Try new experience
with our app

INSTALL

Ikatan Cinta FF 

IC FF 1. Hasutan Elsa

Ikatan Cinta Fan Fiction


Elsa hatinya entah kenapa selalu saja iri dengki hingga menghasilkan hasad hasut. Ia lagi-lagi memiliki ide untuk berbuat jahat kepada Andin. Ia melintas di depan sekolahan Reyna. Saat yang ia harapkan datang. Ia melihat ada teman-teman Reyna yang sedang bermain. Ia memeriksa sekitarnya. Ia tidak nampak ada Reyna, tidak nampak teman-teman Reyna itu ada yang mendampingi atau mengawasi. Elsa tersenyum dan lekas menghampiri anak-anak itu.


“Hai, kalian mau jajan ice cream tidak?” tawar Elsa.


Mereka saling pandang lalu sama-sama mengangguk lalu bersahutan berseru, “Mau mau!”


“Ikut, gue, yuk!” Elsa mengajak mereka. Dengan senang hati mereka ikut Elsa.


Elsa membawa mereka ke warung kecil yang ada ice creamnya. Elsa membelikan mereka ice cream dan jajanan yang lain. Mereka senang sekali. Di saat itu, Elsa segera menjalankan rencananya.


“Eh, kalian kenal Reyna?”


“Kenal kenal!”


“Dia itu kalian tahu tidak kalau anak tidak jelas? Papanya itu ada dua. Coba tanyakan! Papanya yang mana, yang namanya Nino atau yang namanya Al?”


“Begitu ya, Tante?” tanya salah satu dari mereka. Elsa mengangguk menunjukkan wajah serius.


~~~


Setelah mereka kembali ke sekolah dan bertemu dengan Reyna, mereka saling berbisik-bisik. Reyna melihat mereka bersikap aneh kepadanya. Reyna heran penuh tanya di dalam benaknya, kenapa dan ada apa. Reyna kepikiran, tetapi tidak cerita kepada siapa pun.


~~~


Hari terus-menerus demikian. Kemudian, pada akhirnya, teman-teman Reyna itu membuly Reyna. Tanpa bertanya mereka langsung menjudge Reyna anak tidak jelas. Reyna sedih karena bulyan itu dan karena sekarang ia tidak punya teman. Akan tetapi, ia tidak cerita kepada siapa pun.


~~~


Andin bisa melihat perubahan sikap itu. Ia berpikir karena kesalahannya. Ia tidak tahu, bingung harus bagaimana lagi agar hubungannya dengan Reyna baik-baik saja.


~~~


Reyna tidak betah di rumah, tidak betah di sekolah, tidak betah pokoknya di lingkungannya selama ini. Ia diam-diam pergi membawa tas ranselnya dengan berbagai isi di dalamnya juga sedikit uang saku.


Di perjalanannya itu, ia bertemu dengan gadis sepantarannya yang mengamen di jalan. Gadis itu nampak riang. Sementara itu, Reyna berwajah murung. Reyna iri melihat dia begitu gembira bernyanyi. Gadis itu mondar-mandir mengamen. Sementara itu, Reyna duduk di tepi trotoar sedih kesepian. Gadis itu melihat keberadaan Reyna dan melihat wajah murungnya. Gadis itu menghampiri Reyna.


“Kamu lapar?” tanya gadis kecil itu yang menduga Reyna sedih karena belum makan. Reyna hanya menoleh, tidak menjawabnya. “Aku juga belum makan, aku masih mengumpulkan uang buat beli makan,” ujar gadis kecil itu.


“Aku tidak lapar,” jawab Reyna.


“Lalu kenapa?” tanya gadis kecil itu.


“Aku tidak punya teman,” ungkap Reyna jujur.


“Kalau begitu, aku adalah teman kamu. Aku Miranti.” Gadis kecil itu mengulurkan tangan kanannya.


Reyna berbinar dan lekas meraih tangan Miranti. “Aku Reyna!” serunya antusias hingga berdiri dari duduknya. “Kamu belum makan ya?” tanyanya kemudian. Gadis kecil itu mengangguk. Reyna mengeluarkan banyak makanan dari dalam tasnya dan menunjukkan kotak bekal kecil. “Ada yang kamu suka tidak? Kamu boleh memakan yang kamu suka, tapi jangan semua, sisakan untukku karena aku tidak tinggal di rumah.”


Anak itu melihat cokelat begitu lezat, tetapi ia memilih kotak bekal karena itu yang ia butuhkan. “Boleh yang ini?”


“Boleh,” jawab Reyna. Anak itu berbinar dan lekas duduk di tepi trotoar untuk memakannya. Reyna tersenyum ikut senang lalu kembali duduk di tepi trotoar berdampingan dengan Miranti.


