Try new experience
with our app

INSTALL

Sunshine ( Pesona Mantan ) 

Me n My Friend

Kriingg ...


"Hallo ... "


" Bella ananda putri, jam berapa ini ?" Suara teriakan beberapa gadis terdengar saling bersahutan ditelpon.


"Jam 7. Whatttt ???? Gue kesiangan. Kalian kenapa ga bangunin gue daritadi."


Aku beranjak dari tempat tidur tergesa - gesa menuju kamar mandi.


Aku Bella ananda putri, siswi kelas XI ipa di SMA 5 Bandung merupakan pewaris tunggal perusahaan tekstil ternama di indonesia PT. Permata indah, menurut teman-teman disekolah aku orangnya ceria, humble, humoris dan pendengar yang baik. Seringkali aku dijadikan tempat mengadu teman - temanku, menurut mereka aku selalu memberikan solusi terbaik bahkan makcomblang terbaik dikelas. Tapi semuanya tiba-tiba berubah setelah malam itu,,


***


SMA 5 BANDUNG


Aku berlari menerobos gerbang sekolah yang hampir tertutup, rambutku yang panjang kubiarkan terurai seolah menari karena tertiup angin. Tiba - tiba..


Gedebuggg ... Aku menabrak seseorang dan jatuh karena kehilangan keseimbangan.


"Sorry" dia mengulurkan tangannya.


"Gue yang salah." Aku berdiri tanpa meraih tangannya dan pergi berlalu.


Didalam kelas, terlihat sahabat-sahabatku menungguku dengan kesal.


Aku menghampiri mereka dan duduk dibangku kedua dekat pintu. Kusimpan tasku diatas meja.


"Kalian koq liatin gue gitu amat sih." Aku melihat mereka satu persatu.


"Your face tuh ga enak banget diliat, be smile dong bell." Gerutu dina, sahabat pertamaku di SMA. Dia super duper humble lebih ke centil caper sana sini, tapi baik. Bicaranya yang so english seringkali membuat kami tertawa, tapi dia selalu ada disaat yang lain membutuhkannya.


"Iya bell, udah sebulan loh kamu murung terus. Biasanya kan kamu ceria." Adisti memegang tanganku, mencoba menguatkan walau dirinya juga sebenarnya rapuh. Adisti siswi pindahan dari jakarta, baru saat kenaikan kelas dia bergabung bersama kami tapi walaupun begitu, dia bisa langsung menjadi sahabat kami. Dia super duper baik, polos dan lembut. Dan paling cengeng diantara kami, kenapa tidak, orangtuanya yang baru berpisah menyisakan kesedihan yang amat sangat dalam.


"Apaan sih kalian, gue biasa aja koq" Ucapku sambil tersenyum tipis.


"Nah gitu dong senyum, cowo masih banyak yang mau sama loe. Masih ajah mikirin si dia." Alya mengejek. Tidak ada yang spesial dari alya, dia bucin akut, lebay dan so cantik, manja pula. Tapi kita butuh sosok seperti itu supaya persahabatan kami lebih berwarna.


"Oemji, alyaa bukannya elo yang bucin akut, masih mending sibella cuma sedih doang, loe bisa gila kalo ditinggal si dimas." Dina menyenggol bahu alya sambil melirik ke arah dimas yang dari tadi saling lempar senyum dengan alya.


"Loe ya din kalo ngomong suka bener." Canda alya.


Dan mereka pun tertawa. Aku melihat mereka tertawa lepas seakan tak ada beban, memang seharusnya begitu, sebagai seorang pelajar tak semestinya memikirkan hal2 diluar pelajaran, aku seharusnya bisa seperti mereka, tertawa bahagia, saat kita menerima cinta datang dikehidupan kita, kita juga harus menerima ketika cinta itu memilih untuk pergi.


Tiba - tiba hp ku berbunyi tanda pesan masuk .. Saat ku buka, tertulis nama love sebagai pengirimnya. 'sial, Gue lupa hapus kontaknya.' Ucapku dalam hati.


"ini dengan bella bukan? Mantan pacarnya adit"


"Koq pesannya gini sih" aku kaget hingga suara ku terdengar seisi kelas. Semuanya melihat ke arahku.


"Pesan apa?" Terdengar suara laki-laki berada disamping tempat dudukku.


Seketika aku menoleh dan ternyata dia adalah guru fisika kami yang baru, pak sendy. Sebenernya dia tidak mau dipanggil pak, karena menurutnya dia masih sangat muda untuk dipanggil bapak. Ya memang sih usianya hanya 4 tahun lebih tua dariku bahkan dikelas kami ada yang usianya melebihi si guru fisika ini. Tapi walaupun begitu, dia adalah guru kami, jadi kami tetep memanggilnya pak sendy.


Aku hanya terdiam tanpa menjawab pertanyaannya.


"Ingat ya anak-anak, kalo bel udh bunyi dilarang pegang hp kecuali urgent." Pak sendy kembali ke depan menuju bangkunya.


"Yang sabar ya bell." Adisti yang duduk disampingku mengepuk ngepuk bahuku dengan lembut sambil tersenyum mengejek.


Aku hanya membalasnya dengan senyuman.


Dina yang duduk didepan ku menoleh kebelakang "pesan dari siapa bell ?"


