Try new experience
with our app

INSTALL

Aladin On The Way - Reborn 

Part 1

(Malam pertama kembalinya Andini Kharisma Putri ke Pondok Pelita)


Selesai makan malam, keluarga Al Fahri menyempatkan diri untuk menghabiskan waktu dengan ngobrol dan bercanda, untuk sekedar melepas rindu karena sudah cukup lama Andin meninggalkan rumah.


Terlihat jelas senyuman dan tawa dari mereka semua. Aura kebahagiaan yang sempat redup itu kini kembali terpancar di Istana Keluarga Al Fahri dengan kembalinya Andini Kharisma Putri.


Malam semakin larut, namun keasyikan mereka bercengkrama membuat mereka tidak menyadarinya.


"Oma, aku ngantuk kita tidur, yuk," celetuk Reyna yang sudah mulai merasakan kantuknya.


"Sayang, katanya kamu mau tidur sama Papa dan Mama? yuk kita tidur sekarang kalau Reyna udah ngantuk," sahut Andin mengajak Reyna untuk tidur bersamanya.


"Aku malam ini mau tidur sama Oma ya, ma. Soalnya kemarin Oma bacain aku dongeng dan belum selesai, jadi aku masih mau mendengarkan Oma melanjutkan cerita dongengnya, Ma." Reyna menolak ajakan Andin halus.


"Dongeng tentang apa sayang ? nanti Mama aja yg ceritain ya, ada bukunya dong pasti," ucap Andin grogi, pasalnya ia tak ingin menghabiskan malam ini hanya berdua dengan Al. Setelah apa yang terjadi dalam rumah tangga mereka, Andin masih membutuhkan ruang untuk bisa kembali menerima suaminya.


"Oma aja, Ma, kan yg tau ceritanya oma, gak ada bukunya juga kok, ma." Reyna tetap memaksa.


Andin nampak sangat grogi dan tak tenang, Ia bingung bagaimana nanti harus bersikap di kamar ketika berdua saja bersama Suaminya, Aldebaran.


Mendengar Andin yang terus memaksa, Mama Rossa pun akhitnya berusaha meyakinkan Andin.


"Gak apa-apa, Ndin, malam ini biar Reyna tidur sama Mama lagi, ya? setelah sekian lama kamu gak dirumah ini, mama rasa kamu dan Al juga butuh waktu untuk bersama dikamar kalian. Ehm ya untuk menghabiskan malam bersama, melepas Rindu, my be?" canda Mama Rossa tersenyum.


Al diam berusaha mengontrol emosinya yang tak stabil, bukan karena marah, tapi karna terlalu bersemangat dengan kembalinya Andin ke Pondok Pelita. sedang Andin masih terlihat makin salah tingkah



"Menghabiskan malam bersama mas Al ? Apa mungkin bisa ? Ma, andai mama tau yang sebenarnya, apakah mama masih bisa menerima aku sebagai menantu mama ? Andin hanya terdiam mencoba untuk mencerna semuanya." batin Andin


"Mama ada-ada aja sih, menghabiskan malam bersama Andin ? Ya aku tau aku harus mulai lakukan itu ma, tapi untuk saat ini, apa Andin sudah siap?" gumam Al dalam hatinya sembari melirik Andin di sisinya.


Al dan Andin terhanyut ke dalam pikiran masing-masing, sampai suara mama Rossa menyadarkan keduanya.


"Al, Andin, mama dan Reyna ke kamar dulu ya. Good night, selamat istirahat, kalian baik-baik ya," pamit Mama Rossa sembari tersenyum.


"Selamat tidur papa, mama," salam Reyna tak lupa menciumi pipi Papa dan Mamanya, kemudian bergegas menggandeng tangan Mama Rossa, kemudiam meninggalkan Al dan Andin yang hanya diam membisu.


Al dan Andin tersadar bahwa saat ini mereka hanya berdua diruang tamu. Keduanya terlihat sangat canggung, tapi Al berusaha untuk mencairkan suasana saat itu.


"Ndin, kita ke kamar yuk! kamu juga harus istirahat. Besok kamu juga harus ke Kampus kan?" ajak Al


"Iya, Mas." jawab Andin patuh.


Keduanya berjalan beriringan, hingga sampai didepan kamar. Al yang berada tepat di belakang Andin langsung membuka pintu kamar dan mempersilahkan Andin masuk ke kamar


"Makasih mas."


Andin masuk kedalam kamar dengan perasaan yang tak menentu, antara bahagia dan grogi?

kemudian Al menyusul Andin memasuki kamar mereka, tak lupa Ia juga menutup pintu kamar mereka agar aman dari gangguan syaitan dan manusia. Hiks


Disisi lain Kiky dan Mirna nampak sedang mengintip gerak gerik Al dan Andin yang sudah masuk ke dalam kamar, mereka saling bertatapan dengan senyuman lebar tersungging dibibir keduanya


"Demplon kita berhasil, Andin dan Pak bos bisa tidur berdua malam ini," ujar Mirna girang .


"Itu artinya ?"


