Try new experience
with our app

INSTALL

Contents

Kembali Terang 

Part 6

Kembali Terang (6)

By. Fayung Al Fahri


Pesawat yang di tumpangi Rendy bersama Andin dan Bu Rossa mendarat dengan selamat di Bandara.


Ya,Rendy memutuskan untuk berangkat menggunakan pesawat agar lebih cepat sampai,mengingat perjalanan menggunakan kapal menghabiskan waktu kurang lebih selama 3 hari.


Namun dia juga sudah menyiapkan mobil dan Kapal untuk transportasi selama di Sumatera dan kembali ke Jakarta.


"Silahkan" ucap seseorang menyerahkan kontak mobil kepada Rendy sesaat setelah memeriksa berkas yang di serahkan oleh Rendy.


Mereka pun segera menuju ke rumah Cahaya.


_____________________________________________


( Rumah Cahaya )


Bapak seketika keluar bersiap menyambut kedatangan Rendy dan keluarga Damar ketika melihat Mobil berhenti tak jauh dari rumah sederhana nya.


"Aya..." Panggil Bapak 


"Iya Pak" Jawab Cahaya yang saat itu sedang masak di dapur kemudian beranjak menuju halaman "Ada Apa Pak ?" 


"Coba kamu lihat Apa itu benar Pak Rendy" Tanya Bapak ragu 


Cahaya melihat ke arah jalan, 

Deg, Cahaya Terkejut seketika .... Nampak Pak Rendy berjalan bersama 2 orang wanita 


"Itu Bu Andin dan Ibu Rossa" Batin Cahaya "Apakah .... Apakah mereka datang kemari untuk menjemput Damar ?" Pikir Cahaya kemudian "Aku tau bahwa akan datang Saat dimana Damar akan pergi meninggalkan tempat ini, tapi aku tidak menyangka akan secepat ini" 


"Cahaya ... " Panggil Bapak lagi 


"I ... I ... Iya Pak Itu Pak Rendy. Pak Rendy datang bersama Bu Andin dan Ibu Rossa" Nampak Cahaya sedikit panik, Ia tak siap, namun Cahaya berusaha untuk terlihat baik baik saja 


Bapak mengangguk, Cahaya makin terlihat kikuk Saat Rombongan Pak Rendy memasuki halaman Rumah mereka 


"Assalamu'alaikum" Sapa Mereka berbarengan 


"Wa'alaikumsalam warohmatollahi Wabarakatuh" Jawab Bapak Sedang Cahaya hanya menjawab salam itu dalam hatinya 


Rendy di ikuti Andin dan Mama Rossa kemudian menyalami Bapak dan Cahaya bergantian,


"Pak Rendy, mari silahkan masuk pak" 


"Terima Kasih Pak" Jawab Rendy kemudian mempersilahkan Andin dan Mama Rossa berjalan lebih dulu di depannya 


Karna keterbatasan kursi, Rendy mempersilahkan Andin dan Mama Rossa untuk duduk sedangkan Rendy berdiri di samping Mama Rossa, begitupun Cahaya, Ia berdiri dibagian dalam depan pintu rumah,


Mama Rossa dan Andin memandang ke sekeliling dalam Rumah, melihat dengan seksama isi dan bagian bagian dalam rumah yang sangat sederhana itu 


Bapak yang menyadari itu kemudian membuka suara "Rumah kami memang sangat sederhana Maaf jika membuat Pak Rendy dan Ibu Ibu ini kurang berkenan dan tidak Nyaman" 


"Oh tidak Pak, Mohon Maaf Entah kenapa justru saya merasakan kehangatan dalam Rumah ini. Walopun sederhana hawa dalam Rumah ini membuat saya merasakan sangat nyaman sepeti sedang berada dirumah sediri" Ujar Mama Rossa Penuh Kejujuran 


Bapak tersenyum, "Alhamdulillah Kalo Ibu bisa merasakan itu" 


"Oh iya, Pak, Cahaya. Perkenalkan. Di sebelah saya ini adalah Ibu Rossa, Ibu kandung dari Pak Aldebaran alias Damar. Dan yang di samping nya beliau adalah Bu Andin. Istri dari Pak Aldebaran"


Kemudian mereka saling berkenalan.


