Try new experience
with our app

INSTALL

Contents

Kembali Terang 

Part 2

Kembali Terang (2)

By Fayung Alfahri


Tempat Yang Berbeda 

-------------------------------

Cahaya Memperlambat langkah kakinya ketika memasuki halaman sebuah rumah yang sangat sederhana. Pandangan matanya kosong, Pikirannya masih tak tenang, sedangkan Rendy berjalan pelan mengikuti Cahaya sembari memandang kesekitar rumah tersebut.


Rumah itu memang nampak sangat sederhana, Dinding nya terbuat dari kayu yang mulai terlihat lapuk, Atap nya hanya terbuat dari daun kelapa, dan sekeliling rumah yang di tumbuhi banyak pohon kelapa.


Netra Rendy terus berputar melihat sekeliling rumah,nampak seorang lelaki sedang memotong kayu untuk digunakan sebagai kayu bakar, Lelaki itu adalah Damar, Damar sudah terbiasa melakukan itu sehingga sangat fasih ketika menggunakan kapak, tak hanya itu terkadang Damar harus masuk kedalam hutan guna mencari kayu bakar. Baginya itu menjadi hal yang sangat menantang. 


"Assalamu'alaikum " Sapa Cahaya yang Terdengar tak begitu jelas 


Damar Terdiam, sepintas mendengarkan sapaan itu walaupun tak begitu jelas, kemuadian membalikkan badannya 


"Wa'alaikumsalam,Cahaya kamu dari mana saja, Kenapa baru pulang" Jawab Damar berjalan cepat kearah Cahaya, Wajahnya nampak begitu cemas tapi tak menampik bahwa Ia begitu bahagia melihat Cahaya datang dalam keadaan baik baik saja.


Sedangkan di sisi lain,Rendy Terperajat, membelalakkan matanya memperhatikan Damar dengan Seksama dari Ujung Rambut hingga Ujung Kaki. Seakan tak percaya pada qpa yang dilihatnya. Tapi Sosok ini sekarang berada tepat di depannya.

"Pak Al" Gumam Rendy pelan.

Ya,itu adalah raga Pak Aldebaran dengan penampilan yang berbeda. Batin Rendy keheranan.



"Cahaya Kamu dari mana saja ?" Tanya Damar 


Cahaya nampak kebingungan menjawab pertanyaan Damar, untuk pertama kalinya Cahaya nampak kaku di hadapan Damar. 


"Aku ... Aku .... Aku dari" Belum sempat Cahaya meneruskan Kata katanya Damar dengan sigap menarik tangannya untuk masuk kedalam rumah.


"Ah, Sudahlah yang penting kamu sudah pulang. Bapak pasti senang melihat kamu"Ucap Damar sembari menarik tangan Cahaya 


Rendy masih terdiam ditempatnya, Kehadirannya seolah tak di sadari oleh Damar. Entah bagaimana Rendy harus memulai segalanya, Ia benar-benar bingung dengan semua ini.


"Pak Al ...." Ucap Rendy Langsung 


Damar menghentikan langkah kakinya, dan melihat ke arah Rendy 


"Pak Al ? Maaf Pak saya Damar bukan Al dan disini tidak ada yang namanya Al"Ucap Damar yakin menatap Rendy.


Damar melihat Rendy sekilas,ia tampak heran,mungkin ia bertanya-tanya siapa dia?apakah teman Cahaya? Karena yang ia tahu selama ini dialah satu-satunya kawan Cahaya.


Menangkap kebingungan di wajah Damar,Cahaya segera berinisiatif untuk menjelaskan.


"Damar, Dia datang bersama aku. Namanya Pak Rendy,apa kamu inga?" Cahaya berusaha membuka Ingatan masa lalu Damar 


"Rendy ? Siapa Rendy ? Aku tak kenal Rendy" Jawab Damar Polos.


Rendy mencoba lebih tenang kali ini, Ia tau bahwa saat ini Dia bukan sedang berhadapan dengan seorang Aldebaran Al Fahri melainkan seorang Damar. Rendy menarik nafas panjang.


"Rendy ini Damar, Damar ini Pak Rendy, sebaiknya kalian kenalan terlebih dahulu supaya bisa lebih akrab" Ucap Cahaya lagi.


Rendy mengulurkan tangannya Dan di sambut oleh Damar mereka saling menyebutkan nama.


Rendy masih tak Percaya dengan apa yang dilihatnya, ia sangat yakin bahwa seseorang di hadapan nya adalah Pak Aldebaran. Ia bahkan tak menyangka bahwa Pak Aldebaran orang yang selama ini menjadi Panutannya ternyata Masih hidup dan Baik Baik saja walaupun Saat ini kondisinya entahlah sulit untuk di sampaikan dengan kata kata.


