Contents
Kembali Terang
Part 1
Kembali Terang (1)
By Fayung Al Fahri
Matahari terasa sangat Terik, Debu bertebaran seiring kendaraan yang lalu lalang. Namun tak sesikitpun menyurutkan keinginan Cahaya untuk tetap berdiri ditempanya dan memperhatikan kearah rumah besar itu.
Ya, Cahaya tak pernah menyangka sebelumnya jika dia bisa berada disini. Di Pondok Pelita.
Sudah Sejak Pagi hari Cahaya ada disini memperhatikan dengan seksama seluruh Aktivitas dirumah itu
Hingga saatnya ia melihat sebuah mobil masuk kedalam halaman parkir rumah itu, lalu tampak seorang anak Perempuan turun di ikuti seseorang berpakaian suster dan seorang wanita paruh baya yang masih terlihat sangat cantik.
"Siang Bu Rossa, Neng Reyna " Sapa Seorang satpam penjaga gerbang.
Wanita paruh baya itu nampak tersenyum, sembari membalas sapaan dari satpam itu kemudian masuk menuju rumah.
"Jadi itu Adalah Ibu Rossa, Mertuanya Ibu Andin dan Anak kecil itu adalah Reyna Anak Pertama dari Ibu Andin" Gumam Cahaya Dalam hatinya
Sore Harinya
Suara gelak tawa Kedua anak itu membuat Cahaya semakin terenyuh, Dia tau bahwa di balik senyum dan tawa keluarga Al Fahri ada duka mendalam atas kehilangan seorang Anak, Seorang Suami juga Seorang Ayah. Cahaya seperti bisa merasakan kekosongan di hati maupun dalam hari hari mereka.
"Bu ? Lelaki itu Siapa ?" Tanya Cahaya kepada Ibu pemilik warung yang berada tak jauh dari gerbang itu
"Oh itu Mas Rendy, neng. Mas Rendy itu dulunya Asisten nya Pak Aldebaran. Kata Mbak kiki Mas Rendy ini sekarang yang membantu Bu Andin mengurus Perusahaan Pak Al sejak Pak Al meninggal" jawab Ibu pemilik Warung.
"Meninggal ?" Tanya Cahaya Terkejut.
"Ya,neng meninggal. sudah 2 tahun lamanya ga pernah ada kabar. dan rasanya tidak mungkin jika Pak Al masih hidup dalam kecelakaan Pesawat itu" jawab Ibu Warung lagi.
Cahaya terdiam larut dalam pikirannya, dan kembali memperhatikan 2 anak yang sedang asik bermain bersama Rendy.
"Rendy,Ya Rendy. Sebaiknya aku menemui Rendy" ucap Cahaya dalam hati
Di tempat lain
----------------------
"Damar" Panggil Seorang lelaki tua dengan langkah kakinya yang tertatih
"Bapak" Jawab Damar sedikit Terkejut
"Ada Apa ? Apa yang menganggu pikiranmu" Tanya lelaki Tua itu lagi
Damar Terdiam seolah bingung dengan pertanyaan yang diajukan oleh sang Bapak.
"Mimpi itu datang lagi ?" Tanya Bapak lagi
Damar hanya mengangguk tanpa sepatah katapun keluar dari mulutnya.
"Sabar , jika memang sudah waktunya nanti semua akan terjawab".
Damar menghela nafas, Ia Sadar bahwa memang semua hanya masalah waktu
"Pak, Cahaya kemana ? Kenapa dia Tidak Pulang?"
"Nanti kamu juga akan tau, Kita Sholat Dzuhur di Musholla ya,setelah itu kita makan. Bapak lapar" Ucap Bapak sembari menepuk pelan pundak Damar.
"Iya pak" Damar berdiri dan bersiap Mengambil Air Wudhu kemudian bersama Bapak menuju Musholla.
Pondok Pelita
---------------------
Ciiiiiiiiitttttt.....terdengar suara gesekan ban mobil dengan rem.
"Astaghfirullahaladzim! Hampir saja tertabrak, Siapa Dia ? Kenapa berani sekali menghadang mobil saya?" umpat Rendy bersiap keluar dari mobilnya.
"Maaf Anda siapa ? Kenapa menghadang Mobil saya ?" Tanya Rendy.
