Contents
Impian dan Kenyataan
satu
Sudah hampir 2 bulan sejak aku putus dengan Katrin. Rasanya ini terlalu berat bagiku. Bisa dibilang kami putus karena kesibukan dan mama yang terlalu ikut campur dalam urusan pernikahan kami. Kemarin aku sempat melihat Katrin bersama pak Ammar dan asistennya. di sebuah kafe.
"Sudahlah ren, jangan berpikir aneh-aneh. Katrin sekarang bukan calon istri kamu!" kumulai mengutuk diri
Bisa-bisanya aku berpikir yang tidak-tidak seperti itu. Dulu aku pernah cemburu dengan pak Nino sekarang pak Ammar. Ya ampun apa cinta memang sebuta itu? Padahal dulu pak Nino sempat buta dan sangat butuh bantuan Katrin. Sementara untuk saat ini pak Ammar terlihat bersama Katrin karena sedang berusaha mengurus pembebasan bu Elsa dan hak pengasuhan Reyna..
Jujur aku merasa rendah diri jika dibandingkan dengan pak Ammar. Sudahlah Rendy hentikan sikap inferiormu! Mungkin pak Ammar lebih unggul darimu karena dia pengacara handal, tampan dan kaya. Tapi ingat Katrin hanya mencintaimu! Bisa gila aku jika terus-terusan melihat kedekatan pak Ammar dan Katrin. Spontan aku mengambil tablet di laci meja kerja dan menulis agenda kegiatan selama seminggu ini.
Hari ini aku bertemu Katrin di kafe tempat kami biasa pacaran dulu. Aku bilang padanya bahwa sudah reservasi meja. Kumulai mempersiapkan diri untuk mencari topik obrolan dengan Katrin.
"Kat kamu mau makan apa?" tanyaku
"Samain aja dengan punya mas Rendy aja deh." balas Katrin
"Mas kamu tau kan? Kalo pak Nino .... minta hak asuh Reyna!"
"Aduh jadi cerita ke mas Rendy! Abis aku bingung, mau cerita sama kak Angga. Takut dia marah!" Katrin merasa keceplosan.
"Tanpa kamu bilang, saya sudah tau kok! Saya tau kat, kamu hanya ingin mengedapankan profesionalitas. Apalagi kamu bilang di chat bahwa pak Ammar tiba-tiba datang ke kantor pak Nino. Padahal kamu sempat kesulitan mempertemukan pak Ammar dan pak Nino.. Ini sekarang bukan ranah kita. Biarkan ini menjadi urusan keluarga dan pengacara mereka. Saya yakin hakim di pengadilan akan memberikan keputusan yang adil bagi kedua belah pihak." terangku dengan nada bicara menguatkan hati sambil memegang tangan Katrin yang sedang galau.
"Oya, saya ada kejutan buat kamu,"
MC kemudian naik ke atas panggung sembari menginformasikan bahwa Nuca dan Mahalini sebentar lagi akan berduet.
"Pantes kamu bawa aku kesini. Makasih ya mas."
Aku memang sengaja membawa Katrin karena mendapat informasi bahwa duet favorit kami akan bernyanyi di kafe ini. Setidaknya wajah Katrin lebih rileks dibanding tadi. Aku tidak tahu hubungan macam apa yang sedang kami jalani sekarang. Namun satu hal yang kutahu,aku tidak akan melepas Katrin. Aku yakin dia masih mencintaiku, aku hanya perlu berjuang di hadapan Mama. Aku tahu semua butuh proses. Dan ini adalah langkah awalku untuk memperjuangkan Katrin