Contents
BABAK BARU IKATAN CINTA
SEPERTI RINDU, DENDAM HARUS DIBAYAR TUNTAS
Pagi itu terlihat Om Irvan sedang sarapan pagi bersama Thomas, anak dari Jessica. Jessica adalah mantan kekasih Rendy, yang biasa dipanggil Adi oleh Jessica. Saat ini, Rendy sedang menjalin hubungan asmara dengan Chatrine, adik Angga. Bisa dibayangkan, bagaimana kekesalan Angga, kakak Chatrine jika tahu Rendy adalah Adi, mantan kekasih Jessica.
“Opa...” Kata Thomas.
“Iya sayang.”
“Kita jenguk mama, yuk Opa.” Kata Thomas.
“Jenguk ya.... Hmmm.. Okey, nanti habis kamu pulang sekolah, kita pergi jenguk mama ya.” Jawab Om Irvan.
“Yeaaayyy!!! Asyikk!!”
“Ayo, buruan dihabisin sarapannya, biar kuat nanti sekolahnya ya.”
“Oke, Opa!”
***
Apa yang dipikirkan Andin berpengaruh terhadap kehamilannya. Wajar saja, belakangan ini Andin banyak melalui serentetan kejadian yang membuatnya harus memutar otak dan berpikir ekstra keras. Pikirannya melayang-layang pada Reyna dan Nino. Belum lagi Mama Rossa yang saat ini masih kepikiran tentang Elsa yang kondisinya makin nggak karuan didalam penjara sana. Ditambah lagi pemikirannya tentang buah hati yang dikandungnya saat ini.
“Apa kata dokter, mas?” Tanya Andin pada Al yang saat itu tenga berada di rumah sakit.
“Dokter bilang, kamu harus banyak istirahat, Ndin. Tensi kamu naik.” Jawab Al.
“Saya tau, apa yang sudah terjadi pada keluarga kita belakangan ini menguras banyak tenaga dan pikiran kamu.”
Andin menghela nafas.
“... tapi kamu nggak perlu terlalu banyak memikirkan hal itu, fokus Ndin, fokus sama kandungan kamu... ya..?”
Andin mengangguk pelan.
Al mengusap kepala Andin lalu meletakkan tangannya keatas perut Andin.
“ Sayang... baik-baik didalam sana, ya. Bantu mama ya supaya mama nggak kepikiran terus.”
Ucapan Al dilanjutkan dengan kecupan mesra mendarat di perut Andin.
“ Kamu juga ya, Ndin. I love you.” Al mencium dahi Andin.
“Mama gimana, mas?” Tanya Andin
“Mama Rossa udah lebih baik, Ndin.”
***
“Saya dendam, mbak!! Suami mbak Rossa yang sudah membuat Jessi, anak saya sekarang harus mengalami nasib seperti itu!!” Kata Irvan dengan suara lantang diujung telepon itu.
“Irvan...Irvan... Listen me, Okey...” Kata Mama Rossa mencoba menenangkan Irvan.
“Nggak ada yang perlu saya dengarkan lagi, mbak!!! Semua sudah jelas!! Jessi, anak saya sudah sangat dipermalukan oleh Denis, orang suruhan Keluarga Alfahri!! Nggak ada lagi yang harus mbak jelaskan!”
“No.. no... Kamu harus dengar dulu... Irvan, saya hanya menyuruh Denis untuk memata-matai Jessica karena kedekatannya dengan suami saya di kantor, Thats it!”
“Jangan bohong, mbak!”
“No, Mbak nggak bohong, Irvan. Nggak lebih.”
***
Ingatan Irvan akan amarahnya pada mbak Rossa masih jelas terngiang dipikirannya. Meski saat ini, Irvan jelas tahu bahwa Mbak Rossa tidak bersalah dan justru Ikbal, orang kepercayaannya yang tega berbuat hal menjijikkan itu pada Jessica, buah hatinya.
“Kurang ajar kau, Ikbal!! Nggak tau diri!! PEMBUNUH!!! Saya tidak habis pikir atas semua yang kamu lakukan pada Jessica, anak saya semata wayang!!!”
“Masih beruntung kau tidak kubunuh!! Mendekamlah di jeruji besi itu SEUMUR HIDUPMU!! BRENGSEK!!!!”
Ucapan Irvan dibarengi dengan hantaman tangannya mengenai kaca dikamar tidurnya. Kacanya retak, tangannya mengeluarkan darah segar.
Tatapan matanya tajam penuh emosi dan amarah yang luar biasa menggebu!!