"Ma ... Ma .... Maaf ... Maafkan Saya ... Sa... Saya Cahaya, Ada yang mau saya bicarakan dengan Kamu. Iiii... ini penting" Jawab Cahaya terbata-bata
"Tapi saya gak mengenal kamu, coba tolong jelaskan pada saya dulu Siapa kamu" Tanya Rendy lagi
"Na... nanti kamu juga akan tau, Sa ... Saya gak niat Buruk. Saya hanya perlu bicara dengan kamu. Tapi jangan disini. "
"Bagaimana saya tau bahwa kamu memang tak berniat Jahat pada saya, Sikap dan kemunculan kamu sangat membuat saya curiga"
Cahaya tau bahwa memang tak mudah untuk meyakinkan Rendy tentang niatnya, tapi Cahaya tak gentar, Cahaya kemudian Mengeluarkan sebuah Gelang Merah bertuliskan sebuah nama disana.
Rendy Sangat mengenal Gelang itu, dengan penuh tanda tanya Rendy Kemudian mempersilahkan Cahaya untuk masuk ke mobilnya, Tak lama mobil itu berlalu pergi meninggalkan kawasan Pondok Pelita Menuju sebuah Restoran.
Ke Esokan Harinya
-----------------------------
Kriiiiinggggg, Hp Andin berdering
"Siapa ndin" Tanya Mama Rossa.
"Pak Rendy Ma" Jawab Andin sembari menaruh peralatan makannya dan bergegas menganggat panggilan dari Rendy.
Percapakan Andin dengan Rendy tidak berlangsung lama, dan tampaknya bukan sesuatu yang Serius, setelah menutup telfon Andin kembali melanjutkan makannya.
"Ma, Aku langsung berangkat ke kantor ya. Pak Rendy hari ini gak masuk kantor jadi aku harus menghandle beberapa pekerjaan sendiri" Ucap Andin pada Mama Rossa.
"Kenapa Rendy ? Sakit ?" Tanya Mama Rossa
"Enggak Ma, Rendy sedang ada acara keluarga mendadak" .
"Oowh,I see,It's oke kalo gitu kamu hati hati ya Sayang, Mama akan jaga anak anak.
Setelah berpamitan, Andin bergegas meninggalkan Rumah menuju Kantor
Sejak Al menghilang Andin memang mengambil alih semua urusan Pekerjaan Di Perusahaan Al ,tentunya dibantu Rendy dan Mama Rossa secara tidak langsung.
Seluruh hari harinya, Andin habiskan untuk mengurusi Pekerjaan dan Anak Anaknya, Ia tau Saat ini Ia menjadi penopang bagi keluarga nya. Terutama Mama Rossa, Andin harus terlihat kuat demi Mama Rossa. Kehilangan anak untuk kedua kalinya tentu menjadi pukulan berat bagi Mama Rossa. Begitupun untuk Reyna dan Askara Andin harus menjadi Ibu sekaligus Ayah bagi Anak Anaknya.
Terkadang disaat lelah melanda Andin pun menjadi Lemah, Di balik kuatnya Andin Ia Menyimpan Kesedihan mendalam kehilangan Belahan Jiwanya. Hari hari berat Ia lewati Tanpa Al, Tanpa Suami yang selalu melindunginya,Tanpa Suami yang Selalu bisa membuatnya Tersenyum.
Hidup Sendiri tanpa Pendamping memang tak mudah tapi Andin tak pernah menyerah, Justru menjadi penyemangat baginya. Andin pun membatasi dirinya dalam Pergaulan, Demi menjaga Kehormatan Dirinya juga Kehormatan Suaminya. Dan Cintanya Pada Al Akan menjadi Cinta Sejati dalam hidupnya.
