Try new experience
with our app

INSTALL

Cerpen Fiksi Horor 1 Menit Tamat  

4. Kakek Berjanggut Panjang

Kakek Berjanggut Panjang 


Tiara Stella bekerja pada sebuah toko aksesoris di sebuah mall. Ia sedang pulang larut malam dari tempat kerjanya itu. Ia dijemput oleh adik perempuannya menggunakan sepeda motor. Saat itu, seperti biasa, mereka melintasi sebuah warung tenda yang menjajakan martabak manis dan martabak telur. Lama tidak menyantap makanan itu, membuat Adzkia Izarra menginginkannya.


“Kak, Kia lama kagak makan martabak manis sama martabak telur,” ungkap Adzkia Izarra.


“Kakak juga lama kagak makan itu,” ujar Tiara Stella juga. “Beli yuk!” seru Tia semangat.


“Uang Kia tinggal buat uang jajan di sekolah satu pekan, Kak Tia,” terang Adzkia Izarra.


“Pakai uang, Kakak. Kita beli martabak manis satu, martabak telur satu, dan kita bagi dua,” ujar Tiara Stella.


“Mau mau, Kak!” Adzkia berseru setuju.


“Tuh, belokan! Putar balik!” titah Tiara Stella.


Saat putar balik, Tiara Stella melihat ada seorang kakek bersurban putih, berjubah putih, dan berjanggut sangat panjang yang warnanya hampir putih semua. Janggutnya terlalu panjang sehingga sebagian panjangnya harus ditekuk dan menjadi seolah-olah selendang di lengan kakek itu agar tidak menyapu jalanan. Sosok kakek itu tampak sedang menuntun sebuah onthel. Entah kenapa sosok itu menyita perhatian Tiara Stella. Bisa jadi karena Tiara sedang gumun dengan janggut kakek itu yang berlebihan panjangnya. Akan tetapi, di hati kecil Tiara Stella berkata lain.


Tidak jauh jaraknya dari kakek itu mereka berhenti untuk membeli makanan ringan, tetapi berat itu. Sementara Adzkia memesan, Tiara menantikan kakek itu melintas. Akan tetapi, Kakek itu tidak kunjung melintas, bahkan tidak terlihat. Tidak mungkin berbelok karena semua perkantoran di pinggir jalan itu tutup. Selain itu, tidak ada toko dan tidak ada belokan atau gang. Kalaupun berbelok juga pasti terlihat. Kalau menyeberang juga sama. Jaraknya harusnya juga masih sejangkauan mata memandang dari kakek itu menuntun onthel.


Tia membatin, “Ke mana kakek itu?”


Saat telah selesai membeli kue, mereka bergegas pulang. Saat itu, di spion motor, Tia melihat lagi ada kakek itu di belakang sedang menuntun onthel seperti yang ia lihat sebelumnya. Kemudian, dari spion itu, kakek itu tampak tersenyum kepada Tia. Tia menoleh ke belakang. Akan tetapi, ia tidak melihat kakek itu.


“Stop stop!” pekik Tia.


“Ada apa?” tanya Adzkia yang menepi dan menghentikan motornya.


“Kamu lihat tidak, di belakang kita ada kakek janggut panjang?”


“Sama sekali tidak.”


“Ya sudah, yuk pulang!”


Saat motor kembali melaju, Tia kembali melihat kakek itu melalui spion. Tia tidak berani menengok ke belakang.


“Assalammualaikum,” ucap kakek itu. Tia dapat mendengar suara kakek itu seperti dekat dengan telinganya.


“Waalaikumsalam. Tia menjawabnya dengan lirih dan tertegun.


“Kakak menjawab salam siapa?” heran Adzkia.


Kakek itu menghilang dari penglihatan Tia di spion.


Terima kasih