Try new experience
with our app

INSTALL

Contents

Kembali Terang 

Part 3

Pondok Pelita 

---------------------

Malam di Pondok Pelita masih sama seperti malam sebelumnya, Tapi Bagi Andin malam ini sungguh terasa berbeda. Jika sebelumnya Ia sangat membenci Malam hari, Malam ini Andin justru seperti merasakan ketenangan dalam jiwanya. 


Sedari Pagi Ia selalu menebar Senyuman, Mood nya sedang sangat baik, Ia bahkan menyelesaikan Semua Pekerjaannya lebih Cepat hingga waktu berkumpul dengan Reyna dan Askara juga lebih lama. 


"Askara, Ini foto Askara Sewaktu Aqiqah. Askara ingat ini Siapa ?" Tanya Andin pada Askara 


"Papapal"Jawab Askara 


"Pinter, Iya ini Papa Askara .... Papa Al ganteng ya Kaya Askara" 


"Kalo Aku cantik kaya Mama, Iya kan Ma ?" Tanya Reyna tak mau kalah 


"Iya sayang" Jawab Andin Tersenyum. Andin melanjutkan ceritanya pada Askara 


"Askara, Papa Al itu adalah Papa yang Sangat hebat. Papa Al selalu menjaga Mama, Oma, Kakak Reyna, dan Semuanya. Papa Al Orang yang sangat Penyayang, sejak Askara hadir dalam perut Mama Papa Al selalu ajak Askara ngobrol Terutama menjelang Tidur" 


"Papa Al, Papa Terbaik Aku juga Ma. Dulu sewaktu aku dipanti kalau Aku sedang sakit Papa Al yang selalu jagain Aku. Nemenin Aku Tidur, Suapin Aku makan. Papa Al juga selalu beliin mainan yang banyak Buat Aku dan teman teman dipanti" .


Andin tersenyum manis mendengar cerita Reyna."Kamu begitu di cintai oleh Reyna,Mas. Walau kamu bukan Ayah biologisnya,tapi nama kamu selalu terpatri di hatinya. Batin Andin.


"Makanya Reyna harus selalu Sayang Sama Papa Al ya nak, Selalu Doain Papa" 


"Iya Ma" 


"Nah sekarang sudah malam saatnya Kakak Reyna dan Dedek Askara tidur, Mama temani sampai kalian tidur ya" Ujar Andin 


Tak butuh waktu lama untuk membuat Reyna Dan Askara tertidur pulas, kelelahan bermain memang terkadang membuat mereka lebih gampang tidur. Setelah merapikan selimut Reyna dan Askara, Andin bergegas meninggalkan Kamar itu menuju ruang kerja.


"Sebaiknya Aku Selesaikan semua pekerjaan Aku supaya besok aku bisa mengerjakan yang lainnya, lagian aku juga belum ngantuk" gumam Andin Dalam hati 


Andin membuka Tas kerjanya. Dompet Al yang beberapa hari lalu dikembalikan oleh seseorang bernama Aya membuatnya ingin bernostalgia mengenang saat saat indah nya bersama Al. 


Dompet ini Adalah Dompet Yang Andin berikan sebagai Hadiah Ulang Tahun Al dua taun yang lalu. Dompet berwarna hijau Army seperti warna kesukaan Al.


Andin memandangi dompet milik suaminya.

"Kalau dompet ini saja bisa selamat dan kembali ke pangkuanku,Aku percaya kamu pun selamat dan akan kembali ke pelukan kami, mas. "


Andin mencium dompet itu penuh kerinduan,seolah ia menemukan aroma Aldebaran disana.

"Kamu di mana, mas? Di manapun kamu berada saat ini,aku berharap kamu selalu baik baik saja. Dan aku akan setia menunggu kamu kembali sebagaimana dompet kamu yang lebih dahulu kembali." ungkap Andin lirih


Andin lalu memeluk domet itu. Ia kemudian teringat perkataan Al :

"Dompet ini akan saya bawa kemana pun saya Pergi, Ndin. Untuk menemani Saya jika kita sedang tidak bersama" Begitu yang Al katakan Saat itu. Sejak itu Al selalu menaruh dompet itu di saku bagian belakang celananya.




Di Rumah Cahaya

_________________


Damar dan Cahaya sedang duduk di sebuah bangku yang terbuat dari batang pohon kelapa. 

