Contents
Karin Si Anak Tomcan
Teguran Keras
Beberapa menit kemudian, Rifki meninggalkan sekolah lewat jalan biasa. Di tengah perjalanan, ia dihadang oleh Alfian the geng.
"Apa-apaan ini?" ucap Rifki
"Turun!" ucap Alfian keras
"Iya apa dulu."
"Gue bilang turun, turun." ucapnya kembali keras
Tanpa obrolan dan basa-basi, ia langsung mendaratkan kepalan tangan di badannya. Perkelahian terjadi, Rifki yang tidak bisa bela diri, ditambah 3 lawan 1, ia pun kembali tepar. Wajahnya kembali memar dan di bibirnya keluar darah. Iya, ini lebih parah dari tempo lalu.
"Lo ngejalaninnya ga serius. Karin nolak ajakan gue. Gue ingetin sekali lagi, serius!" ucapnya keras ke wajah Rifki
"Itu udah bukan urusan gue. Urusan dia mau atau engga, itu udah di luar kendali gue."
"Sialan lo!" ucapnya sembari memukul wajah Rifki
"Pukul, pukul gue. Kalo perlu pake batu, pake batu!" ucap Rifki melawan
Alfian yang latar belakangnya memang tempramental, semakin menjadi memukul Rifki. Namun perkelahian tersebut berhasil dilerai oleh kedua temannya.
"Udah Al, stop!"
"Biarin, biarin gue hancurin ni anak." ucapnya sembari memukul
"Nanti kalo dia kenapa-kenapa, lo ga bisa manfaatin dia."
Entah apa yang ia fikirkan, hingga pukulannya berhasil ia hentikan.
"Gue berhenti bukan karna gue kasihan, gue masih butuh lo. Besok, lo harus bikin gue dan Karin ketemuan. Ngerti!" ucapnya tegas sembari meninggalkan Rifki.
Pukulan yang keras, membuat badannya terasa remuk dan ia pun tidak sadarkan diri.
*Di Rumah Sakit
"Lo udah sadar?"
Suara lembut terdengar jelas di telinganya. Perlahan ia membuka mata, dan yang ia lihat pertama kali adalah Karin. Setelahnya, ia mengalihkan pandangan ke seluruh ruangan, dan ..
"Lo di rumah sakit. Tadi gue ga sengaja nemuin lo di pinggir jalan. Lo kenapa? Apa Alfian sama teman-temannya ganggu lo lagi?"
"Engga, gue tadi pingsan karna sakit."
"Sakit apa? Sakit badan karena digebukin, iya?"
"Apa sih, gue mau pulang."
"Lo belum boleh pulang, sebelum mama lo kesini."
"Mama?"
"Iya, tadi gue telfon mama lo. Dan sekarang masih nebus obat."
( Jeda/Hening )
"Thanks, lagi-lagi lo bantuin gue."
"Iya. Eh, gimana kalo lo latihan bela diri?"
"Bela diri? Maksud lo silat?"
"Iya" jawab Karin sembari tersenyum
"Besok kalo lo udah sembuh, gue antar ke guru gue."
"Guru?"
"Iya"
Saat tengah mengobrol, mamanya Rifki datang dan mengajaknya pulang. Sebelum pulang, mereka mengucapkan terima kasih kepada Karin dan mengundangnya untuk makan malam.
*Di Perjalanan Pulang
Untuk ke tempat angkot, Karin harus berjalan beberapa meter dari rumah sakit. Saat di perjalanan, samar terlihat Alfian tengah duduk di depan minimarket. Tanpa berfikir panjang, ia pun menghampirinya.
"Sebenarnya masalah lo sama Rifki apa?" ucapnya tepat di depan Alfian
"Eh cantik, kok tau aku di sini sih?"
"Jawab pertanyaan gue."
"Ga penting."
"Oh, ga penting." ucapnya sembari memukul meja
"Kamu kenapa sih selalu belain dia?" jawab Alfian
"Gue kasian sama Rifki. Dia selalu jadi bahan kekerasan lo, sifat kasar lo itu. Asal lo tau, mau sekaya apapun lo, mau sekeren ataupun seganteng apapun lo, kalo sifat lo minus kaya gini, cewe jelek kaya gue juga ogah sama lo. Gue ingetin sekali lagi, berani lo bikin memar Rifki, selanjutnya badan lo yang bakal di bikin memar. Ngerti!" ucapnya sembari meninggalkan Alfian
Tanpa menjawab, ia hanya bisa menahan amarah dan memukul meja minimarket.