Contents
Karin Si Anak Tomcan
Dinner
Beberapa menit kemudian, mereka tiba di butik. Karin yang tidak pernah berkunjung ke tempat tersebut, hanya terdiam saat memasukinya.
"Ngapain?" tegur Rifki kepada Karin
"Gapapa."
"Biasa aja, ikutin gue."
Karin mengangguk pertanya iya. Selama berkeliling, ia menyentuh bahkan mencoba beberapa gaun. Itupun karena permintaan Rifki, dan alasannya pun ukuran baju mamanya sama denga Karin. Percobaan pertama membuat pandangan Rifki tidak teralihkan. Sampai akhirnya,
"Woy!" ucap Karin keras tepat di wajahnya
"Ya, apa?"
"Ya, apa? Lo yang apa? Ngapain liatin gue gitu sih?"
"Gapapa."
"Gue cantik ya?"
"Engga, biasa aja. Jelek malahan, ga pantes."
"Oh."
"Lo cantik Rin, banget malahan." batin Rifki
Lamunannya disadarkan oleh Karin.
"Woy, kalo jelek ngapain sampe gitu liatnya?"
"Engga ini, rambut lo di area mata. Jadi takut kalo kena." ucapnya sembari menyentuh wajah Karin
( Hening / Saling Tatap )
"Gimana? Udah belum?"
"Oh, iya udah. Udah kok" ucapnya gugup
"Lo kenapa sih?"
"Gapapa. Ya udah, sekarang sepatu. Mbak, ini bungkus ya?"
"Baik kak."
Setelah menemukan gaun, mereka berlari ke sepatu. Di sana banyak model serta warna.
"Lo pilih ya?"
"Gue?"
"Iya."
"Gue kan udah bilang, gue ga mau."
"Rin, Karin. Ini permintaan mama gue. Dia yang minta semuanya. Please, jangan kecewain mama gue. Cuma malam ini aja, gue janji."
Karin terdiam sejenak mempertimbangkan semuanya, dan sampai akhirnya, ia mengiyakan permintaan tersebut. Ia memilih heels berwarna hitam, dan gaun dengan warna maroon. Beberapa menit kemudian, drama belanja selesai dan Karin mengantarkan Rifki ke rumah. Di sana, ia bertemu sang mama. Sedikit berbicang, sampai akhirnya ia pamit pulang.
*Jam Makan Malam
"Permisi" ucap Karin ketika tiba di depan rumahnya
"Iya, sebentar".. jawab dari dalam rumah
Tidak lama kemudian, datang seorang perempuan setengah baya mengenakan dress warna navy.
"Akhirnya datang juga tamu spesialnya."
"Malam tante" sapa Karin
"Malam juga sayang, ayo masuk."
Mereka pun masuk dan langsung menuju meja makan. Sesampainya di pintu ruang tengah, terlihat seorang laki-laki sudah duduk dengan membelakangi arah kedatangannya. Tampaknya ia adalah Rifki.
"Silahkan duduk Karin" ucap sang mama mempersilahkan
"Iya ibu."
Beberapa detik setelah duduk, ia dikejutkan oleh seseorang tersebut.
"Alfian?"
"Hay Rin"
"Kok lo di sini?"
"Gue diundang."
"Diundang? Maksud lo?"
Alfian tidak menjawab pertanyaannya. Merasa diacuhkan, ia pun mempertanyakan sebab kehadiran dan ada hubungan apa, antara dia dan keluarga Rifki?
"Maaf tante, kalo saya boleh tau, kenapa tante bisa kenal Alfian ya? Dan, hubungannya apa?"
"Karin, kamu pasti kaget. Sebenarnya, Alfian adalah anak sambung tante dan bisa dibilang abang sambungnya Rifki."
Karin mendengarnya sontak terdiam.
"Abang? Abang macam apa yang tega nyelakahin adiknya sendiri?" batinnya
Kembali lamunannya disadarkan oleh kehadiran Rifki.
"Eh tomcan, dari kapan di sini?"
"Barusan."
"Oh."
Rifki duduk di sebelahnya.
"Gue mau ngomong sama lo, tapi nanti." ucap Karin pelan di sampingnya
Rifki hanya mengangguk pertanda iya.
Makan malam dilakukan dengan tenang, tanpa perkelahian. Sampai akhirnya, beberapa menit kemudian, acara berakhir. Dan tanpa berpamitan, Alfian langsung menuju kamar. Karin yang heran, hanya terdiam dengan sikapnya. Sampai akhirnya, Rifki menanyakan perihal pertanyaan yang akan dilontarkan kepadanya.
"Tadi lo mau nanya apa?"
"Lo adeknya Alfian?"
Dengan jeda, Rifki menjawabnya "iya."
"Kok lo ga cerita sama gue?"
"Emang harus ya?"
"Iya engga sih."
"Ya udah. Ayo, gue antar pulang. Lo ga bawa motor kan? Ya engga lah, masa pake baju gini pake motor. Udah, ayo." ucapnya kemudian berlalu meninggalkan meja makan
"Tante, Karin pulang dulu ya. Kapan-kapan ke sini lagi. Makasih atas sambutan hangat dan suguhannya."
"Iya Karin, sama-sama. Kamu hati-hati ya."
"Iya tante."
Karin beranjak dari meja makan, dan langsung menuju teras rumah. Sesampainya di sana, Rifki sudah menunggunya sembari bersender mobil.
"Lama amat, ngapain aja sih?"
"Iya sabar, pamitan bentar sama mama lo."
"Oh."
Karin tidak menjawabnya, dan langsung menuruni beberapa anak tangga. Sesampainya di depan Rifki, ia langsung dipersilahkan masuk mobil. Namun saat akan melangkah, ia kembali dikejutkan oleh pernyatannya.
"Ternyata lo cantik juga kalo gini Rin." ucapnya pelan
"Hah, apa?"
"Engga, udah masuk."
Mereka pun meninggalkan rumah Rifki.