Try new experience
with our app

INSTALL

Carriage Full Of Love 

Bumi Perkemahan

5 hari kemudian, Erina disibukkan dengan persiapan perkemahan yang akan diadakan esok hari. Namun bukan hanya anak PMR, melainkan anak pramuka pula. Dari pembina, dewan ambalan, dan juga seluruh murid kelas 10.


*Gudang Sekolah


"Erina, ngapain disini?" Ucap Panji kepadanya

"Oh, ini lagi bantuin anak dewan ambalan kak. Soalnya persiapan anak PMR udah selesai."

"Baik kali loh"..


Erina menanggapinya dengan tersenyum tipis sembari merapihkan tongkat pramuka.


"Oh ya, berarti besok kamu ikut kan?" 

"Iya kak"..

"Tapi udah bener-bener sembuh kan?"

"Udah, ini aja bisa bawa tongkat pramuka." Ucapnya sembari membopong tongkat tersebut keluar gudang

"Sip, kalo gitu aku semangat besok kemahnya."


Kembali Erina tersenyum tipis menanggapinya. Merekapun meninggalkan gudang dan kembali untuk membawa beberapa tongkat tersebut. Alih alih, pemindahan tongkat pramuka bisa disebut hal yang harus dilakukan setiap akan ada acara bumi perkemahan. Pasalnya, tongkat sering berkurang ataupun hilang, bahkan sering dijadikan mainan oleh murid lainnya. 


*Istirahat 12.30


Mereka rehat sejak di aula sekolah sembari menyantap snack yang disediakan sekolah. Saat tengah berbincang dengan kawan sebayanya, Erina dikejutkan oleh pembina pramuka yang menghampirinya.


"Erina, kamu Erina?" Ucapnya

"Iya pak, saya Erina."

"Yang saya dengar, mama kamu jualan gorengan ya?"

"Iya pak, betul."

"Kalo misal saya pesan 80 bungkus buat snack panitia kemah bisa ngga ya?"

"Bisa pak, bisa banget. Besok saya bawa 80 bungkus."

"Oke, jangan lupa ya"..

"Iya pak"..


Rezeki memang tidak terduga, ia tidak sabar untuk pulang memberitahukan kabar gembiranya ini kepada sang mama. 


*15.00


Karena keperluan dan persiapan anak PMR sudah selesai, mereka pun diizinkan pulang. Dan diminta untuk datang lebih awal pada esok hari. Erina yang memang sudah menantikan jam ini, segera menuju parkiran dan menggowes cepat sepedanya. Di jarak yang beberapa meter, Erina mendengar samar jika ada yang memanggilnya dari arah kebalakang. Namun karena samar, ia pun tidak mempedulikannya. 


"Erina, Erina".. Panggil Panji keras dari parkiran


Karena tidak berhasil, ia pun meninggalkan parkiran.


*Di rumah


"Assalamu'alaikum ma".. Ucap salam Erina ketika tiba di rumah

"Wa'alaikumsalam, ini kenapa bahagianya banget sih anak mama"..

"Tau ngga ma?"

"Engga, emang apa? Coba cerita sini"..


Mereka pun menuju kursi bambu yang ada di depan rumahnya.


"Kita dapet pesanan gorengan 80 bungkus dari sekolah. Katanya sih, buat snack kemah besok."

"Oh ya?" Ucapnya dengan tersenyum lebar

"Iya ma"..

"Ya udah, sekarang kamu siap-siap terus temenin mama ke pasar."

"Oke ma, siap"... 


Saat akan menuju kamar, ponsel Erina berdering. Dilihatnya dari layar, nomor tidak dikenal menghubunginya sudah beberapa kali. Karena ia berfikir mungkin ini penting, Erina pun menjawab panggilan tersebut.


"Iya, maaf ini siapa?"

"Aku Panji, Erina"..

"Oh Panji, kenapa?"

"Aku mau ralat pesanannya jadi 100 bungkus. Karena besok bakal ada tamu tambahan."

"Oke siap kak, ada lagi?"

"Engga itu aja."

"Oke".. 


Saat akan menutup sambungan telfon, terdengar keras dari speaker ponsel jika Panji memanggil namanya.


"Erina, Erina"...

"Iya kak, ada lagi?"

"Iya ada."

"Apa? Mau request isi atau gimana?"

"Bukan, tapi jangan lupa di save ya nomor aku."

"Oh, iya kak."


Setelah selesai berbincang, ia segera memberitahukan kepada sang mama jika pesanan bertambah. Semakin excited, mama pun mengajaknya ke pasar sekarang. 


*Esok Hari di Lapangan Sekolah


Pagi sebelum jam 07.00, Erina tiba di sekolah. Tangan kanan dan kirinya penuh dengan 2 kantong plastik hitam. Iya, pesanan dari pihak sekolah. Dikarenakan semua sibuk dengan keperluan ataupun tugasnya masing-masing, ia pun menenteng plastik tersebut sampai ke aula sekolah. Ternyata teman-temannya sudah bersiap menuju lapangan. Sedangkan Dewan Ambalan sudah terlebih dulu, dan anak OSIS absen untuk acara perkemahan.


Selang 30 menit kemudian, Erina dan seluruh anak PMR menuju tempat bumi perkemahan, tepatnya di lapangan belakang sekolah mereka. Mengenakan seragam pramuka dan rompi merah yang menjadi ciri khasnya. 


