Try new experience
with our app

INSTALL

Carriage Full Of Love 

Prolog

"Jangan lupa, nanti latihan." Ucap salah seorang pelatih PMR dari daun pintu

"Iya pak".. Jawab lesu beberapa murid dari kelas 11 B


Ayanda terdiam dan memandang sayu si pelatih.


"Latihan latihan latihan, kapan liburnya sih. Dari kemarin perasaan latihan mulu." Batinnya 


Prolog


Perkenalkan, nama gue Setyaningsih Erina. Temen-temen sih biasanya manggil Erina ataupun Ningsih. Banyak yang nanya, nama lo ga kebalik? Kok yang pendek di belakang sih, kenapa ga di depan? Dan masih banyak lagi pertanyaan ga penting seputar nama. Menurut gue ini ya, emak gue ngasih nama ini biar kalo ada presentasi, majunya ga duluan. Haha, iya. Tapi gue juga ga tau sih, ini aja ngarang. Tapi apapun nama dan alasannya, gue bangga dengan nama gue yang sekarang, Erina Setyaningsih. Setyaningsih Erina maksudnya..


Sekarang gue kelas 2 SMA di salah satu sekolah swasta di Jakarta. Di kelas yang udah lumayan banyak tugas, emak gue tetep kekeh nyuruh gue buat ikut organisasi PMR, iya Palang Merah Remaja. Awalnya gue nolak, berontak, tapi namanya emak yakan. Jurus seribu cara buat mewujudkan apa yang udah di pengin. Alih-alih nih ya, emak ngacam gini biar gue ikut itu organisasi. "Nanti kalo ga mau ikut tu eskul, emak coret nama lo dari kartu keluarga." Lah, gue yang masih bocah beneran takut dong sama ancaman emak. Ya, walaupun gue tau kalo itu boong. 


Akhirnya, dengan terpaksa gue masuk organisasi PMR. Dan sekarang udah berjalan 3 bulan. Dan selama 3 bulan juga, gue udah sering pulang sekolah sore. Hari ini, ada jadwal latihan untuk kegiatan pramuka yang akan diselenggarakan minggu depan. Anak PMR yang seluruh anggotanya adalah kelas 11 dan dari berbagai jurusan pun ikut sibuk mempersiapkan. Kami dilatih oleh beberapa PMR senior kakak kelas, dan petugas khusus yang dikerahkan dari luar sekolah. 


*15.00 (pritt pritt pritt)


Suara peluit terdengar keras dari arah lapangan. 


"Woy, ayo." Ucap salah seorang rekan kelas Erina

"Iya".. 


Ia berlari kecil menuju lapangan, dan dengan pandangan yang menghiraukan si pelatih. 


(pritttt) Peluit kembali ditiup dengan keras dan tepat di sampingnya. Erina yang terkejut, segera melirik ke arah suara tersebut.


"Apa, kenapa?" Seru seorang laki-laki yang tampaknya adalah anggota PMR senior


Tanpa menjawab, ia hanya menggelengkan kepala dan langsung menuju lapangan. Saat akan masuk ke salah satu barisan, terdengar suara lantang yang membuat langkahnya terhenti.


"Suruh siapa baris?" Ucap Dewan Ambalan yang memang ikut melatih mereka


Erina hanya terdiam, ia tidak tau jawaban apa yang harus dilontarkan. 


"Sini!" Ucapnya 


Ia segera ke depan menuju arah senior.


"Nama kamu siapa?" Tanyanya pelan

"Erina kak."

"Erina, kamu tau ini jam berapa?"

"Tau kak."

"Kamu juga tau kan, harus udah di lapangan jam berapa."

"Iya tau juga kak".

"Kalo udah tau, kenapa telat."

"Maaf kak"..


Teguran tersebut membuat semuanya tidak berkutik, diam dan hening.


"Ya udah, balik. Ingat, jangan diulang."

"Iya kak"..


Erina segera menuju barisan dengan wajah tertunduk.


*15 menit kemudian


Seluruh tim sudah bersiap melakukan latihan. Dengan dibagi menjadi 4 regu, yang masing-masing terdiri dari 4 orang. Hari ini latihan terfokus pada tandu dan P3K, dari tindakan hingga obat-obatan. Regu pertama, kedua, dan ketiga sudah melakukan latihan dengan baik. Sekarang giliran regu 4, yakni Erina dan ke tiga temannya. Latihan yang dilakukan dengan sedikit terpaksa, hasilnya pun tidak memuaskan. 


Performa regu 4 menurun dibandingkan minggu lalu. Hal ini dikarenakan, Erina yang gagal fokus. Kakinya tergelincir saat menaiki anak tangga dengan laju yang seakan tidak kondusif. Lagi dan lagi, ia ditegur oleh senior untuk yang kedua kali.


( Seluruh anak menolong mereka dan membawanya ke UKS )


Setelah diberikan P3K, salah seorang senior kembali menegurnya. 


"Dua kali. Kenapa? Udah malas latihan? Atau mau keluar?" Ucapnya sedikit tegas

"Maaf kak"..


Erina menjawab tanpa memandang wajahnya. Ia yang kesal, langsung meninggalkan Erina di sana. Beberapa detik kemudian, muncul dari balik tirai seorang laki-laki berseragam OSIS. 


"Harus kuat mental."


Ia yang terkejut, segera mengalihkan pandangan ke sumber suara.


"Lo siapa?" Tanyanya sembari mengerutkan dahi

"Gue Aksa, anak OSIS."

"Di situ dari kapan?"

"Dari tadi"..

"Berarti lo denger semuanya?"

"Iya, makannya gue bilang harus kuat mental. Anak organisasi, harus kuat. Ga boleh lemah." Ucapnya sembari menatap Erina


( hening )


"Ya udah, gue duluan. Semoga cepet sembuh." Ucapnya sembari beranjak dari ruang UKS dengan membawa tas yang digendong di sisi kanan dan tangan yang ia sembunyikan dibalik saku celana.