapannya setelah apa yang sudah ia lakukan, wajahnya pun terasa sakit, sepintas melihat di kaca terdapat memar. Untung ia calon Dokter, trombhopop untuk meredakan lebam langsung dioleskan ke wajahnya.

 

Kurang dari 10 menit akhirnya pintu kamar mandi terbuka, menampilkan sosok Kaelan dengan baju motif lucu dan sarung yang menjadi bawahannya. Alika langsung menyemburkan tawa melihat hal itu, kini wajah Kaelan yang tampak tertekuk. Mau tidak memakai setelan baju yang aneh itu tapi ia bingung harus memakai apa sementara baju seragam sudah basah kuyup akibat disiram Alika.

 

“Hahahahah,” tawa Alika yang tak dapat disembunyikan, ia terpingkal hingga memegang perut karena sangat menggelikan untuknya.

 

Tentara memakai baju hello Kitty berwarna pink dan sarung, oh my God senangnya bisa membuat seseorang yang terlihat gagah kini menjadi feminim, sorak bahagia batin Alika.

 

Mata tajam Kaelan menatap lekat gadis yang kini terlihat tertawa puas, menyadari tatapan itu, mulut Alika langsung terkatup rapat nyalinya menciut.

 

"Kenapa berhenti tertawa?" tanya sinis Kaelan yang membuat Jantung Alika berdetak cepat.

 

'Jantung oh jantung ... mari bersahabat jangan loncat.' Monolog Alika dengan memasang tampang polosnya.

 

 

~~