“Baru ini aku makan makanan enak!” seru Miranti yang makan dengan sangat lahap.


Reyna tersenyum lalu mengeluarkan susu cokelat kotak dan memberikan pada Miranti. “Ini minumnya.”


“Wah!” seru Miranti girang.


Selesai makan Miranti berkata, “Terima kasih. Aku mau mengamen lagi untuk ibuku agar ibuku makan.


“Boleh aku ikut mengamen? Aku tidak akan ambil uangnya hanya mau ikut bernyanyi saja,” ujar Reyna.


“Boleh. Nanti uangnya kita bagi dua saja,” ujar Miranti.


“Tidak, jangan, aku hanya ingin bernyanyi saja,” ujar Reyna.


“Iya, terserah kamu,” kata Miranti. “Ayo!” ajaknya. Miranti dan Reyna mengamen dengan gembira.


~~~


Andin dan seluruh keluarga kelabakan. Mereka bingung mencari-cari Reyna. Shock berat dan menyalahkan diri sendiri masing-masing. Kemudian, Andin menguatkan diri. Kalau dirinya terpuruk bagaimana dengan Reyna yang entah ada di mana dan bagaimana keadaannya. Ia yakin ikatan cinta ibu dan anak lebih kuat dari sepasang kekasih. Oleh sebab itu, ia berdoa di mana pun Reyna berada semoga baik-baik saja dan ia berdoa untuk diberi petunjuk menemukan Reyna. Setelah itu, ia berusaha mencari Reyna tanpa mengenal putus asa meskipun sesungguhnya hatinya rapuh.


~~~


Sementara itu, Elsa yang mendengar kabar itu diam-diam tersenyum puas. Ia sungguh tidak menyangka akan sampai seperti ini akibatnya. Padahal ia hanya berharap Reyna diejek. Nino melihat senyumannya dan menduga ada hubungannya dengan Elsa. Elsa menantang Nino untuk memeriksa. Akan tetapi, tidak ditemukan jejak atau hal mencurigakan apa pun pada diri Elsa. Iya memang Elsa tidak melakukan apa pun pada Reyna.


~~~


Pembantu membuka tempat penyimpanan persediaan makanan ringan. Ia melihat rasanya banyak snack yang hilang.


“Wafer-wafer, biskuit-biskuit, roti-roti, cokelat-cokelat, permen-permen, ciki-ciki, pada ke mana semua? Aneh bin ajaib! Siapa yang maling? Wah apa mungkin kang kebon apa kang Satpam apa kang siapa nih? Tikus gak mungkin.”


Ia memeriksa karton minuman 


“Buset dah, susu cokelat juga berkurang!”


Ia periksa dapur. Ia periksa kulkas.


“Perasaan masakan kemarin masih ada sisa? Ingat kok, bener harusnya masih ada sisa sedikit! Apa ada yang membuang? Apa ke mana ya? Kalau tidak basi tidak mungkin dibuang, sayang masih bisa diberikan ke yang lapar. Maling apa tikus? Pasti maling nih! Maling ya sama aja, sama dengan tikus! Tikus raksasa!”


“Bagaimana bilangnya ke nyonya kalau persediaan pada berkurang banyak begini? Ah, kalau kagak tanya tidak perlu cerita. Pasti ulah kang kang kang nih! Harus ditanya nih mereka sampai ngaku! Kalau tidak ketahuan pelakunya, bisa-bisa yang kena tuduh ....” Ia bergegas pergi untuk menginterogasi para rekan kerjanya.


Akan tetapi, ia interogasi sama sekali tidak ada yang mengaku. Wajah mereka juga tidak tampak ada yang berbohong. Ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal bingung memikirkan ke mana hilangnya makanan-makanan itu.


“Apa mungkin ada hubungannya dengan hilangnya ...? Buat bekal? Kalau buat bekal berarti kabur bukan hilang diculik dong!” Mendapatkan pemikiran itu, ia lekas memeriksa tempat penyimpanan kotak bekal. Ia mengingat-ingat kotak bekal yang mana yang tidak ada. Ia merasa memang ada yang kurang meskipun tidak ingat yang mana kotak bekal yang tidak ada.


Setelah berpikir, ia mantap dengan pemikirannya. “Aku harus memberitahukan ke semua keluarga kalau kabur bukan diculik!”


Ia segera menghubungi semua keluarga yang sedang mencari Reyna. Ia memberitahukan mengenai hilangnya semua makanan-makanan itu.


“Kemungkinan buat bekal. Kalau buat bekal berarti kabur,” ucapnya di sambungan komunikasi melalui ponsel pintarnya setiap menghubungi keluarga Reyna.


~~~


“Semoga benar demikian. Jadi, Reyna tidak kelaparan,” batin Andin setelah menerima informasi itu.




Bersambung

Terima kasih