Contents
Kembali Terang
Part 5
Part 5 Kembali Terang
Cahaya, Rendy dan Juga Bapak Terpaksa harus menunggu hingga pagi hari Agar Damar bisa diperiksa secara keseluruhan oleh Dokter Spesialis saraf untuk mencaritahuPenyebab dan Cara penyembuhan yang tepat bagi Damar.
"Cahaya, Kamu, Bapak dan Pak Al bisa langsung pulang, tapi mohon Maaf Saya tidak bisa menemani kalian, saya harus segera pulang ke Jakarta" Ucap Rendy yang membuat Cahaya dan Bapak Terkejut
"Kenapa mendadak Pak Rendy?" Tanya Bapak
"Saya harus segera memberitahukan Bu Andin tentang keadaan Pak Al yang sebenarnya, Bagaimanapun Keluarga Al Fahri juga berhak tahu. Disamping itu Pengobatan Untuk Pak Al di Rumah Sakit
di Jakarta Sepertinya akan lebih Bagus, Bagaimana menurut kalian ?"
Bapak memandang ke arah Cahaya, tanpa bisa berkata dan memutuskan apapun. Ia tahu inilah yang paling di takutkan Cahaya ketika sudah berhasil menemukan keluarga Damar.
"Saya setuju Pak Rendy, lakukan apapun yang terbaik untuk Damar demi kesembuhannya" jawab Cahaya Membuyarkan lamunan Bapak
"Kamu yakin Nak" Tanya Bapak
"Sangat Yakin Pak, bukannya memang tujuan aku mencari Keluarga Damar untuk mengembalikan Damar pada Keluarganya ?" Jawab Cahaya yakin
Setelah Rendy Mengurus semuanya, Ia kemudian berpamitan Untuk Pulang,
"Bapak, Cahaya Terima Kasih untuk semuanya. Saya titip Pak Al" Tak lupa Rendy memberikan Sebuah Amplop yang sangat tebal pada Mereka.
"Maaf, Pak Rendy Kami tidak bisa menerima ini Sejak awal Kami menolong Damar, Kami ikhlas tanpa mengharapkan Apapun" ucap Bapak Seraya tangan nya menolak amplop tersebut.
Rendy pun tak enak hati jika memaksa,ia juga harus menghargai ketulusan mereka.
"Baik lah kalau begitu saya izin undur diri, insya allah secepatnya saya akan kembali kesini untuk menjemput Pak Al."
Bapak dan Cahaya mengangguk mengiyakan.
"Hati Hati ya Ren, Terima kasih karena telah meluangkan waktu kamu untuk datang kesini menemui saya." Pesan Damar
"Sama Sama, Pak. ini sudah menjadi tugas saya, secepatnya saya akan datang kembali kemari, Saya Permisi"
Damar Hanya terdiam mendengar Ucapan Rendy, Dan Dari kejauh Ia memperhatikan Punggung Rendy yang makin lama menghilang dari Pandangan Mata nya. "Apakah ini memang saatnya aku bertemu dengan Keluargaku ?" Batin Damar Dalam hatinya
-----------------------------------------------------------------
Rendy sedang menunggu keberangkatan Pesawatnya menuju Jakarta, Ia kembali mengingat kejadian saat bertemu Dokter yang menangani Damar saat itu
"Pak Damar Teridentikasi Terkena Amnesia, Amnesia itu sendiri terbagi menjadi beberapa jenis, dan yang dialami Pak Damar ini kemungkinana Termasuk Amnesia Disosiatif, Yaitu gangguan yang melibatkan ketidakmampuan mengingat informasi yang penting terkait dirinya yang biasanya sulit dilupakan.
Gangguan Disosiatif ini merupakan gangguan mental yang melibatkan gangguan pada ingatan, kesadaran, identitas dan presepsi. Penyebab nya biasanya Karna Stress yang luar biasa yang merupakan akibat dari sebuah Peristiwa Traumatik" Dokter Amerta memberikan penjelasannya terhadap apa yang mungkin dialami oleh Damar
"Mengingat Riwayat Pak Al yang Pernah mengalami Epidural Hematoma ditambah Kecelakaan Pesawat yang dialami nya memang sangat besar kemungkinannya Itu yang dialami Pak Al" Gumam Rendy Dalam hatinya
"Karena ini tidak merembet pada Penyakit Fisik lainnya saran Saya, Pasien sebaiknya dirujuk ke Psikiater atau Psikolog yang dilatih secera Khusus untuk mendiagnosis dan merawat Gangguan mental" Lanjut Penjelasan Dari Dokter Amerta
Vo Rendy
"Sebaiknya saya langsung bertemu Bu Andin, kemudian membawa Pak Al pulang ke Jakarta. Saya juga Harus mencari Psikiater dan Rumah Sakit Terbaik untuk menangani Pak Al, Karena menurut Dokter Amerta cara terbaik untuk perawatan Amnesia Disosiatif adalah dengan Psikoterapi dan beberapa Terapi termasuk Terapi dari Keluarga"
---------------------------------------------------------------------
Rumah Cahaya
"Damar sebaiknya Kamu Istirahat dulu ya, Jangan memikirkan apapun yang bisa menyebabkan kamu sakit kepala lagi, Tetap tenang, dan percaya lah semua akan baik baik saja" pesan Cahaya setelah memberikan obat pada Damar.
