Contents
Carriage Full Of Love
Seluruh Organisasi Berkumpul
Keesokkan harinya, Erina berangkat sekolah seperti hari sebelumnya. Sepeda warna biru dan ransel ala Korea, menjadi teman setianya. Kakinya pun sudah sembuh dari jatuh kemarin.
*Di halaman rumah
"Erina berangkat ya ma"...
"Iya sayang, hati-hati. Jangan lupa pesanan mama ditaro di tempat biasa."
"Siap bos."
"Oh iya sayang, maaf ya hari ini kamu ga bawa uang saku lagi. Uangnya abis buat bayar pinjaman kemarin. Tapi nanti kamu bisa ambil uang dari gorengan kemarin." Ucapnya sembari senyum
"Iya, ma"..
Erina seorang anak penjual gorengan. Setiap pagi, ia harus menitipkan dagangan tersebut ke warung depan. Selain dikenal pemalu, ia juga dikenal sebagai anak yang tidak segan membantu mamanya berdagang. Sedangkan sang papa sudah berpulang sewaktu ia masuk SMA. Dan ia adalah anak tunggal, jadi apapun yang berkaitan dengan keluarga, Erina selalu terdepan.
*Di warung
"Permisi bu"..
"Eh neng Erin"..
"Iya bu, ini gorengannya 30 buah ya bu"..
"Iya neng".. Ucap si ibu warung sembari merapihkan dagangannya.
( hening )
"Kenapa masih di sini?"
"Maaf bu, saya mau ambil uang gorengan yang kemarin." Ucapnya pelan
"Uangnya buat bayar utang beras kemarin. Dan itu juga masih kurang." Jawab si ibu lantang sembari meninggalkan Erina
"Berarti hari ini ga bawa uang saku lagi dong." Gumannya pelan sembari mengayuh sepeda
*Di sekolah
Beberapa menit kemudian, Erina tiba di sekolah. Sesampainya di sana, ia tidak langsung menuju ruang kelas. Dan malah menuju kursi taman yang memang dekat dari tempatnya sekarang. Jarak antara parkiran dan ruang kelasnya cukup jauh, namun ia tidak bergegas untuk masuk. Dirasa sudah cukup, ia pun berniat menuju kelas. Berjalan pelan, dan sedikit malamun. Sampai akhirnya..
(Gubrak)..
Saat tengah berbelok, ia malah menabrak seseorang.
"Maaf".. Ucapnya sembari memandang orang tersebut
Tanpa jawaban, dia hanya mengangguk, pertanda iya. Dan kemudian berlalu meninggalkannya, begitupun Erina.
Sesampainya di kelas, ia bersikap seperti biasa. Namun terdengar tipis gunjingan perihal kejadian tempo hari. Iya, perihal Erina yang ditegur PMR senior 2 kali. Mendengar hal tersebut, ia hanya bisa menghembuskan nafas kasar tanpa bisa berbuat lebih.
*Jam Istirahat 12.00
Bel istirahat berdering, satu per satu murid keluar ruang kelas. Namun tidak dengan Erina, ia keluar hanya untuk ke toilet, bukan kantin. Yang ia punya saat ini hanya bekal nasi buatan sang ibu, dengan lauk beberapa gorengan, tanpa sayur sedikitpun. Saat membuka bekal tersebut, ia kembali menghembuskan nafas kasar, dan perlahan menyuap nasi.
Di ruang kelas hanya tinggal 3 murid, termasuk dirinya. Entah apa yang ia fikirkan, dan entah disuapan keberapa, Erina tertunduk menghentikan suapan lalu kembali menyuap makanannya. Beberapa kali ia melakukan hal tersebut, sampai akhirnya tersadar dan segera menghapus air matanya.
Bekal hari ini ia sisakan untuk makan setelah pulang sekolah. Pasalnya, ia harus kembali latihan PMR dengan regu, pelatih, dan waktu yang sama pula.
