Try new experience
with our app

INSTALL

Karin Si Anak Tomcan 

Sebenarnya Apa yang Terjadi?

Keesokkan harinya di sekolah, Karin berniat mempertanyakan hubungannya dengan Rifki.


"Alfian!" sapanya keras dari kejauhan

"Eh, kamu."

"Ga usah basa-basi, lo abang macam apa?"

"Maksud lo?"

"Ga usah pura-pura ga tau, dan lo pasti tau maksud gue."

"Gue benci sama Rifki, dia selalu di nomor satukan sama mama. Semenjak papa ga ada, gue kurang kasih sayang. Dan yang kemarin, belum seberapa. Gue bakal balas, sampai gue merasa puas. Jadi lo ga usah bela dia, karna mungkin, lo juga bakal kena imbasnya." ujarnya sembari meninggalkan Karin


Semenjak pertemuan tersebut, mereka menjaga jarak. Alfian tidak lagi mengejar Karin, dan hubungannya bersama Rifki juga semakin renggang. Entah siapa yang harus disalahkan, tapi intinya Karin merasa was-was dengan keselamatan Rifki kedepannya. Dan di sinilah, ia meminta agar Rifki mempercepat latihan bela diri. 


"Iya, iya bener. Gue harus minta Rifki lebih cepat latihannya. Gue harus nyari dia." ucapnya kemudian berlalu pergi


Kantin, lapangan basket, kolam renang, dan taman, zonk. Tidak ada Rifki di sana.  


"Ya ampun Rifki, lo di mana sih!" ucapnya kesal

"Gue di belakang lo, kenapa?" 

"Gue nyariin lo tau ga?"

"Emang kenapa? Ada yang penting kah?"

"Ada. Gue minta, lo percepat latihannya."

"Emang kenapa?"

"Gue minta, lo percepat latihannya."

"Iya, emang kenapa?"

"Gue takut Alfian nekat."

"Maksud lo?"

"Engga-engga, lupain. Jadi kapan mau mulai latihannya?"

"Ga perlu latihan."

"Maksud lo?"

"Iya, gue udah ga perlu cape-cape latihan. Gue bisa kok lawan Alfian sama temannya."

"Hah, ga usah ngaco deh."

"Ga ada yang ngaco, beneran."


Karin merasa bingung dengan pernyatannya, namun karena enggan berdebat, ia pun mengalah. Ia tidak memaksanya untuk latihan. Tapi intinya, kapanpun Rifki siap, Karin ada. 


Sepulang kampus, mereka pulang bersama seperti biasa. Namun aneh, kenapa Rifki dari beberapa jam yang lalu tidak terlihat? Apa dia pulang lebih dulu? Enggan menerka, ia pun menunggunya di kursi taman. Selama menunggu, beberapa dari temannya menyapa Karin.


"Kok belum pulang Rin?"

"Lagi nunggu teman."

"Oh, ya udah. Gue duluan ya?"

"Iya, silahkan."


( Jeda // Hening )


"Rifki mana sih? Ditelfon juga ga aktif. Mana udah sore." ucapnya kesal


Saat tengah berfikir, ia dikejutkan oleh kehadiran Alfian. 


"Lo ngapain?" ucap Karin kepada Alfian

"Harusnya gue yang nanya, lo ngapain daritadi di sini? Mondar mandir, nunggu siapa sih?"

"Bukan urusan lo."

"Oh, ya udah." jawabnya singkat sembari meninggalkan Karin

"Rifki di mana?" ucapnya keras

"Udah pulang." jawabnya singkat


Aneh, benar-benar aneh. Ada apa ini? Di mana Rifki, dan kenapa Alfian. Firasat Karin mengatakan bahwa semua tidak baik-baik saja. Tapi apa? Di tengah bingungnya ini, ia kembali dikejutkan oleh kehadiran Rifki.


"Rifki" sapanya pelan

"Nunggu ya?"

"Iyalah. Lo darimana aja sih? Eh, wait wait wait. Alfian bilang, lo udah pulang. Kok masih di sini?"

"Iya, tadi gue udah pulang, tapi pas di jalan keingat sesuatu."

"Apa tuh?"

"Jok belakang gue kosong."

"Jadi keliatan banget ya jomblo nya?" ujar Karin sembari tertawa keras. 

"Ya udah ayo, mau balik ga?"

"Iyalah.


Merekapun meninggalkan sekolah dengan wajah ceria. Selama di perjalanan, Karin dan Rifki bersenda gurau. Di sinilah, Karin merasakan keanehan kembali. Sekitar, tampak melihatnya dengan wajah yang sepertinya banyak pertanyaan difikiran dan beberapa dari mereka berjalan menjauhi Karin. 


"Stop Ki."

"Kenapa, kenapa?"

"Lo ngerasa ada yang aneh ga?"

"Aneh? Engga. Emang apa yang aneh?"

"Liat sekitar deh, kok mereka pada liatin kita ya? Mereka juga pada ngejauhin kita."


Rifki yang mendengar, spontan terdiam dan wajahnya berubah masam. 


"Hey, kenapa?" ucap Karin

"Gapapa, ya udah yuk. Lanjut ajalah."

"Iya." 


Walaupun terkesan menghiraukan, Karin menjadi semakin penasaran dengan semuanya. Iya, ia harus menyelidiki ini.