Sesampainya di lapangan, seluruh murid sudah gagah dengan seragam coklat yang lengkap dengan tongkatnya. Ditambah warna warni tenda yang berdiri kokoh. 30 menit kemudian, upacara pembukaan pun dimulai. Hening, hikmat, yang terdengar hanya suara lantang dari petugas upacara. Baru awal, sudah ada beberapa murid yang tumbang. Sekarang saatnya Erina, ia melakukan P3K kepada mereka. 


Hari pertama, mereka gunakan untuk pentas seni dan beberapa games mini. Semua tidak hanya berlaku untuk anggota pramuka, melainkan anak PMR dan juga Dewan Ambalan. Memang sangat menguras tenaga, namun bukan hanya itu, mereka bisa belajar perihal kebersamaan, kecepatan, ataupun konsetrasi. 


*16.00


Permainan selesai dan mereka dipersilahkan bersih-bersih ke tempat pemandian yang memang sudah disediakan. Namun karena minimnya kamar mandi, Erina dan beberapa temannya pun izin untuk mandi di salah satu rumah warga. Saat menunggu giliran, dari meja dapur ia merasa tidak asing dengan suara laki-laki yang sepertinya sedang berbincang di ruang tamu. 


Namun karena enggan menerka berlebihan, ia pun menepisnya. Dan saat itulah, tiba giliran Erina untuk bersih-bersih. Beberapa menit kemudian, ia pun selesai dan kembali ke tenda. Untuk malam harinya, acara kembali dilanjutkan dengan pentas seni. Saat tengah fokus menikmati hiburan, ia pun dikejutkan oleh kehadiran Panji.


"Hey, fokus amat liatnya. Sampe ga sadar kalo aku disini."

"Hem"..

"Gimana hari ini? Cape ga?"

"Capelah, tapi seneng."

"Kok bisa seneng, kan seharian ini belum ketemu aku."

"Cie Erina".. Ledek salah seorang temannya

"Apa sih".. Ucapnya sembari melirik 


Panji yang bangga direspon positif, hanya menanggapinya dengan tersenyum malu.


"Aku mau ke tenda, ikut ga?" Ucap Erina kepada temannya

"Ayo"..


Mereka pun menuju tenda yang berada tepat di samping panggung pentas seni.


"Er, kok lo gitu sih sama Panji? Dia keren tau, anak pramuka. Apalagi kalo lagi jadi petugas upacara, uh bikin gue pengin pingsan."

"Apaan sih lo, lebay. Ga usah berlebihan bisa ga?"

"Ga bisa, apapun yang berhubungan sama kak Panji, gue pasti lebay."

"Terserah." Ucapnya sembari masuk ke tenda.


*01.15


Seluruh anak terlelap, kecuali beberapa Dewan Ambalan. Mereka berjaga dan melakukan pengecekkan di masing-masing tenda. Tengah malam ini, Erina terbangun dikarenakan suara bising dari luar. Tampaknya, murid dari tenda nomor 10 mengalami kesurupan. 


"Hih, apasih rame amat." Ucapnya sembari mengintip dari pintu tenda


Semakin besar rasa penasaran, ia pun keluar tenda menuju kamar mandi sembari menghirup udara dini hari. Saat sedang sendiri, ia pun berniat untuk mencuci tangan di kamar mandi. Sesampainya di sana, ia benar-benar sendiri. Bilik 1-5 kosong, sekitar pun kosong. Jangankan manusia, suara kendaraan pun sunyi. 


Karena merasa sakit perut, ia pun menuju ke bilik kamar mandi nomor 2. Beberapa menit di dalam, terdengar jelas kran dari bilik 3 menyala. Seketika Erina terkejut dan merinding, namun masih tetap tenang. Dalam relung menegangkan, ia pun berniat keluar dari sana.


Sesampainya di depan pintu bilik 2, ia kembali dikejutkan oleh terbukanya pintu dari bilik 3. Dimana sebelumnya kamar mandi tersebut kosong. Kalaupun sudah terisi, pasti akan terdengar langkah kaki. Perlahan Erina membuka pintu tersebut dan perlahan pula terlihat seseorang berpakaian putih. Bersamaan dengan pintu yang terbuka, sosok tersebut berbalik badan. 


"Setan"... Teriak Erina


Seseorang tersebut spontan menariknya sembari membungkam mulut Erina menggunakan tangannya. 


"Ini gue Aksa." 


Ia yang masih tidak percaya, memberikan isyarat dengan menaikkan salah satu alisnya. 


"Gue Aksa, diem."


Erina mengangguk pertanda paham, setelah itu ia melepaskan bungkamannya. 


"Lo ngapain di sini?"

"Ntar gue jelasin, sekarang bantuin gue hapus ini tinta."

"Tinta?"

"Iya cepetan, ga usah banyak tanya."


Segera Erina membasuh pelan wajahnya. Basuhan pertama mendarat di pipi, dan mata Aksa terbuka. Di depannya sekarang, berdiri anak PMR yang paling hebat menurutnya. Begitupun Erina, sekarang ia menyentuh wajah anak OSIS yang menurutnya paling sok dan juga nyebelin. 


Beberapa menit kemudian, wajahnya kembali bersih. Dan Erina izin pamit untuk kembali ke tenda. Tanpa basa basi lebih, Aksa pun mengiyakan.