*Sepulang Sekolah 14.00
Satu jam sebelum mulai pelatihan, ia pergunakan untuk ibadah dan rehat. Sampai jam 15.00, ia diarahkan untuk menuju lapangan. Kali ini tidak seperti waktu lalu, yang mengharuskan berlari. Sesampainya di sana, dari gerbang terlihat banyak murid tengah berbaris dengan mengenakan seragam pramuka, kecuali anak PMR yang mengenakan seragam olahraga.
Kedatangannya disambut hangat, dan langsung dipersilahkan menuju barisan. Tidak lama kemudian, hadir seseorang laki-laki dewasa mengenakan seragam pramuka, tampaknya ia adalah seorang pembina.
"Selamat sore semuanya."
Dengan serentak, mereka menjawab "sore."
Cuaca yang kurang mendukung dan waktu pelatihan PMR yang terbatas pula, si pembina langsung to the point. Usut punya usut, ia menjelaskan bahwa minggu depan akan ada donor darah di sekolahnya. Jadi, ia meminta untuk anak OSIS mendata nama anak yang dirasa akan berpartisipasi. Dan anak pramuka diminta untuk menjaga situasi kondisi, sedangkan anak PMR diminta untuk membantu para tenaga medis ataupun mempersiapkan alat.
Mereka yang mendengar pernyataannya, excited dengan hal tersebut. Begitupun Erina, ia merasa power full kali ini. Ia bertekad untuk tidak bermalas-malasan, walaupun sekarang hanya PMR, namun siapa sangka di kemudian hari ilmu tersebut bermanfaat. Terlebih, ia berkeinginan menjadi anggota tenaga medis.
Sampai beberapa menit kemudian, upacara dibubarkan dan anak OSIS ataupun pramuka, dipersilahkan pulang. Namun tidak dengan anak PMR, mereka harus dan wajib mengikuti pelatihan.
"Anak PMR langsung ke aula." Ucap sang pelatih
Erina dan beberapa murid lainnya, segera menuju kesana. Sesampainya di aula, mereka langsung melakukan briefing ringan dan kemudian memulai yang sama seperti hari kemarin. Selama pelatihan, Erina merasa bangga dan bersemangat. Sampai ia disapa lembut oleh pelatihnya.
"Tumben hari ini beda dari kemarin? Lagi jatuh cinta ya?" Ledeknya kepada Erina
"Engga kak. Ini kan mau ada donor darah, jadi harus semangat dong." Ucapnya sembari senyum
"Oh, berarti semangatnya kalo cuma ada donor darah?"
"Iya engga".. Jawabnya kembali sembari tersenyum tipis
"Iya deh iya"..
Obrolan mereka dihentikan oleh pernyataan salah satu murid yang mengingatkan jika jam pelatihan sudah berakhir. Dan saat itu pula, obrolan mereka terhenti dan memutuskan untuk pulang.
Erina langsung menuju parkiran, di sana masih ada beberapa kendaraan dan juga sepeda. Saat akan mulai mengayuh, ia merasa jika sepedanya tertahan. Seketika pandangannya mengarah ke belakang, dan..
"Maaf, ada apa ya?" Ucapnya ke orang tersebut
"Nih, tadi aku ga sengaja liat di parkiran pas kita ketemu." Ucapnya sembari memberikan jam tersebut
"Masa sih?" Ucap Erina sembari mengecek samping kanan ransel
"Oh iya, makasih ya".. Sambungnya sembari menerima jam tersebut
"Iya sama-sama. Udah selesai latihannya?" Tanya si anak OSIS
"Iya udah. Oh iya, berarti kamu nunggu".. Ucap Erina sembari menuju kearah dirinya dan si laki-laki
"Iya"..
"Serius? 2 jam loh!" Ucapnya tercengang
"Iya gapapa, nunggu di kantin ini. Jadi ga masalah, apalagi ada hospot sekolah, jadi betah."
Erina menanggapinya dengan tersenyum tipis sembari meminta maaf dan berterima kasih. Percakapan mereka berakhir setelah satpam sekolah menegurnya.