Try new experience
with our app

INSTALL

Teman Pakai Rasa 

Segitiga Rasa

8 tahun lalu..

Vano duduk di taman sekolah, Vano udah bawa bunga yang nggak di buket, karena Vano memang ngumpulin bunga itu sendirian, nyolong sana sini. 

  Saat itu, Vano lagi peragain gaya seolah mau nembak Riri. Beberapa saat kemudian, Fey datang dengan ceria dan duduk disamping Vano, ternyata sebelumnya Vano memang memanggil Fey. 

  “Kalau gue bilang, gue suka sama lo dari umur gue 7 tahun. Apa gue akan merusak persahabatan kita? Lo bisa terima gue nggak sebagai pacar lo walaupun kita sahabatan udah puluhan tahun?”. Vano menatap dalam Fey sambil menyerahkan bunga ke Fey. Fey terkesiap. Vano menunggu-nunggu, melihat ekspresi wajah Fey yang terdiam. 

  Tanpa Fey dan Vano sadari, Riri dari sisi lain bersama Jojo baru saja balik dari perpustakaan dan melihat situasi itu. Deg! Riri yang terkejut menghentikan langkahnya, dari jarak pandang Riri dan Jojo, keduanya tak bisa mendengar apa yang Vano bicarakan dengan Fey. 

  “Kok lo diem aja, nggak asik ya cara ngomong gue? Menurut lo, Riri bakal jijik ya, atau malah langsung nampar gue, atau diem heran kaya lo tadi?”. Vano langsung memecah keheningan dan kebingungan Fey sebelumnya. 

“Riri?? Jadi tadi lo mau ngomong kaya gitu ke Riri?”. Fey langsung berusaha menutupi wajah kagetnya, padahal sebelumnya ia berharap kata cinta itu untuknya.

  Vano memang memperlakukan Fey sangat baik, Vano bukan tipe cowok pemberi PHP. Vano selalu menjaga Fey layaknya adiknya karena Vano memang sejak dulu ingin miliki adik perempuan tapi Risa, ibunya sudah di angkat rahimnya karena penyakit usai melahirkan Vano. Jadilah Vano anak satu-satunya yang sangat dimanja oleh Risa. Vano menaruh perhatian lebih pada Fey karena bersimpati dengan kehidupan Fey. Fey sejak kecil ditelantarkan keluarganya dan tinggal bersama bibinya, yang merupakan sahabat keluarga Vano, Jojo dan juga Riri. 

  “Gue rasa, Riri nggak akan suka deh kalau sahabatnya punya rasa cinta buat dia. Kan Riri anggep lo sahabat baiknya, nggak lebih”. Tutur Fey dengan ragu. Vano terdiam, ternyata kata-kata ini justru selalu terngiang di telinga Vano dan membuat Vano selalu gugup setiap ia hendak menyatakan cintanya pada Riri dan berujung ke melakukan kesalahan atau menyakiti perasaan Riri. 

 

***

 

Fey dan Riri sibuk mengerjakan tugas sekolah di kamar Riri. Fey dengan iseng bertanya ke Riri soal pacar.

“Lo ga mau pacaran aja sama Nando? Walaupun junior tapi kan dia imut, kece dan berbakat. Emang lo ga suka sama Nando?”

Riri menggeleng dengan cepat. “Ih, ya enggaklah, males banget sih pacaran sama adek kelas”

  Keduanya tertawa, lalu Fey langsung alihkan topik ke Vano. “Oh nggak suka Nando, kalau Vano? Suka nggak? Kan Vano selalu care sama lo walau suka usil nggak jelas gitu? Gue liat kayanya Vano suka sama lo?”

  Deg! Suasana mendadak hening. Riri salting, karena ia memang miliki rasa pada Vano namun ia telah menyaksikan Vano nyatakan cinta pada Fey, padahal itu semua adalah kesalahpahaman saja. 

  Lalu setelah hening beberapa saat. “Hahaha, Vano? Si cowok usil, ngeselin itu? Nggak lah, bukan tipe gue banget! Norak tau dia tu. Ga suka lah gue. Gue tuh suka cowok romantis, dewasa nggak childish kaya Vano”. Riri tersenyum, tersenyum dan tertawa menutupi rasa sukanya pada Vano. Riri terus berusaha meyakinkan Fey tentang pandangannya pada ke Vano, namun sayang Fey menyadari kepalsuan Riri. 

  Riri bukanlah sosok yang pintar berbohong, mungkin Vano tertipu karena kebodohan dan kemampuan mencerna otaknya kurang! Ups, tapi Fey sebagai sesama wanita dan sahabat begitu lama dengan Riri, ia paham betul kalau Riri tengah berusaha menutupi perasaannya terhadap Fey. 

  “Trus kalo lo? Lo suka sama Vano? Gue lihat dia baik banget sama lo, lembut banget lagi dan selalu nurutin apa kata lo tuh”. Riri balik bertanya, dalam hatinya Riri berharap Fey menjawab tidak atau sekedar menjelaskan kejadian di taman yang Riri lihat sebelumnya.

  “Masa sih? Gitu ya keliatannya, kalau iya sih gue happy banget Ri”. Fey memilih menggantung jawabannya, Fey tak ingin persahabatan keduanya renggang tapi ia juga tak akan sanggup rasanya jika melihat Riri dan Vano jadian. 

  Mendapati jawaban yang ambigu, Riri pun memutuskan meyakinkan diri untuk menganggap Vano memang menyukai Fey, karena memang sikap Vano selalu menyebalkan jika dekat dengan Riri, padahal memang pada dasarnya Vano tak hanya grogi dan tak tahu harus bersikap bagaimana untuk menunjukkan cintanya pada Riri. 

  “Maaf Ri, gue akan pilih jadi orang egois. Gue nggak mau lo sama Vano, tapi gue sebagai sahabat lo juga nggak akan nyakitin lo dengan jadian sama Vano. Semoga kita bisa sama-sama saling bahagia dengan cinta terpendam satu sama lain atau mungkin sama-sama saling merana karena itu”. Fey membantin, sambil menatap Riri yang berusaha tersenyum kepadanya. 

 

***