Konon Damar lah yang sengaja membuat bangku itu di tepi pantai. Karena saat mendengar suara ombak ia akan merasa tenang dan lebih baik.


Ingatan tentang kejadian yang sangat menyeramkan itu begitu menakutkan dan menyisakan trauma mendalam pada jiwa Damar. Dan baginya, ombak laut lah yang berjasa menyelamatkan jasad nya. Yang telah membawanya hingga sampai ke tempat ini.


Suasana hening,hanya terdengar suara ombak yang berderu. Air laut sedang pasang karena bulan purnama tengah benderang di atas sana. Menampakkan wajah indah nya yang penuh cahaya menerangi malam yang gelap gulita.


Sunyi,tenang,dan damai. Itulah yang membuat Damar nyaman berada di sini.

Ia lalu menengadahkan wajah nya ke arah purnama. Ingatan nya kembali mencoba meraba masa lalu nya. Berusaha kembali mengingat siapakah dirinya? Dari manakah ia berasal? Dan adakah orang-orang yang tengah menunggu kembalinya? Hingga terus mencarinya sebab merkea begitu mencintainya?


Pertanyaan pertanyaan serupa selalu bermuculan di benak Damar. Namun tak satupun berhasil ia pecahkan. Hingga ujung nya ia hanya mampu menatap rembulan ketika malam. Dan menatap langit ketika terang. Karena dengan begitu ia merasa kembali ke masa lalu nya. Ia yakin, ada jiwa jiwa yang tengah memandang langit dan rembulan yang sama. 


Cahaya melirik Damar di sisi nya. Ia sangat hafal dengan rutinitas Damar selama 2 tahun ini.

"Kamu pasti sedang meraba ingatan masa lalu mu ya?". Tanya Cahaya.


" Ya, seperti yang kamu lihat selama ini, Aya. Aku tahu kamu pasti sudah hafal jawaban nya."


Cahaya mengangguk.

"Oh iya Mar, boleh aku bertanya sesuatu?"


"Silahkan,dengan senang hati aku akan menjawab semua pertanyaan kamu". Jawab Damar ramah.


Tampak Cahaya menghela nafasnya berat.

"2 tahun sudah berlalu,dan kamu menjalankan kehidupan mu di tempat ini. Tempat yang awal nya asing bagimu,sampai sekarang menjadi tempat yang nyaman bagimu. Apakah selama 2 tahun khidupan itu tidak ada hal yang berarti untuk kamu,Damar?"


"Tentu ada. Banyak hal aku peroleh di sini. Dan semua yang ku jalani selama 2 tahun di sini sangat sangat berarti. Tak seharipun luput untuk aku syukuri sebab Tuhan begitu baik, memberikan aku sebuah kehidupan yang begitu indah setelah kematian mengancam jiwaku kala itu." Jawab Damar dengan pandangan mengarah ke Purnama.


Cahaya lalu memandang Damar lekat.

"Lalu dengan semua kenyamanan yang kamu rasakan selama ini,apakah tidak terbesit di fikiran mu untuk melupakan masa lalu mu dan memutuskan untuk menjalani hidup mu saat ini?"


Damar terhenyak mendengar pertanyaan Cahaya. Ia tahu,selama ini Cahaya memang menyimpan rasa untuk nya. Namun tak sekalipun ia menyinggung untuk Damar melupakan masa lalu nya.


Damar membalikkan tubuhnya menghadap Cahaya. Menatap netra Indahnya yang bagai memancarkan Cahaya seperti nama nya. Tak salah Bapak memberinya nama 'Cahaya' dia benar benar doa bapak yang menjadi nyata.


Ya,kala itu bapak pernah bercerita. Cahaya lahir saat matahari terbit. Karena itu lah bapak memberinya nama 'Cahaya'. Dalam nama itu bapak menyematkan doa agar Cahaya selalu menjadi penerang bagi bapak yang saat itu tengah mengalami suram nya kehidupan. Sebab ibu Cahaya meninggal saat melahirkan nya.


"Cahaya. Aku benar-benar minta maaf sama kamu. Karena sampai saat ini aku belum bisa membuka hati ini untuk kamu. Jujur, aku benar-benar tidak tahu alasan nya kenapa begitu sulit bagiku untuk membuka hati ini. Padahal aku tahu kamu begitu baik dan tulus kepadaku selama ini. Cahaya, please! Kamu pasti sudah hafal dengan jawaban ku ini."


