Contents
Amorf Part 2: CEMBURU
PART 3
Ngeselin! Nat mengacak-acak rambutnya dengan gusar. Nat yang menyuruh Aira supaya datang ke atap rumahnya semalam, eh Nat malah ketiduran. Padahal, Nat sangat penasaran apa yang terjadi antara Aira-Rea-Gilbert. Eh, iya, ternyata Gilbert itu biasa dipanggil Ibet dan katanya tidak suka dipanggil Gilbert. Nat baru tahu.
“Nat,” senggol Rocha. “Nih isi…” kata Rocha menyerahkan buku hitam bercorak polkadot merah muda. Itu buku opini milik Nat, Neira dan Rocha. Biasanya diisi oleh khayalan-khayalan aneh. Sesuai topik. Kemaren sihh topiknya “kalau lo jadi istri Pangeran Harry, lo mau minta apa?” Emang kegiatan ini gak jelas. Tapi mereka asyik ngisi buku itu, mereka merasa persahabatan mereka makin manis dan menyenangkan dengan ada buku opini ini. Dan topik hari ini adalah…
Siapa cowok paling CHARMING ?
Neira: Patra Adipta Setya. Cool, charming. Bagaikan pangeran berkuda putih. Tipe cowok setia. PERFECT abis. Yang jadi ceweknya PASTI cantik :p
Rocha: Jelaslah Gerard Pique! Gila gila. Cinta banget gue ke dia. Bau Sexy kalo lagi keringetan, jago banget deh giring bolanya. Gue mau deh ditendang-tendang kayak bola, asal Pique mempertahankan gue biar gak direbut orang. Wekekek :P
Nat ngakak saat membaca opini Rocha dan Neira. Nat kemudian mulai menulis…
Natasha: Cowok paling charming menurut gue banyak. especially… Aira, gilbert Ibet, Reo. Yaelaahh… gue maruk banget. Tapi kan yang gue bilang charming belum tentu juga gue interest sama dia :p tapi gue interest banget sama Ibet :D
Nat menutup buku. “Eh, Cha… gawat banget ya kalo buku ini kesebar…”
“Yaiyalaah. Isinya curhatan kita semua.” ujar Rocha. “Tapi gak akan kesebarlah. Bukunya kan kita jaga baik-baik.”
***
“Nat… pulang bareng yuk!” ajak Reo tak lama setelah bel pulang berdering. Suasana kelas sudah mulai sepi karena semua siswa sudah keluar kelas.
Nat tampak berpikir. Nat ingin pulang bersama Aira, tapi dari tadi dia sama sekali tidak melihat Aira di sekolah. Nat sempat berpikir kalau Aira mungkin sakit atau ada acara keluarga, tapi kenapa Aira gak ngasih tau. Biasanya kalau ada apa-apa, Aira pasti langsung memberitahu Nat. Atau jangan-jangan, Aira mungkin tidak memberitahu Nat tetapi orang lain yang Aira anggap lebih penting. Mungkin Rea …
“Natasha?”
Panggilan Reo membuyarkan lamunannya. “Eng… boleh deh,” ujar Nat sambil membereskan buku-bukunya yang berserakan di atas meja. Nat paling males, deh, bawa buku banyak-banyak kayak gini. Buku yang Nat anggap paling berat, ia taruh di laci meja.
“Ke kantin dulu gak apa-apa, ya? Gue mau ngambil kunci mobil di Rea,” tanya Reo sambil tersenyum kepada cewek-cewek yang melewati kelas yang pintunya terbuka lebar. Cewek-cewek itu melambai sambil mesem-mesem. Mereka bisik-bisik GR gitu. Gak tahan kayaknya melihat Reo yang sedang tersenyum.
“Ganjen dasar!” dengus Rocha yang daritadi sibuk dengan tugas piketnya yang nggak selesai-selesai gara-gara banyak banget sampah di kolong meja. “Rocha… gue balik duluan, ya!” ujar Nat sambil melambaikan tangan.
“Siiip.” sahut Rocha.
***
“Ngapain kalian berdua?” tanya Nat ketus saat sampai di kantin. Ia menjumpai pemandangan yang sama sekali tidak disukainya. Bahkan sangat Nat benci. Aira dan Rea sedang duduk bersebelahan, sangat dekat dan Aira tengah melingkarkan tangannya di pundak Rea, sedangkan Rea menyuapi Aira mie goreng.
“Nat,” Aira terkesiap lalu dengan cepat melepaskan tangannya yang melingkar di bahu Rea.
Nat berusaha tersenyum. “Ciye… kalian mesra banget. Kenalin kali, Ra, pacar baru lo.” komentar Nat agak menyindir tanpa memedulikan perasaannya.
“Nat… ini gak kayak keliatannya.” elak Aira.
Nat muak melihat Rea yang entah mengapa seperti tersenyum penuh kemenangan. “Eh, sorry, Re. Gue gak jadi balik bareng lo. Gue balik sendiri aja. Thanks.” ujar Nat seraya melangkah cepat.
“Nat! Nat!” Aira mengejar Nat cepat.
Sejenak Reo dan Rea terdiam. Sibuk dengan pikirannya masing-masing. “Itu pacar kamu?” tanya Rea memecah keheningan.
“Bukan, dia temen gue. Dan itu cowok lo?”
Rea tersenyum. “Hampir.” Jawabnya. “Temen kamu itu… ganggu orang aja, deh. Siapa, sih, namanya?”
“Natasha.”
“Natasha… Engg… emang apa hubungan dia sama Aira?”
Reo mengangkat bahu. “Nggak tau.”
***
Terdengar bunyi derap langkah yang cepat seperti mengejar langkah lainnya. Aira sedikit berlari di koridor sekolah yang sepi. Ia berusaha mengejar Nat, dan dia berhasil karena langkah Aira besar-besar. Dengan mudahnya Aira menghentikan langkah Nat.
“Nat… dengerin gue dulu! Lo kenapa sih?”
Nat mengangkat kepala tanda akan mendengarkan.
“Gue sama Rea cuma temen dan yang lo liat tadi itu gak seperti yang lo pikirin,” tambah Aira.
Nat tersenyum. “Seperti yang gue pikirin juga gak apa-apa.” ujar Nat sambil melangkah pelan.
“Nat…” panggil Aira menyamai langkah Nat. “Dia cuma temen gue, Nat.” bisik Aira yakin.
“Gue juga cuma temen lo, kok.”
“Nat… please…”
Nat menghentikan langkahnya. “Aira… gue bukan siapa-siapa lo. Jadi gue nggak berhak ngelarang lo buat deket-deket sama Rea. Dan gue gak peduli mau dia temen lo atau bukan. Itu hak elo, Aira, mau temenan,musuhan atau jadian sama dia. Gue juga gak mikirin.”
Aira tertunduk. “Lo gak peduli Rea itu siapa gue?”
“Ra… asalkan elo seneng deket-deket dia… gue juga seneng kok.”
“Jadi… elo gak marah?”
Nat menggeleng.
“Gue anter balik ya?”
Nat menggeleng lagi.
“Please…” Aira memohon.
“Aira!!” panggil Rea dari jauh.
Nat tersenyum miris. “Lo dipanggil tuh. Gue bisa balik sendiri, kok!”
Aira mengangguk. “Ntar gue ke rumah lo. Gue masih punya hutang cerita.”
***