"Cahaya kita pernah bertemu dikantor kan, Saat kamu mengembalikan Dompet Mas Al" Tanya Andin tersenyum lebar pada Cahaya 


"I...I ....Iya, Benar." ucap Cahaya membalas seny Andin dan terlihat sedikit gugup 


"Ngomong-ngomong Pak Al ehm maksud saya Damar kemana ya?" Tanya Rendy sengaja memutus percakapan Cahaya dengan Andin. Namun pertanyaan Rendy mewakili perasaan Andin dan Mama Rossa yang jelas sedari tadi menunggu kemunculan Damar.


Bapak dan Cahaya saling memandang sejenak.


"Sebelumnya Saya mohon maaf kepada Ibu Rossa selaku Ibu kandung dari Damar dan Ibu Andin selaku Istri Damar, bahwa disini Aldebaran kami panggil dengan nama Damar, karna Kami tidak mengetahui nama Asli dari Damar" Bapak mencoba menjelaskan 


"Tidak apa apa Bapak, tidak masalah. Yang penting Mas Al sehat dan baik baik saja. Justru kami merasa sangat berterima kasih pada Bapak dan Cahaya karna sudah menolong Mas Al" Mama Rossa mengangguk seperti membernarkan ucapam Andin 


Bapak melanjutkan Ucapannya 

"Damar ada, Dia sedang mencari kayu bakar di hutan,Sebab persediaan kayu kami disini sudah habis." Jawab bapak.


Seketika wajah Andin dan Mama Rossa tampak terkejut,namun sekian detik kemudian mereka dapat mengatasi nya.


"Mohon maaf sebelum nya Bu Andin dan Bu Rossa,sebenarnya tadi saya sudah melarang Damar untuk mencari Kayu di hutan, namun dia tetap memaksa. Dia bilang mungkin ini kesempatan terakhir nya dia bisa mencarikan kayu bakar untuk kami."


Nampak Andin dan Mama Rossa tersenyum haru.


"Damar anak yang sangat baik,sejak dua tahun ini dia melarang saya mencari kayu sendiri di hutan, alasan nya supaya saya bisa istirahat karena sudah tua. Padahal biasanya saya melakukan nya sendiri" lanjut bapak di iringi tawa khas nya.


"Sebelum nya saya ucapkan banyak terima kasih pada Bapak dan juga Cahaya karena sudah menolong dan merawat anak saya Aldebaran dengan sangat baik selama ini" ucap bu Rossa penuh syukur.


"Sama-sama, Bu. Sudah menjadi kewajiban kami sesama manusia untuk saling menolong." Balas bapak kemudian.


"Aya,tolong kamu siapkan jamuan untuk tamu kita ya,kemudian tolong kamu susul Damar di hutan,katakan kalau keluarga nya sudah datang." titah Bapak pada Cahaya.


"Baik,Pak." Sahut Cahaya kemudian.


Tak berselang lama Cahaya kembali dengan 4 cangkir teh hangat dan satu toples kerupuk ikan bikinan nya sendiri.


Setelah mempersilahkan Tamu nya untuk menikmati jamuan, Cahaya pamit undur diri untuk menyusul Damar.


"Kalau begitu saya pamit untuk menyusul Damar dihutan" ucap Cahaya 


"Kamu hati-hati ya, Nak" pesan bapa pada Cahaya.


"Iya, Pak." kemudian Cahaya beranjak untuk pergi.


"Aya.." panggil Andin kemudian.


"I .... Iya Bu Andin"


"Boleh saya ikut kamu?" Tanya Andin pada Cahaya.


Cahaya tampak kikuk dan ragu untuk menjawab, 


"Sebaik nya bu Andin tunggu di sini saja, karena di hutan itu berbahaya" ucap bapak menjelaskan.


"Iya,Ndin, betul kata Pak Sujiwo, Kita tunggu disini saja ya." ucap mama Rossa membenarkan ucapan bapak.


"Gak papa, Ma. Insya Allah aman kok. Mama tenang aja ya." ujar Andin menenangkan.


"Ya,terserah kamu kalau begitu" balas mama Rossa.