"Jujur saya sangat sedih melihat kondisi Pak Al saat ini, Tapi saya sangat bahagia Bapak Masih hidup dan baik baik saja. Saya harus segera mempertemukan Pak Al dengan Bu Andin, Bu Rossa, Reyna dan juga Askara. mereka pasti akan sangat Bahagia. kemudian secepatnya juga saya harus membawa Pak Al untuk Dipriksa agar mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada Pak Al" Batin Rendy dalam hati.


Suasana masih sangat canggung, Bapak yang dari dalam rumah mendengar suara orang ngobrol bergegas berjalan keluar untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi 


"Cahaya kamu sudah pulang nak?" 


"Alhamdulillah sudah pak, Bapak sehat kan ?" 


"Alhamdulillah Bapak sehat ada Damar yang menjaga Bapak menggantikan kamu selama kamu tak ada dirumah. Ini siapa Cahaya ?" Tanya Bapak lagi 


"Perkenalkan Pak saya Rendy" Rendy memperkenalkan diri dan bersalaman dengan Bapak.


"Oh Pak Rendy,Saya Sujiwo Bapaknya Cahaya. Kalau boleh tau Pak Rendy ini siapa? Kok bisa datang bersama Aya?"


"Bapak, Nanti saja ya Aya ceritanya sekarang lebih baik kita masuk dulu Aya Haus, Pak Rendy pastinya juga sangat capek" 


"Oh iya Mari Pak Rendy Silahkan Masuk, Maaf Rumahnya sederhana tidak seperti rumah di kota" Ucap Bapak merendah.


"Tidak apa apa Pak" Jawab Rendy tersenyum dan masih melihat kesekeliling rumah itu 


Damar masih nampak bingung 

"Siapa Rendy ? Kenapa Dia bisa pulang bersama Cahaya. Setau aku Cahaya tak pernah deket pada lelaki siapapun kecuali aku" Batin Damar Dalam hati.


"Silahkan Duduk Pak Rendy" 


"Terima Kasih Pak" 


Rendy dan Bapak tengah duduk di kursi rotan sedang Cahaya dan Damar masih berdiri di depan pintu 


"Damar tolong kamu buatkan minuman ya buat tamu kita, tapi sebelumnya tolong belikan kopi diwarung ujung desa sana. Kopi kita habis Bapak lupa mau beli. Ini uangnya" Bapak memberikan Selembar uang Dua Puluh Ribuan pada Damar 


"Baik Pak, Damar permisi ke warung dulu. Assalamu'alaikum" 


"Wa'alaikumsalam" Mereka semua menjawab 


"Cahaya, Sambil menunggu Damar buatkan minuman buat tamu kita coba kamu ceritakan bagaimana perjalanan kamu selama beberapa hari ini. Apa kamu sudah berhasil menemukan Keluarga Damar ? Tanya Bapak pada Cahaya 


"Baik Pak, Cahaya akan ceritakan semuanya dari awal perjalanan Cahaya" 


Bapak Mengangguk, Sedangkan Rendy terdiam mencoba mendengarkan cerita Cahaya dengan seksama. Ia pun masih penasaran Bagaimana Cahaya bisa bertemu dengannya di pondok pelita.


Cahaya mulai Bercerita 

"Awalnya Cahaya pergi ke bandara pak, untuk memastikan apakah benar 2 tahun lalu pernah terjadi kecelakaan pesawat didekat sini dan ternyata selentingan yang selama ini kita dengar dari warga itu benar pak. Damar Adalah salah satu korban dari kecelakaan itu." 


"Masya Allah ternyatat benar, dan Allah masih memberikan kesempatan pada Damar untuk hidup. Tentunya Allah punya maksud. Lanjutkan Cahaya" titah bapak.


"Cahaya mencoba mencari tau ke pesawat Elang Airlines, Apakah ada salah satu korbannya yang nama depannya berawalan Alde seperti yang ada di KTP Pada saat Bapak menemukan Damar" 


"Sebentar Cahaya maaf saya potong, waktu Bapak menemukan Pak Al ehm maksud saya Damar apa juga menemukan KTP ?" Tanya Rendy 


"Ya, Bapak menemukan Damar terombang ambing di pantai, di dalam saku celana Damar kami temukan juga KTP dan Dompet tapi sayangnya Mungkin karna lama terkena air yang kelihatan hanyalah Nama Alde sedangkan lainnya sudah lagi tak terlihat. Itu kenapa kami kesulitan menemukan Alamat Damar." 


Rendy Mengangguk paham.


"Silahkan Lanjutkan Cahaya" Ucap Rendy lagi 


"Awalnya pihak maskapai enggan memberikan data karena itu merupakan rahasia penumpang dan pihak maskapai. Tapi saya berusaha meyakinkan pihak maskapai bahwa saya hanya ingin mengembalikan barang korban yang saya temukan secara langsung. Akhirnya setelah meminta ijin dari keluarga Damar, pihak maskapai memberikan alamat Keluarga Damar alias Aldebaran." 