Damar mengangguk
"Terima Kasih Cahaya, Maaf selalu merepotkan Kamu dan Bapak"
Cahaya Tersenyum
"Tidak merepotkan Damar, kami senang bisa menolong kamu, Istirahat ya. Aku mau bantu Bapak bersiap untuk mencari ikan"
"Cahaya, Boleh aku tanya sesuatu padamu ?"
"Boleh, Apa itu ?"
"Darimana Kamu mendapatkan uang untuk Pergi ke Jakarta mencari keluargaku"
"Oh itu, Kamu tenang aja kebetulan aku ada sedikit simpanan buat jaga-jaga, Alhamdulillah aku pakai itu buat ke Jakarta. Sudah jangan pikirkan itu,cepatlah Istirahat" ucap Cahaya seraya berdiri hendak keluar dari kamar Damar.
"Cahaya" Panggil Damar menarik tangan Cahaya "Terima Kasih untuk Kebaikan Kamu dan Bapak selama ini, Saya tidak bisa membalas semua Kebaikan kalian tapi saya akan selalu mengenang dan mengingat jasa kalian yang sudah menyelamatkan saya"
"Udah buruan Istiharat, Jangan Brisik Mulu. capek tau dengernya" Jawab Cahaya ketus berlalu dari hadapan Damar .
Sekeluarnya Cahaya dari Kamar Damar Ia menumpahkan semua Air Matanya yang sejak tadi Ia tahan, Menyakitkan memang tatkala Cinta bertepuk sebelah tangan tapi Ini memang harus Cahaya lakukan demi Damar, Demi kesembuhan Damar, dan Demi kebahagiaan Damar
VO Cahaya
"Maafkan aku Damar, karna telah berbohong padamu. Aku terpaksa menjual satu satunya Cincin Nikah Peninggalan Alm Ibuku agar aku bisa pergi ke Jakarta"
Cahaya menghapus Air Matanya, kemudian meninggalkan Kamar Damar. Disisi lain Tanpa Sepengetahuan Aya Bapak melihatnya sedang Menangis
"Bapak Memahami apa yang kamu rasakan nak, Bapak sangat bangga padamu Cahaya. Kamu rela dan ikhlas melepaskan dia yang kau Cinta, Semoga kelak akan datang Padamu lelaki yang benar benar dengan tulus mencintai dan menerima kamu nak, Ya Allah kabulkanlah Doa Hambamu ini, Aamiin" Doa Bapak Dalam hati
------------------------------------------------------------------
Pondok Pelita Malam Hari
Rendy, Andin dan Mama Rossa Kini tengah berada dalam Ruang Kerja Al, Ya .... Rendy memang meminta agar percakapan mereka tidak didengar dahulu oleh siapapun.,
"Ada apa Ren ? Apa ada Masalah di Perusahaan ?" Tanya Mama Rossa Penasaran
"Bukan Bu, ini tidak ada kaitannya dengan Perusahaan"
"Lalu apa ?" Kali ini Andin nampak sangat antusias ingin mendengarkan Apa yang akan disampaikan Rendy.
"Bu Andin, Bu Rossa, Saya sudah bertemu dengan Pak Al"
"What? Al, Aldebaran Alfahri anak saya ?"
"Iya,maksud kamu Mas Al ?"
Mama Rossa dan Andin sangat terkejut sekaligus bahagia mendengar ucapan Rendy
"Iya benar, bu" jawab Rendy.
"Pak Rendy, lalu dimana mas Al ?"