"Maaf bu Andin, bagaimana kalau saya temani Ibu dan juga Cahaya?"


"Nah, it's Good Idea . betul sekali,biar Rendy temenin kalian ya. Supaya lebih aman." ucap mama Rossa.


"Oke, Gpp. Ayo Pak, Rendy"


Mereka bertiga pun berjalan menuju hutan.


Di perjalanan menuju Hutan ,Andin dan Cahaya berjalan berdampingan di depan,sedang Rendy menjaga keduanya dari belakang.


"Terima kasih ya Aya, kamu sudah menolong dan merawat suami saya selama ini. Saya benar-benar bersyukur akhirnya suami saya kembali." ucap Andin dengan mata berkaca-kaca.


"Bu Andin tidak perlu berterima kasih, itu sudah kewajiban saya sebagainsesama manusia." jawab Cahaya.


Andin tersenyum ke arah Cahaya.


"Aya,kamu tidak perlu memanggil saya dengan sebutan itu, Panggil saja saya Andin" pinta Andin membuat Cahaya terkekeh.


"Ehm maaf Bu, kesan nya kurang sopan. Saya panggil mbak Andin saja ya?" Tawar Cahaya.


"Yaudah terserah kamu aja,asal jangan ibu" jawab Andin.


Mereka mulai memasuki hutan,Cahaya menyingkirkan berapa ranting yang menghalangi jalan mereka.


"Btw jadi gimana ceritanya Mas Al bisa di temukan, Aya?"


"Damar di temukan bapak terombang-ambing di lautan saat bapak mencari ikan. Dia di bawa bapak dalam kondisi tak sadarkan diri,terapung di atas papan kayu. Terdapat luka di beberapa tubuh nya,dan yang paling parah di bagian belakang kepalanya,mungkin itu yang membuatnya jadi hilang ingatan,saya juga tidak tahu."


"Ya Allah..mas Al." Gumam Andin pelan.


"Saya minta maaf karena tidak bisa membawa Damar berobat secara mendetail, saya harap tak ada efek yang serius selain hilang ingatan nya Damar. Sebab karena keterbatasan kami,Damar hanya mendapatkan pengobatan dari dokter puskesmas desa, sisanya hanya menggunakan pengobatan tradisional dan pemulihan seiring berjalan nya waktu." sesal Cahaya.


"Kamu sama sekali tidak perlu minta maaf, Aya. Justru kami sangat sangat berterima kasih karena kalian sudah melakukan yang terbaik untuk Mas Al." ucap Andin sembari memandang Cahaya.


Cahaya membalas ucapan Andin dengan senyuman.


"Oh iya, sebenarnya ada hal yang ingin saya tanyakan sama kamu."


"Apa itu mba? Silahkan. "


"Saat kamu mengembalikan dompet mas Al itu,kenapa kamu tidak menceritakan pada saya soal kondisi mas Al yang sebenar nya?"


Cahaya hanya terdiam mendengar pertanyaan Andin, bagi nya inilah pertanyaan yang paling sulit ia jawab, inilah hal yang paling ingin ia hindari tatkala keluarga Damar mengetahui semuanya.


"Mana mungkin aku ceritakan yang sebenarnya pada Bu Andin?" Batin Cahaya.


Seolah mengerti isi hati Cahaya Andin segera meralat pertanyaan nya.


"Ya tapi itu ga penting sih. Yang terpenting bagiku adalah keselamatan Mas Al. Dan kamu sangat berjasa atas hal itu, Aya. Terima kasih ya" lanjut Andin



Cahaya tersenyum lega.

"Iya, Mb. Sama-sama."


Mereka lalu melanjutkan perjalanan. Suasana semakin gelap,karena mereka semakin memasuki hutan. Pepohonan di sisi kiri dan kanan.


Andin memperhatikan sekitar,melihat setiap detail dari tempat yang sering di lalui suaminya selama 2 tahun belakangan.


"Sepi,sunyi,mencekam. Di tempat seperti ini kamu mempertahankam hidup, Mas." batin Andin.


"Sebentar lagi kita sampai,biasanya Damar mencari kayu bakar di daerah depan sana." Ucap Cahaya memecah lamunan Andin.


