Try new experience
with our app

INSTALL

Aladin On The Way - Reborn 

Part 6

Aladin otw bab 6

Tok ... tok ...tok

Al tersadar ketika pintu kamar diketuk , Al kemudian membuka pintu kamarnya. Nampak seorang paruh baya berdiri tepat didepan pintu kamar

"Maaf pak Al sudah mengganggu, saya Mak konah yang membantu bantu disini, saya ingin menyampaikan kepada bapak kalau makan malam sudah siap. Bapak dan istri di persilahkan menuju ke ruang makan," ucap mak konah.

"Iya, terima kasih nanti kami kesana," jawab Al.

"Baik pak, saya permisi."

"Ya," jawab Al lagi .

Al menutup pintu, dan betapa terkejutnya ia ketika membalikkan badan ia melihat Andin yang baru saja keluar dari kamar mandi. Ia kini memakai dreess berwarna ungu tanpa lengan dengan belahan dada yang sedikit turun kebawah

"Andin apaan sih make baju begitu, seperti sengaja sedang menggoda saya. Gimana kalau nanti saya tak kuat menahan diri, Ah ... Ndin, ndin andai sejak dulu saya tak memiliki dendam padamu tentunya sudah sejak lama saya bisa memilikimu seutuhnya ." sesal Al dalam hatinya.

"Ada apa mas?" tanya Andin membuyarkan lamunan Al.

"Kenapa, gak boleh liat istri sendiri?" celetuk Al kemudian.

"Bo ..boleh sih, Mas. cuma masalahnya bukan itu yang aku tanyakan," ucap Andin lagi diikuti tawa kecil "Maksud aku, kamu tadi ngobrol dengan siapa," imbuhnya lagi

"Oh itu, ehm tadi sayaa ngobrol sama Mak Konah, dia yang bantu-bantu disini. Tadi mempersilahkan kita untuk makan malam." sahut Al grogi.

"Oh, gitu. Kamu mikirin apa sih, Mas? sampai gak fokus ditanya istrinya," goda Andin lagi membuat Al makin salah tingkah

"Apaan sih," bantah Al gengsi.

"Ya udah yuk makan, aku laper, Mas" rengek Andin manja.

Al mengangguk, namun bukannya Ia lalu membukakan pintu untuk Andin tapi saat ini justru Al berjalan mendekati Andin.

"Istriku cantik banget malam ini," puji Al kemudian, 

Al membelai rambut Andin dan memandang wajah Andin yang terlihat begitu segar sehabis mandi.

"Mas, mulai deh ngegombal lagi."

"Semakin hari kamu semakin cantik ndin."

"Baru sadar ya, dulu aja istrinya dianggurin mulu," cetus Andin lagi.

"Sekarang andai ada kesempatan itu lagi, saya gak akan menolak, Ndin."

"Mas Al udah dong yuk makan, ngegombal mulu ih, aku laper nih."

Al seperti tersadar dari lamunannya dengan sedikit grogi al membuka pintu kamar itu.

"Al loe apaan sih? kenapa gue jd deg degan terus setiap dekat Andin, kenapa gue gak bisa menahan hasrat ini sekarang ? Ayo Al , tahan ya Al tunggu sampai saat itu datang , sabar Al .. sabar," batin Al dalam hatinya.

Mereka berdua pun keluar menuju ruang makan, tampak Al menggandeng tangan Andin mesra.

Sesampainya di meja makan, ternyata sudah ada Bu Nini yang menunggu mereka di sana, disampingnya ada seorang chef yang terlihat bukan sekedar chef biasa.

"Silahkan pak, Bu," Bu Nini mempersilahkan Al dan Andin untuk duduk di tempat yang sudah disediakan.

"Iya terima kasih," jawab Al

"Maaf pak Al, saya perkenalkan kepala chef disini namanya chef Syalala dia adalah seorang chef profesional yang sekarang sudah sepenuhnya mengabdi dipulau paradiso ini,"

Chef tersebut membungkuk kan badannya untuk memperkenalkan diri nya. Sedang Al dan Andin hanya tersenyum pada chef tersebut.

"Bik pak, bu, makanan akan kami hidangkan sekarang," ucap chef tersebut, yang tak lama kemudian memberikan aba aba pada pelayan agar makanan segera dikeluarkan

"Pak, bu silahkan menikmati makan malam nya, saya dan chef Syalala mohon undur diri kembali ke belakang."

"Makasih ya," jawab Al singkat

Keduanya tersenyum, dan bergegas meninggalkan Al dan Andin dimeja makan. Al dan Andin pun menikmati makan malam itu , sesekali Al menyuapi Andin, begitu juga dengan Andin yang sesekali menyuapi Al. Keduanya sangat menikmati saat2 kebersamaan mereka saat ini, seolah mereka kembali menjadi pasangan pengantin baru.

Andin makan begitu lahap, tanpa ia sadari ada sisa makanan di ujung bibir nya.

Melihat itu, Al cepat-cepat membersihkan nya.

"Pelan-pelan dong makannya."

"Kenapa detak jantung aku jadi tak beraturan gini sih deket deket sama mas Al ? Tenang ndin.. Kamu jangan tegang gini. " batin Andin menenangkan dirinya sendiri.

"Kamu suka masakan cheff syalala? Saya lihat kamu makan nya lahap banget," tanya Al lagi setelah mereka melanjutkan makan.