"Aladin on the way, oh Aladin on the way," Mirna dan Kiky kompak menyanyikan jargon andalan mereka untuk sebutan nama calon anak Al dan Andin, sembari berjoget ala ala.

.

.

Di dalam kamar Aldebaran

-------------------------------------

Andin yg masih belum menyangka bahwa ia akan kembali lagi kekamar itu berusaha menata hatinya, bahwa disinilah tempatnya, di sinalah ia berada saat ini, di samping suaminya yang sangat ia cintai, sekaligus suami yang juga banyak menggoreskan luka dihati.


"Aku kembali ke kamar ini, kamar yang menyimpan sejuta kenangan antara aku dan mas Al. Kamar yg menjadi saksi perjuangan cinta aku untuk bisa menjadi istri kamu yang seutuhnya, Mas. akankah semuanya masih sama seperti dulu ? Atau mungkin keadaan sekarang menjadi berbalik?" batin Andin.


Sedang Al yang dari tadi memandangi Andin mulai mengangkat suaranya, membuat Andin tersadar dari lamunannya.


"Ada apa, Ndin?"


"ehmm, gak ada apa-apa, Mas."


"Kamu mau langsung tidur ?" tanya Al lagi.


"Ehm badan aku gerah dan terasa capek, Mas, mungkin baiknya aku mandi dulu ya mas, biar badan lebih terasa segar." balas Andin


"Ya udah kamu mandi dulu aja,"


Andin pun berjalan kekamar mandi untuk mandi, sedangkan Al mulai lebih aktif dari sebelumnya.


"Mungkin sudah saatnya cctv ini aku lepas, dan guling sebaiknya sudah tidak lagi jadi pembatas antara aku dan Andin." gumam Al, kemudian melepas cctv yang ia pasang sendiri beberapa waktu lalu, serta mengambil para guling saksi bisu perjuangan cinta mereka untuk di simpan kembali.


Setelahnya, Al membuka email dari handphonenya guna mengecek laporan yang di kirimkan Feli, sekertaris Al.


Andin keluar dari kamar mandi dengan rambut nya yang masih basah, Ia memakai piyama merah yang membuat ia tampak semakin mempesona.


Al yang melihat pemandangan indah itu tak kuasa menahan hasratnya untuk bisa memiliki Andin seutuhnya, dan seperti tak ingin melewatkan pemandangan indah di depan nya, Pandangan Al sedikitpun tidak beralih dari Andin.


Menyadari hal itu, Andin mulai salah tingkah.


"Kamu kok ngeliatin aku gitu sih, Mas? Ada yang salah ya?" tanya Andin memeriksa tubuhnya sendiri .


"Ehm .. nggak, ga ada yang salah, kamu cantik malam ini." goda Al.


Andin hanya terdiam, terpaku mendengar pujian yang terlontar dari mulut suaminya


"Setelah apa yang sudah kamu lakukan ke aku selama ini, seharusnya aku merasa muak dengan pujian kamu seperti itu mas, tapi aku juga tidak bisa memahami hati aku, entah mengapa pujian kamu selalu terdengar indah di hati aku mas, selalu berhasil membuat jantung ku berderbar, mengalirkan kebahagiaan ke dalam diriku ketika mendengarnya." batin Andin


"Getaran ini rasanya tetap sama, tidak ada yang berubah, seolah aku memang telah merasakan cinta mu sejak dulu mas," imbuhnya lagi


"Saya mandi ya," ucap Al bingung, bayangan Andin yang begitu mempesona terus menghantui pikiran nya, perasaan nya saat ini benar-benar tidak menentu.


Aldebaran pov

Andin cantik banget dengan piyama itu. Kenapa gue baru sadari ini sekarang ? Aduh Al kenapa lu jadi deg degan gini sih ? kenapa lo jadi salah tingkah seperti ini ? Kenapa hasrat ini semakin menggebu ? Apakah malam ini malam yang tepat untuk gue dan Andin menjadi suami istri seutuhnya ? Apakah malam ini saatnya gue lakukan tanggung jawab dan tugas gue sebagai seorang suami ? Apakah malam ini ? Apa gue bisa ?"


Gue pasti bisa, ya gue pasti bisa lakukan ini "Saya akan jadikan kamu istri saya seutuhnya malam ini ndin, saya akan buat kamu sangat bahagia menjadi istri saya," Al membulatkan tekatnya


Ya, Al telah memantapkan hatinya untuk bisa memberikan nafkah batin untuk Andin, yang selama ini belum bisa ia berikan di hampir lima bulan pernikahan mereka.


Al keluar dari kamar mandi, aura ketampanannya terpancar dari senyuman kebahagiaan diwajahnya.


Kini Andin sedang berdiri tepat di depan foto prewedding mereka, Al perlahan berjalan kearah Andin dan memeluknya dari belakang.


"Aroma ini" batin Al menciumi Aroma itu lebih dalam "Dan tanpa gue sadari gue sangat merindukan aroma ini," batin Al lagi


"Mas ... ," bisik Andin


"Ehm," suara dehem dari Al sejenak bak suara desahan yang menggoda.