Andin tersenyum lega seketika,sebentar lagi penantian panjang nya akan usai,sebentar lagi rindu nya akan berlabuh,sebentar lagi buah kesabaran nya selama ini akan ia tuai.


"Aku benar-benar gak sabar pengen ketemu kamu,Mas.

Akhirnya penantian panjang ini berakhir juga. Aku gak sabar ingin segera memeluk mu, Mas. Menghirup dalam aroma tubuhmu yang bagai candu. Menyampaikan rindu yang kian lama kian menggebu." Batin Andin bahagia membayangkan pertemuan nya dengan suami tercinta.


Andin semakin semangat dan mempercepat langkahnya, Ia,ingin cepat-cepat sampai dan bertemu dengan kekasihnya, deru nafasnya semakin menggebu,mengikuti gelora cinta nya yang ingin segera berlabuh. Hasrat untuk bertemu itu semakin tak dapat ia kendalikan.


"Ayo, Cahaya." ucap Andin menggandeng tangan Cahaya agar mempercepat langkah nya.


Cahaya mengikuti langkah Andin.


Seraya memandang Andin yang begitu bersemangat, dalam hati ia berucap :


"Mba Andin tampak sangat mencintai Damar, bahkan ia sama sekali tak mampu menyembunyikan rasa rindunya untuk Damar. Aku memang tidak tahu bagaimana kisah mereka saling merajut cinta. Namun yang aku tahu kekuatan cinta mereka tak akan pernah goyah. Bahkan saat raga mereka terpisah oleh bentangan samudera,hati mereka tetap terpaut dengan kebesaran cinta.


Selama ini aku mengira bahwa cinta ku untuk Damar adalah yang paling sempurna. Namun begitulah sang pecinta, sering kali ia memperjuangkan egonya atas nama cinta, merasa cinta nya paling sempurna tiada tara,dan semua itu tak akan berubah sebelum ia menyaksikan sendiri cinta lain yang lebih indah.


Disinilah aku merasa dapat mengambil hikmah, walau rasa itu hanya tumbuh sebelah, namun ketulusan cinta mengajarkan ku indahnya sebuah pengorbanan.

Cinta mengajarkan ku bahwa tak perlu egois dalam mencintai. Karena walau kita tak berhak memiliki, kita tetap bisa merasakan nikmat nya keihklasan hati.


Damar, aku tak pernah menyesal telah melepasmu kembali pada cinta sejati mu, justru aku merasa inilah pencapaian terbaik dalam perjalanan cintaku. Karena derajat Cinta tertinggi adalah saat kita mampu mengikhlaskan sang kekasih pergi bersama yang ia cintai.


Damar ku,kembali dan bahagia lah kamu bersama keluarga mu, jangan risaukan cahaya tanpa damar nya. Karena Cahaya akan tetep terang dengan atau tanpa wadah nya."


Kini mereka bertiga telah sampai di tempat damar berpijak,dari kejauhan Andin melihat seorang lelaki perkasa tengah mengikat kayu bakar yang telah ia kumpulkan dengan susah payah. Tampak peluh membasahi kening dan tubuh nya,membuatnya tampak semakin mempesona.


"Mas, Al akhirnya mata ini dapat kembali memandang mu,setelah 2 tahun aku hanya memeluk bayangan mu,kini saat nya aku kembali ke dalam dekapan hangat mu" batin Andin dengan mata berkaca-kaca tak mampu menahan haru.


Ia lalu berteriak

"Mas, Al....."

Membuat Damar yang tengah fokus mengikat kayu terperanjat.


Damar membalikkan tubuhnya ke arah suara, tampak disana seorang wanita cantik tengah berlari ke arah nya.

Dan sesaat kemudian wanita itu berhambur ke dalam pelukan nya.


Damar menegang, otaknya tak dapat mencerna kejadian apa yang tengah menimpanya. Ia bahkan tak bisa membedakan apakah ini mimpi atau nyata.


Beberapa saat kemudian..damar melepas pelan kedua tangan Andin yang bertaut memeluknya.

Memandangnya sejenak kemudiam berkata.


"Kamu siapa?".....