"Suka mas, enak banget masakan nya, ga salah bu Nini pilih cheff syalala." ucap Andin seraya lanjut menyantap hidangan di depan nya

Al hanya tersenyum memandang Andin yang makan dengan lahap nya.

****

"Ndin, sekarang kamu mau kita kembali kekamar atau kamu mau kita berkeliling disini," tanya Al memastikan sesaat setelah mereka selesai makan

"Kembali kekamar aja ya mas , aku masih capek kita santai santai aja dikamar ya? gimana ?"

"Oke, apapun yang membuat kamu nyaman kita lakukan ya."

Andin hanya tersenyum, Al berdiri dari kursi makan mengulurkan tangannya dan disambut oleh Andin. keduanya kemudian berjalan menuju kamar.

****

Al membuka gorden ternyata ada sebuah pintu dibalik gorden tersebut. Dan Al membuka pintu itu.

"Ndin, coba kamu kesini bentar," titah Al pada Andin.

"Asa apa mas?" tanya Andin seraya berjalan ke arah Al.

"Coba kamu lihat keluar."

Andin berjalan keluar dari kamar tersebut , dan itu sebenarnya adalah teras, teras yang berhadapan langsung kearah pantai, karna suasana yang gelap tidak terlihat jelas keadaan diluar sana, hanya lampu lampu yang menyala, tapi Andin bisa merasakan dinginnya angin malam diteras itu.

"Ternyata pemandangan dari sini lebih Indah. " bathinnya.

Andin mendekap tangannya didada, mengisyaratkan bahwa dia merasakan hawa dingin, Al yang tau akan hal itu mendekati Andin dan memeluk Andin dari belakang dengan wajah yang menempel dileher Andin.

"Dingin ya," tanya Al.

Dan sekali lagi Al mencium aroma khas Andin , Al memejamkan matanya dan menarik nafas panjang seolah Al ingin menikmati wanginya aroma tubuh Andin yang selalu membuat Al rindu.

Andin tak menjawab pertanyaan Al, ia justru memejamkan matanya dan menikmati pelukan hangat dari suami tercintanya. Andin dapat merasakan degupan kuat didada Al, juga merasakan kegelisahan Al setiap mereka begitu dekat. Andinpun merasakan hal yang sama, getaran yang sama dengan Al, juga hasrat dan keinginan yang sama.

"Mas aku tau kamu pasti sangat menginginkan hal itu, sebagai seorang istri akupun sama mas, aku pun menginginkan hal itu, tapi saat ini aku benar benar belum siap, aku masih takut mas, takut jika luka yang kau goreskan ini kembali tersayat. Dan aku pun tau saat ini aku masih bingung oleh perasaan ku sendiri. " batin Andin.

Al yang masih memeluk Andin dan masih menikmati harumnya tubuh Andin, tiba tiba tersentak oleh pertanyaan Andin

"Mas ... ," Panggil Andin.

"Hemmm,"

"Aku minta maaf ya,"

"Untuk apa, Ndin?"

"Karena aku belum siap untuk menjadi istri kamu seutuhnya, maafkan aku ya mas,"

"Iya ndin, saya tau, saya paham, saya tidak akan memaksa kamu untuk lakukan itu sekarang. Tapi izinkan saya menikmati saat saat kebersamaan kita ini ya, ini sudah cukup buat saya untuk saat ini."

Andin mengangguk

Saya tau kamu bukan menolak saya Ndin, kamu hanya belum siap dan saya akan bersabar menunggu hingga kamu siap nanti. Saya menyesal Ndin, menyesali semua perbuatan saya selama ini, sikap saya yang begitu kasar sejak awal kita menikah, dendam saya yang membabi buta , saya menyesal karena saya pernah menolak keberadaan kamu sebagai istri saya hingga membuat kamu menangis, maaf kan saya ya , maafkan saya ndin," ucap Al, lirih ditelingan Andin, Al melupakan semua kegundahan dalam hatinya.

"Sudahlah Mas semua sudah berlalu, jangan diingat-ingat lagi ya, kita jalani hidup kita yang sekarang, kita sudah sepakat untuk mulai lagi dari awal, dan tak bisa aku pungkiri Mas, kalau bahagia juga kenyamanan aku hanya ketika bersama kamu Mas.

Aku selalu bersyukur karena aku sudah dipertemukan dengan kamu Mas, meskipun mungkin dengan cara dan waktu yang gak tepat. Tapi aku percaya bahwa Tuhan punya maksud dengan jalan ini."

"Iya Ndin, kamu benar."

Al semakin memeluk erat tubuh Andin, semakin tak ingin melepaskan pelukan itu dan semakin larut dalam wanginya aroma tubuh Andin

"Mas, masuk yuk, aku capek,"

Al tak menjawab, kini perlahan Ia melepaskan pelukannya dan dengan sigap juga cepat Al menggendong Andin menuju tempat tidur. Andin yang terkejut tak sanggup lagi tuk berkata kata hanya memandang wajah Al, begitu juga dengan Al memandang wajah Andin dengan tatapan penuh arti. Al membaringkan Andin diatas ranjang ,kemudian memakaikan Andin selimut. Melihat Al yang ingin meninggalkan nya, Andin Manahan tanggan Al.

"Mas.. "