"Ren, kenapa Tidak kamu bawa pulang Al. Kenapa ? Ayo kita jemput sekarang ayo ..." Paksa Mama Rossa bangkit dari duduknya
"Bu Rossa, Bu Andin tolong tenang dulu tolong dengarkan saya bercerita sampai selesai"
"Tapi Rendy, kita harus segera menjemput Al. Saya .... Saya sangat merindukan Anak saya" Pinta Mama Rossa dengan air mata yang mulai mengalir dipipinya
"Ma, Mama benar kata Pak Rendy Sebaiknya kita dengarkan dulu Pak Rendy bercerita sampai selesai karna kita juga gak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Mas Al selama ini, Mama yang tenang ya" Andin berusaha menenangkan Mama Rossa
"Dimana Al Sekarang, Ren ?" Tanya Mama Rossa lagi
"Pak Al ada di salah satu desa di sebuah kepulauan di Sumatra Barat. Memang tak banyak penghuni dipulau itu dan akses untuk ke kota sangat jauh, Dengan semua keterbatasan itu lah yang Menyebabkan Cahaya lama untuk menghubungi kita Bu"Rendy mencoba menjelaskan
"Cahaya ? Siapa Cahaya ?" Tanya Andin
Rendy Melanjutkan ceritanya, Awalnya Rendy bercerita kenapa Ia bisa bertemu dengan Cahaya
"Apakah gadis yang mengembalikan Dompet Mas Al itu adalah Cahaya, gadis yang menolong Mas Al selama ini ?" Tanya Andin Terkejut
"Benar Bu"
"Tapi kenapa dia tidak langsung berterus terang pada saya dengan mengatakan semuanya ?"
"Maaf Bu Andin,Ibu akan tau Jawabannya nanti setelah Ibu Andin bertemu dengan Cahaya, saya tidak bisa menjelaskannya secara rinci"
"Ren, lanjutkan ceritamu" Pinta Mama Rossa lagi
Rendy kemudian menjelaskan semuanya sejak awal dia bertemu Damar, keadaan Al hingga Diagnosa Dokter saat ini
Penjelasan Rendy membuat Andin dan mama Rossa lega dan sangat bersyukur,karena pada akhirnya penantian mereka selama ini tidak sia-sia. Walau Al di temukan dalam kondisi amnesia,tapi kondisi itu sama sekali tak mengurangi rasa syukur mereka.
"Ren, Besok pagi kita berangkat kesana. Saya ingin bertemu dengan Mas Al dan secepatnya kita harus bawapulang mas Al untuk melakukan Perawatan" ucap Andin bersemangat.
"Baik Bu"
"Ndin, Mama ikut ya, Mama kangen Al ndin"
"Apa tidak Sebaiknya Mama menunggu dirumah ?"
"Bu Andin, Kalo saya boleh kasih saran sebaiknya Ibu Rossa bisa diajak. Mungkin dengan Bertemu Ibu Rossa Pak Al bisa sedikit membaik, Karna Apa yang dialami Pak Al terkadang bisa berpengaruh juga pada emosinya Bu, Semoga dengan bertemu Ibu Rosaa Pak Al bisa lebih tenang dan Percaya pada kita"
"Baik Pak Rendy kalo begitu Saya ada tugas buat kamu, Tolong kamu siapkan semuanya untuk keberangkatan kita besok, saya akan minta Papa dan Mama untuk menjaga Anak anak selama kita pergi"
"Baik Bu. Dan sepertinya perjalanan kali ini kita tempuh melalui jalur Laut,karena saya khawatir Pak Al masih trauma dengan Jalur Udara,sebab yang saya tangkap dari percakapan dengan beliau kemarin satu satu nya hal yang Pak Al ingat adalah kejadian kecelakaan pesawat itu. Dan ingatan itu sangat mengganggu beliau.
Dan juga berdasarkan penjelasan dokter faktor utama yang menyebabkan pak Al kesulitan untuk mengingat memori masa lalu nya adalah rasa trauma nya yang begitu berat,jadi saya khawatir kalau kita tempuh jalur udara akan semakin memperlambat pemulihan ingatan pak Al"
"Baik pak Rendy,pokoknya kamu atur semua nya ya. Lakukan yang terbaik."
"Baik Bu"
Andin menoleh Pada Mama Rossa, kemudian menepuk paha Mama Rossa lembut
"Oke Ma kita pergi Jemput Mas Al" Andin Tersenyum
"Of Course Sayang, Kita akan Jemput Al, Anak Mama Tersayang. Al Mama sangat ... sangat rindu kamu Al" Ucap Mama Rossa diiringi Senyuman Kebahagiaan
"Aku juga Ma, aku kangen Mas Al. Aldebaran Al Fahri Suami aku" Balas Andin kemudian memeluk Mama Rossa, Keduanya Berpelukan sangat erat penuh kebahagiaan
VO Andin
"Alhamdulillah Ya Allah, Akhirnya ... kebahagiaan ini datang juga, Akhirnya .... hari itu akan datang juga, Hari Dimana aku akan bertemu kembali dengan suamiku, Aldebaran Al Fahri, Ayah dari Anak Anakku.
Terima Kasih ya Allah atas keyakinan yang Engkau Berikan Padaku, bahwa Suamiku Pasti akan kembali pulang kerumah kami, Terima Kasih juga karna telah memberikan kami kesabaran dalam menjalani semua ini. Hingga Akhirnya kesabaran kami ini berbuah manis hari ini"
Air mata Andin menetes dipipinya kali ini bukanlah Tangisan kesedihan dan kerinduan melainkah Tangisan Kebahagiaan.