Try new experience
with our app

INSTALL

Sapa Terakhir 

Langit membiru

  Beberapa tahun yang lalu mereka duduk disebuah taman yang sepi karena memang itu sudah lebih dari tengah malam. Rintik minta bertemu dengan Biru didepan taman rumahnya. Disana, waktu itu, Rintik menangis, tangisnya pecah, Biru duduk dihadapannya hanya diam sambil menatap Rintik lekat.

“maaf aku gak bisa bohongin perasaan aku lagi, aku udah jatuh cinta sama kamu, aku gak suka liat kamu ketawa tapi bukan karena aku” ucap Rintik sambil menyeka air matanya.

“kamu gimana? Aku malu-maluin yah ngomong ini duluan, tapi mau gimana, aku gak mau nyesel, aku mau kamu, aku malu, kamu jangan diem aja, jangan bikin aku bingung”. Ucap Rintik dengan susah. Biru hanya diam.

Rintik menatap Biru dengan sedih, dia sadar akan kenyataan kalau dari awal Biru memang hanya menganggap Rintik sebagai teman.

“aku ngerti sekarang.. diem kamu adalah jawaban dari penolakan. Tapi kenapa kamu baik sama aku, kenapa kamu perhatian sama aku, kenapa kamu selalu ada kalau aku sedih, kenapa kamu selalu bikin aku ketawa, kenapa kamu buat aku cinta sama kamu, kenapa?” tangis Rintik dan kecewanya tak bisa dibendung lagi.

“Biru…” Rintik terus memohon padanya. “bilang sama aku kalau aku salah paham mengartikan diamnya kamu.. biruu..”, Biru kini menyeka air mata Rintik, “kamu akan ketemu sama orang yang lebih mencintai dan bisa membahagiakan kamu lebih dari aku” ujar Biru

“kenapa kamu harus ngomong manis kayak gitu, padahal kamu bisa ngomong aku gak cinta sama kamu Rintik, itukan lebih gampang. Aku gak akan mikir kamu nolak aku demi kebaikan aku..”. Biru mau menjawab omongan Rintik, tapi ditahan oleh Rintik “Aku ngerti, kamu gak perlu ngomong lagi”

Biru kembali diam, pun dengan Rintik. Mereka duduk menatap langit yang membiru.

“berpisah dengan cara ini, kamu tau, aku akan mengingat kamu dengan memori yang buruk”

“terserah kamu, itu adalah memorimu, aku gak bisa berbuat apa-apa dan satu lagi membuat kamu jatuh cinta bukan pekerjaanku, hatimu yang memilih untuk itu, bagaimana bisa kamu menyalahkan orang lain atas perasaanmu sendiri” setelah berucap itu, Biru beranjak dari duduknya dan pergi dari situ.

  Air mata kembali jatuh dari mata Rintik, disekitarnya sudah banyak orang yang mengawali hari karena langit membiru, sedang bagi Rintik saat itu hatinyalah yang membiru.