"Ehm aku sedang melihat foto ini mas , foto prewedding kita dulu. Siapa yang pasang ini mas ? Apa kamu?" tanya Andin.


"Iya, kamu suka ?"


"Iya, mas aku suka," kata Andin lirih


"Aku gak nyangka mas Al bisa seperti ini. sekarang aku semakin yakin mas, yakin bahwa kamu memang sudah mencintai aku," batin Andin seraya tersenyum tipis.


"Ndin, saya bahagia kamu mau kembali kerumah ini, saya bahagia kamu mau mencabut gugutan cerai kita, saya bahagia kamu masih mau mempertahankan rumah tangga kita," Al masih memeluk Andin


"Setiap hari saya berdoa, agar kamu mau memberi kesempatan untuk saya lagi ndin.

Saya selalu memohon kepada Allah agar di beri kesempatan untuk membahagiakan kamu, untuk menebus semua kesalahan saya ke kamu," terang Al menenggelamkan kepalanya di pundak Andin


"Saya janji, Ndin, mulai sekarang saya akan berusaha semampu saya membuat kamu bahagia. Saya akan berusaha semampu saya untuk menyembuhkan semua luka dihati kamu yang disebabkan oleh sikap saya selama ini," Al berhenti sejanak


"Dan saya akan berusaha mengembalikan cinta kamu ke saya seperti dulu lagi. Saya janji saya akan menjadi suami yang baik untuk kamu, saya janji ndin," janji Al .


Tanpa terasa air mata Andin jatuh membasahi pipinya yang putih mulus


"Ndin, sekarang saya sadar ndin betapa saya gak bisa hidup tanpa kamu. Bahwa Saya gak bisa berpisah dari kamu. Bahwa saya sangat mencintai kamu. Semua dendam saya ke kamu sudah berubah ndin, dan dendam itu sudah tak ada lagi. Di hati saya hanya ada rasa cinta untuk kamu ndin," Al meyakinkan


"Jangan pergi lagi ya ndin, jangan tinggalkan saya, saya lemah tanpa kamu disisi saya," tangis Al di pundak Andin


Air mata Andin tak lagi mampu dibendung, Andin pun menangis mendengar semua ucapan Al padanya. Ada rasa bahagia karna andin tau betapa cinta Al untuknya begitu dalam. Tapi rasa takut itu juga tetap bersarang di hati nya, takut untuk percaya pada Al yang telah bnyak menggoreskan luka di hatinya


Tapi ia tidak bisa memungkiri, bahwa ia sangat rindu dengan semua ini, rindu untuk selalu berada dalam pelukan hangat suaminya, yang selalu meyakinkan nya bahwa semua akan baik-baik saja.


Al yang menyadari Andin menangis melepaskan pelukannya, dan membalikkan tubuh Andin sehingga saat ini mereka saling berhadapan, Al menghapus air mata Andin dan memeluk Andin sangat erat. Kepala Andin berada didada bidang Al, tangan Al membelai lembut rambut Andin yang masih setengah basah.


"Menangislah, Ndin, menangislah jika itu bisa menenangkan hati mu. Lepaskan semua beban di hati kamu, Ndin, lepaskan. Saya akan selalu ada disini untuk kamu, saya yg akan selalu siap menjadi tempat buat kamu meluapkan semua air mata kamu dan saya juga yang akan menghapus air mata kamu. Jadi menangislah ...,"


Andin semakin merasakan kehangatan dari suaminya, dari pelukan hangat Al untuk dirinya. Air matanya semakin bercucuran .


"Sekarang aku tau mas, kemanapun aku pergi, sejauh apapun aku melangkah untuk meninggalkan kamu, semakin yakin bahwa kamu lah tempat ternyaman untuk aku kembali pulang, kamulah kebahagiaan ku, kamulah ketenangan ku mas," batin Andin


"Makasih ya, Mas, makasih kamu telah berusaha membuat aku percaya, makasih kamu mau berusaha mengembalikan cinta ku yang sempat hancur karena goresan luka, dan aku janji mas, aku juga akan berusaha untuk bisa menerima kamu seutuhnya seperti dulu saat dimana Aku belum tau semua kebohongan kamu dimasa lalu mas," ucap Andin penuh haru


Andin sudah sedikit tenang, perlahan Ia melepaskan pelukan Al.


"Kamu belum ngantuk, Mas?"


Al tidak menjawab hanya tersenyum manis kearah andin. Al menghapus sisa sisa air mata yang jatuh dipipi Andin


"Ayo lo bisa lakukan itu Al, lakukan, malam ini adalah milik kalian. lakukan lah Al. Ayo lakukan. Jadikan Andin istri lo seutuhnya Al, jangan lagi kau sia-sia kan keberadaan andin disisimu. Ayo Al, lakukan," batin Al berusaha meyakinkan hatinya


Al memegang kedua pipi Andin, dan menatap tajam Andin seraya menghela nafasnya panjang


"Ndin ....," panggil Al mesra