"Kesetiaan Ku ini Akan menjadi jalan untuk kita disatukan lagi nanti" Begitu selalu Yang Andin tanamkan Dalam hatinya
Disuatu Tempat
------------------------
Perjalanan ini terasa sangat panjang bagi Rendy, Hatinya tak tenang, Pikirannya dipenuhi dengan berbagai pertanyaan yang mungkin sebentar lagi akan Ia Temukan Jawabannya
"Cahaya, Apa ini Masih Jauh ?" Tanya Rendy pada Cahaya
Cahaya tak menjawab tapi memalingkan wajahnya melihat kearah sekitar jalan yang mereka lewati
Rendy dan Cahaya sama sama terdiam, Cahaya pun tak tenang, Pikirannya berkecamuk, Hatinya gundah gulana. Ia tak tau apa ini memang keputusan yang terbaik yang Ia ambil, atau justru malah sebaliknya? Tapi Jauh di dalam lubuk hatinya Ia sadar bahwa semua orang akan kembali pulang, Entah untuk pulang kemana dan kepada Siapa
Cahaya memajamkan matanya, Ia kembali mengingat Wajah Polos kedua Anak itu. Terutama Anak lelaki yang bernama Askara. Rasanya Tak adil bagi Askara jika harus kehilangan Sosok Ayah, Tak adil bagi Askara jika tumbuh kembangnya tanpa kasih sayang seutuhnya dari Ayahnya.
"Bismillah,Ini adalah Keputusan terbaik" Ucap Cahaya Dalam hati Memantapkan dirinya
"Sebentar lagi kita sampai, Pak Rendy". Cayaha menjawab Pertanyaan Rendy dengan jeda waktu yang cukup lama.
Kemudian ia kembali diam,dan tanpa terasa air mata jatuh di pipi langsat nya.
Cahaya menyeka air matanya yang terjatuh, Ia berusaha kuat dan menerima takdirnya, Apapun itu.
"Dia berhak, Dia berhak Aya,Mereka berhak bahagia " Kata-kata itulah yang selalu Cahaya katakan dalam hatinya Sebagai penghibur diri "
Sepintas Rendy melihat Gadis yang duduk disampingnya saat ini tengah menahan tangisnya, Rendy tak tau apa yang sebenarnya terjadi pada Cahaya, tapi Ia yakin Cahaya adalah gadis yang baik.
"Anda baik baik saja?'' Tanya Rendy perhatian.
Dan Cahaya hanya menjawab dengan anggukan.
.
.
.
Pondok Pelita
--------------------
Seperti Biasa Andin tengah Asik bermain bersama Askara dan Reyna. Andin selalu meluangkan waktunya untuk sekedar menyenangkan anak anaknya. Ia tak mau Reyna dan Askara kekurangan kasih sayang. Sebaliknya Anak-anak dan keluarga menjadi priorotas utama dalam hidupnya.
Entah mengapa hari ini Andin merasa begitu mudah menjalani hari, Begitu bersemangat, Tanpa rasa lelah. Ia seperti dapat merasakan sesuatu yang membuatnya begitu bahagia dan bersemangat. Entah apa itu Andin tak tau l.
"Mungkin karena Aku lebih bisa menerima dan berdamai dengan keadaan dan Takdirku, Jadi hidup terasa jauh lebih mudah dan membahagiakan,terutama melihat Anak anak bisa bermain dan tertawa seperti ini, Rasanya sungguh membahagiakanm Rasa capek setelah bekerja pun sirna begitu melihat Reyna dan Askara tertawa seperti ini" Batin Andin.
Mama Rossa Yang sedari tadi memperhatikan Andin, Reyna dan Askara pun tersenyum tipis
"Al, Meskipun kebahagiaan ini kurang lengkap tanpa kamu disisi kami, tapi Mama selalu Bersyukur Kamu telah memberikan Mama menantu yang sangat baik dan penyayang, juga Cucu yang lucu dan manis seperti Reyna dan Askara. Al, Mama kangen kamu " Gumam Mama Rossa.
Ups, Tiba tiba Mama Rossa terkejut setelah terkena lemparan bola yang di lempar oleh Askara
"Sayang, Askara bolanya kena Oma nak. Ayo minta maaf sama Oma" Ujar Andin pada Askara.
Bak memgerti yang Andin katakan, Askara berjalan ke Arah Oma nya, kemudian dengan tangan kecilnya mengusap lembut kepala Mama Rossa yang sebenarnya tak sakit.
"Ommmmaa Ttaasihhh" Celoteh Askara Pada Mama Rossa
"Oohhh Sayang, Ngomong Apa cih ? Iya deh Oma Maafin, Makasih ya sayang, Sekarang kepala oma gak sakit lagi" jawab Mama Rossa pada Askara.
Mereka semua tersenyum melihat tingkah Askara yang begitu lucu dan Menggemaskan. Mereka pun melanjutkan permainan lagi.