Try new experience
with our app

INSTALL

Karin Si Anak Tomcan 

Tomcan

Keesokkan harinya, Karin menunggu kehadirannya di depan kelas. Berlalu lalang, namun tidak ada tanda-tanda kehadiran Rifki. Arloji menunjukkan jam 07.55, 5 menit lagi sudah jam masuk pembelajaran. 


"Mungkin dia absen hari ini" gumamnya pelan


Berniat masuk kelas, namun saat akan membuka pintu, sapa hangat terdengar dari belakang.


"Hallo Tomcan."


Ia yang merasa jika sapaan tersebut ditujukan kepadanya, segera menghentikan langkah dan berbalik badan ke sumber suara.


"Tomcan? Lo manggil gue tomcan?"

"Iya, tomboy cantik. Lo kan tomboy, cantik pula."

"Haha, bisa aja lo." ucapnya sembari memukul pelan lengannya

"Au au au" 

"Sakit ya, sorry ya. Lagian kenapa lo masuk, udah tau gini."

"Hari ini kan ada ujian, gue ga mau susulan. Iya sih enak kalo susulan, ngerjainnya di ruang AC, tapi ga mau lah, ga bisa nyontek."

"Haha nyontek, pake kertas atau ditulis di tangan?"

"Dua-duanya."


Merekapun tertawa lepas dengan lelucon tersebut, hingga guru menyadarkan mereka. 


"Ini mau stand up komedi di sini atau gimana nih?"

"Eh bapak." jawab Karin tersenyum tipis

"Eh bapak." jawab pak dosen sembari meledek

"Masuk!" sambungnya

"Iya pak."


Merekapun masuk ruang kelas dengan wajah biasa.


*Jam Istirahat


"Kemarin gue udah bilang ke guru gue. Kata dia, silahkan. Silahkan kalo lo mau ikut berlatih. Untuk jadwal, bisa bareng gue."

"Iya iya."

"Jangan iya iya doang. Jadi ga nih?"

"Iya."

"Oke, siap."


( Jeda/Hening )


"Gue masih penasaran, siapa yang bikin lo gini. Padahal lo baik lho." ucap Karin kepada Rifki

"Baik ga ngejamin dibaikin balik sama orang lain. Gue bersikap seperti apa diri gue." 

"Gue bakal cari bukti, kalo Alfian sama yang lain yang bikin lo gini."

"Ga usah, udah biarin. Gue ga mau jadi panjang urusannya."

"Lo ga boleh gitu, ini udah masuk kriminal loh."

"Iya sih, ya udah lah. Terserah lo."

"Oke. Oh ya, nanti lo pulang bareng gue."

"Iya. Eh, mama gue kan ngajak dinner, lo udah punya gaun belum?"

"Gaun? Ngapain pake gaun? Gini aja kali."

"Lo gimana sih, namanya juga dinner."

"Gue ga suka pake baju begituan."

"Bodo amat, nanti malam lo harus feminim." ucapnya sembari menaikkan ke dua alis

"Hem."


Beberapa menit kemudian, masuk jam pembelajaran terakhir. Selama di kelas, mereka bersikap biasa. Berbincang seperlunya dan bertatap pun seperlunya. Sampai akhirnya, waktu jam pulang tiba. 


"Langsung pulang ya?" ucap Karin kepadan Rifki

"Mampir butik bentar."

"Ngapain? Gue ga mau ya kalo lo beliin gue baju?"

"Idih, pd amat lo. Orang gue mau beliin mama gue, bukan lo."

"Oh." jawab singkat Karin sembari menahan malu


Tanpa basa-basi lebih, mereka menuju parkiran. Namun saat di perjalanan, perjumpaan antara Karin, Rifki, dan Alfian terjadi. 


"Hey bro, tangan lo kenapa?" sapa Alfian

"Gapapa."

"Eits, dingin amat bro. Kenapa sih?" ( Hening )

"Hay Karin." sapanya lembut

"Udahlah Ki, orang kaya gini ga usah diladenin." ucap Karin sinis


Merekapun meninggalkan Rifki, saat tepat di sampingnya, ia menghentikan langkahnya dan berbisik pelan. 


"Penghianat!" ucapnya kemudian berlalu pergi.


Sesampainya di parkiran, Rifki menawarkan dirinya untuk menyetir motor. Namun kondisinya yang sangat tidak memungkinkan, akhirnya Karin lah yang tetap berperan sebagai sopir. Tanpa berdebat, merekapun meninggalkan tempat tersebut dengan berboncengan.