"Maaf saya potong lagi, Seijin Keluarga korban ? Siapa keluarga korban yang dihubungi pihak Maskapai ? Apa kamu tau Cahaya ?" Tanya Rendy 


"Ya, Dia Adalah Ibu Andin, Istri Damar" 


"Bu Andin ? Tapi kenapa Bu Andin tidak pernah cerita pada saya ya?" 


"Mungkin karna Bu Andin pikir saya hanya benar benar akan mengembalikan barang Suaminya. Disamping itu Bu Andin hanya memberikan Alamat kantor PT Aldebaran Sejahtera bukan Alamat Rumah" 


"Lalu dari mana kamu tau Alamat Rumah Bu Andin ? Apa kamu sudah bertemu dengan Bu Andin ?" 


"Sudah, Sebenarnya Saya juga sudah bertemu dengan Bu Andin di PT Aldebaran Sejahtera. Bu Andin bahkan sangat Ramah dan baik kepada Saya, Saya jadi tahu kenapa Damar Menikah dengannya karna Bu Andin adalah wanita yang menyenangkan. Saya kemudian memberikan Dompet Yang kami temukan tapi saya tidak memberitahukan tentang keberadaan Suaminya yang masih hidup" 


"Kenapa ? Kenapa Kamu tidak mengatakan yang sejujurnya pada Bu Andin bahwa Pak Al suaminya masih hidup" 


Cahaya tak menjawab tapi terlihat Ia mulai meneteskan Air Mata 


"Maafkan anak saya Pak Rendy, saya yakin Cahaya tidak bisa menjawab pertanyaan Pak Rendy karna baginya ini adalah masalah hati. Yang terpenting saat ini Cahaya sudah membawa Pak Rendy bertemu dengan Damar" Ucap Bapak menengahi 


"Saya Mengerti Pak, Maaf kan saya Cahaya" 


"Lanjutkan Ceritanya Cahaya" Pinta Bapak 


"Saya Mengikuti Bu Andin Pulang, itu kenapa saya tau alamat Rumah Bu Andin. Saya menginap semalam di masjid terdekat, pagi harinya saya diam diam mengintai aktivitas dirumah itu. Dan ... Dan .... "Suara Cahaya Terbata bata oleh isak tangisnya 


Setelah Cahaya berhasil mengkontrol dirinya, Ia mulai melanjutkan ceritanya 


"Saya bertanya kepada Ibu Warung disebrang jalan tentang Keluarga Al Fahri. Dari ibu itu saya tau banyak Siapa Itu, Ibu Rossa, Reyna, Askara bahkan Pak Rendy. Awalnya saya hanya ingin melihat bagaimana keluarga ini, tapi setelah Saya melihat Kedua Anak polos itu naluri saya terpanggil, Saya sadar bahwa tak adil bagi Anak Anak itu untuk berpisah semakin lama dari Ayah mereka. Oleh karna itu saya menghadang Mobil Pak Rendy dan menceritakan Semua nya pada Pak Rendy" 

Cahaya menyelesaikan Ceritanya 


"Jadi Anak lelaki yang selama ini sering hadir dalam mimpi Damar Adalah Anaknya ?" Tanya Bapak Memastikan 


"Iya Pak, Namanya Askara. Dia kehilangan Ayahnya sejak umur Dua Bulan. Sepertinya Antara Damar Dan Askara ada Ikatan Batin yang kuat sehingga Askara sering hadir dalam mimpi Damar" Jawab Cahaya lagi 


"Kalau Pak Rendy ini, Apa Adik atau Kakak dari Damar ?" Tanya Bapak kemudian 


"Bukan Pak, Saya adalah Asisten Pribadi Pak Al dan sejak Pak Al menghilang saya yang membantu Bu Andin mengurus Perusahaan. Ya hubungan saya dan keluarga Al fahri sudah sangat dekat Pak, bahkan Ibu Rossa sudah menganggap saya seperti Anak nya sendiri" Rendy Menjelaskan 


"Alhamdulillah Cahaya Bapak salut dan Bangga sama kamu nak, karna tak Mementingkan egomu. Ini adalah keputusan yang sangat tepat dengan mengembalikan Damar kepada Keluarganya" Ujar Bapak sembari mengenggam tangan Cahaya erat. 


Cahaya tersenyum lega setidaknya dukungan dari Bapak membuat Ia merasa jauh lebih baik Meskipun Ia tau hatinya akan terluka 


"Pak Rendy, Nanti biar aku Saja yang mulai bicara pada Damar setelah itu aku akan kasih waktu untuk Pak Rendy ngobrol berdua dengan Damar" 


"Baik Cahaya, Terima Kasih untuk semuanya" 


Tak lama berselang Damar Masuk dengan membawa sebuah nampan berisi Kopi, Teh dan sedikit Camilan seadanya, mereka pun melanjutkan obrolan dengan lebih santai