“Darah ditangan saya ini tidak ada artinya dibanding dengan perlakuan goblokmu pada Jessica, anak saya!!”
***
“Michi, gimana?” Tanya Angga
“Gimana apanya?” Tanya Michi
“Iya, gimana?”
“Haa?? Apaan sih? Apanya yang gimana?” Tanya Michi
“Maksud aku, gimana?” Tanya Angga
“Apaan si?? Lirik-lirik segala” Kata Michi
“Hmm ga peka deh.” Jawab Angga
“Yah, malah bilang ga peka. Apanya?” Tanya Michi
“Itu” Kata Angga sambil menaikkan kedua alisnya
“Itu apaan?” Tanya Michi
Angga menghela napas. Michi mendadak tertawa dan mengusap wajah Angga.
“Nggak sabar ya?” Tanya Michi
Angga tersipu malu
“Sabar ya...”
“Iya, sabar.... Calon ayah buat yang spesial.” Kata Angga sambil mengelus perut Michi, istrinya.
“Lagipula dokter kemarin kan juga udah bilang, kalau kita berdua harus semangat sayang untuk tes kesuburan.” Kata Michi.
“Iya sayang, semoga kesabaran kita seperti Al dan Andin ya.”
Michi tersenyum.
***
Elsa mengalami keguguran pada kehamilannya. Dia tak sengaja terjatuh saat sedang berada di kamar mandi Penjara.
Para petugas kepolisian dibantu dengan tenaga medis kepolisian sudah membawa Elsa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan lebih baik.
Papa Surya dan Mama Sarah ada disitu, didepan pintu kamar Elsa dirawat.
“Pa, Mama kasihan lihat Elsa, Pa. Dia pasti banyak pikiran sampai-sampai nggak fokus di kamar mandi dan terjatuh.”
“Kita ...kita harus..harus kuat ya, ma.” Kata Papa Surya menguatkan Sarah, istrinya.
“Apa yang terjadi sama Elsa, anak kita bukan hanya bikin mama sedih, papa sedih tapi kita semua sedih, ma.”
“Gimana perasaan Nino ya Pa? Nino pasti sudah tau. Mama nggak bisa bayangin gimana perasaan Nino dan kedua orangtuanya, Pa.”
Mama Sarah sedih sekali.
“Mama yang kuat ya, ma. Kita sudah berhasil melalui masalah Irvan dan Keluarga AlFahri. Papa yakin, kita juga pasti bisa melewati ujian ini sekali lagi, ma.”
***
“Bu Sarah, gimana kondisi Elsa? Its ok?” Tanya Mama Rossa diujung telpon itu.
“Im so sorry, saya ikut prihatin sama kondisi Elsa ya Bu.” Lanjut Mama Rossa.
“Terima kasih, Bu Rossa. Saat ini saya dan Pak Surya sedang menemani Elsa didepan kamarnya.” Jawab Bu Sarah.
“Maaf ya, saya belum bisa kesana. Reyna sakit. Andin dan Al dirumah sakit, jadi as a grandmother, saya harus temani Reyna disini. Maaf ya, Bu Sarah, Pak Surya.”
“Nggak apa-apa, Bu Rossa. Kami mengerti kondisi Bu Rossa.” Kata Bu Sarah.
“Boleh saya bicara dengan Pak Surya?” Tanya Bu Rossa
“Oke, saya speaker ya, Bu Rossa,”
Speaker handphone diaktifkan
“Pak Surya..”
“Iya Bu Rossa.” Jawab Pak Surya.
“Im so sorry, Pak Surya. Belum bisa jenguk Elsa disana, Reyna sakit, I must be with Reyna disini,”
“Iya, nggak apa-apa Bu Rossa. Reyna bagaimana, Bu? Masih sakit?” Tanya Pak Surya.
“Reyna sudah lebih baik, Pak. Sekarang saya sedang temani dia, tidurnya lelap sekali. Semalam panasnya tinggi dan susah tidur. But now... its ok... Pak Surya dan Bu Sarah nggak perlu cemas tentang kondisi Reyna ya. Cepat pulih untuk Elsa.”
“Baik, Terima kasih, Bu Rossa. Nanti setelah dari sini, kami mampir kerumah ya untuk jenguk Reyna.”
“Baik, Pak Surya,”
Teriakan Elsa menggemparkan kamar rumah sakit, Elsa histeris!! Yang Elsa tau, bayi dalam kandungannya adalah anak Nino. Kini, saat matanya menatap perutnya, tidak ada lagi senyuman dan pikiran yang tertuju pada Nino.