"Iklan kartu perdana." Jawabku lemah.


"Sejak kapan sih dia berdiri disini, gue koq ga denger bunyi bel." Tanya ku pada adisti yang dari tadi sibuk mencatat apa yang diucapkan siguru idaman para siswi itu.


"Emang bel disekolah kita sedang rusak kan, emang loe ga tau ?" Jawab adisti yang sesekali menoleh ke arahku.


"Rusak.." aku tersentak kaget.


Aku menghela nafas panjang dan tak sengaja menoleh ke arah pak sendy. Menatapnya,, 'apa sih yang mereka sukai dari siguru ini' tanyaku dalam hati. 'Matanya  kecil tapi pake kacamata besar, udh kaya tokoh anime favorite gue si conan, masih mending siconan lah lucu, ini engga banget .. trus rambutnya juga kaya ga disisir, acak-acakan banget, udah gitu style nya, ngikutin opa opa korea, mirip juga engga' aku mengernyitkan dahi.


Tiba - tiba, pak sendy menoleh ke arahku dan tersenyum tipis. Aku melihat sekitar, dan semuanya fokus mencatat soal yang sudah pak sendy catat dipapan tulis dan hanya aku yang dari tadi melamun melihat ke arahnya.


'Dia senyum ke gue' fikirku dalam hati.


"Nyatet nya udah belum ?" Pak sendy beranjak dari tempat duduknya menuju ke arah papan tulis.


"Udahh pak."


"Belum" aku spontan mengangkat tangan kanan ku.


"Makanya kalo suka, ngomong,,, jangan diliatin aja." Pak sendy berjalan ke arahku.


"Apaan sih." Ucapku kesal.


"Cie cie ... " Temen temen sekelas serentak berteriak menatap ke arahku.


"iya kan ?" Dia menghadapkan wajahnya 50cm di depan wajahku, tersenyum tipis membuatku kaku.


Aku menatapnya sinis, tapi kenapa hati ini rasanya aneh. Tatapan macam apa ini. Rasa apa ini. Tidak mungkin aku move on secepat itu.


"Tuh ran, dia ga berani ngomong." Pak sendy kembali ke depan sambil menepuk bahu randi yang duduk di bangku depan samping jajaran bangku ku.


Seketika aku menoleh ke arah randi. Dan dia juga melihat ke arahku sambil tersenyum.


Aku pun terpaksa membalas senyumannya.


"Bell, move on ke randi?" Adisti berbisik.


"Maksudnya?"


"Dari tadi gue liatin, loe mandangin randi dari belakang ampe si pak sendy senyum2." Adisti kembali berbisik sambil tertawa kecil.


"Hah!!!" Aku kaget.


"Iya gue juga liat koq bell" sahut alya.


'Jadi pak sendy tersenyum karena nyangka gue liatin si randi, ya udah deh dari pada gue malu kalo semua tau gue mandangin si fisika itu'.


***


Jam 14:00 wib


Jam pelajaran terakhir telah usai, semua siswa bergegas keluar kelas.


Aku berjalan menuju parkiran toko samping sekolah tempat dimana aku sering memarkirkan mobil honda jazz putihku disana. Aku sengaja tidak memarkirkan mobilku di parkiran sekolah karena butuh waktu lama keluar dari halaman sekolah dengan mobil-mobil siswa lain dan juga guru yang kadang secara bersamaan keluar sekolah.


"Bel, loe parkir di depan toko lagi atau ga bawa mobil ?" Tanya Dina yang kebetulan rumahnya searah dengan rumahku.


"Biasa, parkir disamping toko Din, mau bareng ?"


"Justru gue yang mau nawarin loe, gue bawa motor saii." Dina menunjukan kunci motornya.


"Kirain,, Gue duluan yaa." Aku berjalan agak cepat meninggalkan Dina yang jalannya melambat sambil celingukan mencari motor matic nya diantara puluhan mobil mewah.


Saat hendak keluar gerbang utama, tiba tiba klakson mobil terdengar disamping kananku, dan sebuah mobil porch hitam mewah berhenti tepat di sampingku, aku pun menghentikan langkahku, sedikit membungkuk untuk melihat siapa yang ada di dalam mobil. Pria itu tersenyum, dan ternyata itu adalah pak sendy. Aku kembali berdiri tegak menghela nafas sedikit kesal.


"Apa saya menghalangi mobil mewah bapa lewat ?" Aku kembali membungkuk, melemparkan pertanyaan dengan kesal.


"Nggak ko, saya mau nawarin pulang bareng. Kita kan searah."


Tanpa menjawab pertanyaannya, aku menunjukan kunci mobilku berharap dia mengerti kalau aku bawa mobil. Aku pun kembali berjalan keluar gerbang utama menuju toko samping sekolah.


"Makasih ya bu udah bolehin parkir mobil disini." Aku menyodorkan uang 50rbu kepada ibu ibu pemilik toko.


"Ga usah dek." Ibu itu tersenyum sambil mengangkat kedua tangannya tanda menolak.


"Ga papa bu, lagian ga tiap hari juga kan. Kalo ibu ga nerima, aku ga mau parkir disini lagi ah."


Ibu itu tersenyum sambil mengambil uang pemberianku. Aku masuk ke dalam mobil dan mulai perjalanan pulang ke rumah.


***