Try new experience
with our app

INSTALL

Karin Si Anak Tomcan 

Sorry Rin

Keesokkan harinya, Rifki ke sekolah seperti biasa. Kondisinya sudah seperti sedia kala, hanya saja memar masih belum sepenuhnya pudar. 


"Udah sembuh bro." sapa Karin sembari menepuk keras pundaknya

"Lo bisa lembut dikit ga, lo cewe lho" ucap Rifki

"Ga bisa. Gue udah terlahir gini, mana bisa lembut gue."

"Pantes pada takut sama lo, orang lo nya aja gini. Apalagi dandanan lo tuh, hitam semua."

"Ya udah sih biarin, yang penting gue nyaman. Gue ga peduli orang lain ngomong apa, termasuk lo." jawabnya sembari berlalu meninggalkan Rifki

"Maksud lo apa?" ucapnya keras

"Woy!" sambungnya


Merasa diabaikan, ia pun melanjutkan jalan sembari menggerakkan tangan.


"Au, buset tu cewe. Ni pundak jadi sakit banget ya" gumamnya pelan


*Ruang kelas


Setibanya di depan ruang kelas, Karin dikejutkan oleh kehadiran Alfian dan ke 2 temannya. 


"Hallo cantik." rayu Alfian kepada Karin

"Masih pagi, gue males ribut." jawabnya sembari melewati mereka

"Bentar dong cantik, abang mau ngobrol bentar. Ga lama kok, paling 10 menit."


Tanpa jawaban, Karin meninggalkan mereka. Baru akan melangkah, tangannya kembali ditahan oleh Alfian. 


"Lepas ga!" tegurnya keras

"Ngobrol bentar, mau ya?" rayunya kembali

"Gue ga ada waktu buat ngeladenin kalian." 

"Songong amat lo!" 


Tanpa jawaban, Karin menghempas kasar pegangan tersebut, kemudian meninggalkan mereka.


"Susah bener tu cewe."

"Terus gimana bos?" Ucap salah seorang temannya

"Cabut."

"Oke."


Merekapun meninggalkan ruangan tersebut. Namun di depan salah satu kelas, mereka dipertemukan dengan Rifki. 


"Wih, masih berani ke sini dia." ucap salah seorang temannya sembari tertawa 


Alfian perlahan mendekat ke arah Rifki, ia sentuh wajahnya pelan, namun Rifki menghempasnya kasar.


"Santai dong!" ucapnya sembari tersenyum sinis


( Jeda/Hening )


"Lo kenal Karin?"

"Iya, kenapa?"

"Gue butuh bantuan lo."

"Apa?"

"Gue minta lo jadi jembatan buat hubungan gue sama Karin."

"Maksud lo apa?"

"Ga usah pura-pura bego, lo cowo pasti faham apa yang gue maksud."

"Jangan gila lo, gue ga mau." jawabnya sembari meninggalkan mereka

"Kalo lo ga mau, sampai kapanpun gue bakal ganggu hidup lo." ucapnya keras ke arah Rifki


Ia yang mendengar, seketika menghentikan langkahnya. 


"Emangnya lo siapa ngancam gue gitu?"

"Gue emang bukan siapa-siapa, tapi lo bisa tau gue siapa. Gue peringatin sekali lagi, kalo lo ga mau, siap-siap hidup lo ga tenang." ucapnya sembari meninggalkan Rifki

"Sepulang kampus, gue bakal tunggu dia di parkiran. Gue ga mau tau, lo harus nyari cara biar dia pulangnya bareng gue." sambungnya dengan membelakang Rifki, kemudian berlalu pergi

"Siap!" gumamnya pelan sembari mengepalkan tangan


Saat tengah menahan amarah, Karin menyapanya dari belakang.


"Lo ngapain di sini sendiri?"


Tanpa menjawab, Rifki berlalu meninggalkannya.


"Tu anak kenapa?" gumamnya pelan


*Sepulang Sekolah


"Lo mau pulang?"

"Iya, kenapa?" jawab Rifki

"Ketus amat sih sama gue. Gue ada salah apaan?"

"Lo kesini cuma mau nanya kaya gitu?"

"Iya engga. Gue mau nawarin lo bareng, mau ngga?"

"Ya udah, ayo."


Mereka menuju parkiran, sesampainya di sana, Rifki mejalankan rencananya. 


"Gue ke toilet bentar."

"Jangan lama-lama."


Selang beberapa menit, datang Alfian the geng. 


"Nunggu siapa Rin?"

"Temen."

"Oh, mau aku temenin?"

"Ga usah."

"Jangan galak dong, mukanya juga jangan gitu dong. Ga enak tau diliat."

"Lo pergi ajalah. Gue lagi males berantem."

"Ga ada yang mau ngajak lo berantem kok. Aku kesini cuma mau ngajak pulang bareng, ga lebih."


Karin tidak menggubris omongannya, dan..


"Rifki kemana sih? Woy Rifki, lo dimana? Awas ya nanti kalo ketemu, gue jitak pala lo." batinnya


Karena Rifki tidak kunjung kembali, ia pun segera menuju kendaraannya. Alfian dan yang lain tidak menahan ataupun mengejar, ia hanya terdiam. 


"Kok berat ya?" batinnya

"Iya, kenapa nih motor?" sambungnya


Karin segera turun dan mengeceknya. 


"Sial, pake kempes lagi. Perasaan tadi ga kenapa-kenapa" ucapnya pelan

"Kenapa?" tanya Alfian sembari mendekat ke arah Karin

"Ga tau ini, tiba-tiba aja kempes."

"Ya udah, mending pulang bareng gue yuk. Nanti aku anterin pulang tuan putri sampai rumah dengan selamat."

"Mending naik angkot daripada harus bareng lo." jawab Karin sembari meninggalkan mereka.


Tidak terima atas penolakannya, Alfian masih berusaha untuk membujuk Karin. Sesampainya di depan gerbang, ia masih tetap berusaha. Namun Karin tetap kekeh dengan keputusannya, ia tetap menolak ajakan tersebut dan akhirnya meninggalkan Alfian di sana. 


"Hah!" 


Rifki yang melihatnya, merasa tidak enak hati dan merasa bersalah.


"Maafin gue Rin."