Cahaya tersenyum manis dengan mata yang masih memandang Damar.

"Hati mu begitu tulus, Damar. Kini aku tahu mengapa kamu begitu sulit membuka hati selama ini, karena ada banyak cinta yang sudah tertamam begitu dalam di sana. Hingga mungkin tak ada lagi tempat untuk menampung cintaku ini. Bahkan kamu terus menjaga cinta itu di hati kamu walau dalam keadaan lupa ingatan sekalipun.


Dan sungguh aku ikhlas atas semua ini. Bahkan saat ini aku bertekad untuk mengembalikan kamu ke cinta sejatimu. Karena hanya ini yang mampu aku lakukan sebagai pecinta. Merelakan orang yang ku cinta untuk kembali kepada kebahagiaan nya." Batin Cahaya.


Melihat Cahaya yang hanya memandangi nya dalam diam membuat Damar khawatir. Apakah ia telah benar-benar telah melukai hati tulus wanita di hadapan nya ini. Sungguh Damar tak ingin itu terjadi.


"Aya, kamu baik-baik saja kan? Apa ada kalimat ku yang melukaimu?"


Cahaya menggeleng pelan,di susul dengan senyuman manis nya.


"Engga, Damar. Karena aku sudah hafal dengan jawaban kamu itu. Kamu tenang aja. Aku baik baik aja" jawab Cahaya dengan menepuk nepuk bahu Damar pelan.


"Btw, Bulan malam ini bagus ya.." 


"Iya. Bulan Purnama yang penuh cahaya. Indah,seperti kamu,Cahaya."


"Alah..gombal kamu, Mar"


Hahahahaha

Mereka tertawa bahagia.


"Kan kamu yang ngajarin" balas Damar masih dalam tawa nya.


Sedang di tempat lain,tepatnya di teras rumah Cahaya, Rendy tengah duduk menyaksikan mereka berdua.

"Mereka tampak bahagia. Di satu sisi saya bersyukur karena Pak Al selamat dan berada tangan yang tepat. Walau kehidupan di sini serba sederhana, jauh berbeda dengan kehidupan di Pondok Pelita, tapi keluarga ini benar benar memperlakukan Pak Al dengan baik. Dan di sisi lain saya berharap Pak Al tetap menjaga hati nya untuk keluarga yang selama ini tengah menanti nya.


" Sebenarnya bulan hari ini lebih sesuai dengan kondisi saat ini loh, Mar.?" ucap Cahaya.


"Oh, iya? Kenapa bisa begitu?" Tanya Damar penasaran.


"Iya. Karena hari ini aku bawa kabar bahagia buat kamu."


"Kabar bahagia? Apa itu?" Tanya Damar semakin mengerutkan Dahi nya.


"Aku sudah mendapatkan titik terang tentang masa lalu kamu,Mar."


"Oh iya? Apa itu ? Coba ceritakan ke aku " ujar Damar Antusias .


"Coba kamu menoleh ke belakang sana." ucap Cahaya menunjuk keberadaan Rendy.


Damar pun membalikkan badan nya ke arah telunjuk Cahaya.

"Rendy?" Damar bertanaya-tanya


Sedang Rendy menunjukkan senyum manis nya ke arah Al dan Aya.


"Ya, Rendy adalah salah satu orang dari masa lalu kamu, Mar. "


"Kamu serius? Gimana cerita nya sih? Gimana bisa kamu ketemu sama Rendy? Dan dia..dia siapa aku?" Tanya Damar berderet.


"Panjang cerita nya, Mar. Biar Pak Rendy yang jelaskan ke kamu, Ya. Sekarang kamu temui dia,Malam ini Pak Rendy akan tidur di kamar kamu. Kamu bisa tanyakan semua pertanyaan yang bersarang di benak mu. Tapi ingat ya, Mar. Jangan di paksakan. Semampu mu aja."


Damar manggut-manggut. Kemudian berdiri dari tempat nya.


"Terima kasih banyak ya, Aya. Aku ga akan melupakan jasa mu ini."


"Sama-sama" Jawab Cahaya dengan senyum mengembang. Lalu Damar beranjak menemui Rendy.


"Inilah saatnya, Aya. Saat nya kamu merelakan cintamu pergi kepada orang yang lenih mencintai nya. " batin Cahaya.

Tak terasa air mata kembali jatuh membasahi pipinya.


"Ikhlas Cahaya, ikhlas." gumamnya pelan.