Try new experience
with our app

INSTALL

Master of Masters E 11-42 

MM 15. Terpikir

"Pak Andhika, ayolah, beri Sadam Pamungkas kesempatan!" kata Maulana Husam.

 

 

"Master Sadam Pamungkas, siapa yang telah membayar dirimu melakukan percobaan pembunuhan terhadap Pak Fiksi? Aku tahu ada dalang di balik dirimu! Aku tahu, orang itu adalah orang yang mengirimkan anak buahnya untuk membantu dirimu kabur dariku, waktu itu!" kata Andhika Ardan.

 

 

Sadam Pamungkas bergeming menanggapi pertanyaan Andhika Ardan.


 

"Siapa yang tinggal di Waru tiga belas?" Andhika Ardan bertanya lagi kepada Sadam Pamungkas.


 

"Waru tiga belas? Apa hubungannya?" tanya Maulana kepada Andhika Ardan.


 

"Itu nomor rumah pemilik plat mobil empat empat enam satu. Mobil yang membawa kabur Sadam Pamungkas dariku. Artinya yang membayarnya untuk membunuh Pak Fiksi dan sekaligus yang membayar seorang master untuk membunuhmu, Maulana," terang Andhika Ardan.


 

"Kau sudah tahu berurusan dengan siapa, buat apa bertanya kepadaku?" kata Sadam. "Sebaiknya jangan berurusan dengannya, tapi jika terpaksa memang harus melawannya, maka kau harus bersiap untuk kemungkinan yang sangat buruk!" Sadam berpesan.


 

"Apa maksudnya di balik semua ini adalah ...?" duga Maulana tapi kata-katanya di sela Andhika Ardan.


 

"Master Alexis, Sadam?" tanya Andhika Ardan memastikan dugaannya. Sadam bergeming.


 

∆∆∆


 

Sementara itu di kantor polisi, Pak Fiksi segera bertindak atas informasi yang diberikan oleh Pak Andhika. Ia membariskan anggotanya yang ikut dalam operasi malam di kawasan pantai yang gagal itu. Ia menatap satu-persatu mata anggotanya itu. Ia melihat untuk mencari tahu mana di antara anggotanya itu yang tampak berbohong. Hal itu tidaklah mudah dan ia pun merasa kesulitan membedakan. Setelah berpikir sejenak ia kemudian mendapatkan ide. Ia akan membohongi pembohong itu.


 

"Malam kemarin kita telah gagal! Akan tetapi kita jangan berhenti memburu bandar ini, karena saya yakin bandar ini bandar besar yang bukan sembarang bandar! Ia telah mencoba membunuh saya dengan membayar seseorang berkekuatan master, jelas itu artinya bandar ini bandar besar! Saya telah mendapatkan informasi terbaru mengenai bandar ini! Untuk sementara, informasi yang sangat crusial ini, akan saya simpan rapat-rapat! Jika sudah saatnya penggrebekan, akan saya ungkapkan ke kalian, siapa sebenarnya bandar ini!" kata Pak Fiksi.


 

"Waduh, aku harus tahu sebelum penggrebekan dan memberikan informasinya kepada Master Alexis!" benak Pak Sapta.


 

"Hm ... aku yakin, manusia tidak bernilai itu, akan mencari tahu! Anggota yang mencari tahu berarti dialah manusia tidak bernilai itu!" benak Pak Fiksi.


 

∆∆∆


 

Di tempat yang lain di kawasan pantai, di restoran Pantai, para pegawainya sedang sibuk berbenah karena hendak tutup lebih awal. Datang beberapa polisi ke restoran itu. Beberapa polisi yang diperintahkan Pak Andhika menyelidiki kasus percobaan pembunuhan terhadap Master Maulana Husam, yang bekerja menjadi chef di restoran tersebut.


 

"Permisi!" kata salah satu anggota.


 

"Maaf kami mau tutup cepat, ada teman kami yang meninggal!" kata salah satu pegawai restoran itu.


 

"Kami datang untuk menyelidiki tempat ini!" ujar salah satu anggota. Pemilik restoran menghapiri mereka saat mendengar pernyataan itu.


 

"Apa ini berkaitan dengan kasus pembunuhan terhadap Maulana Husam?" tanya pemilik restoran.


 

"Benar, kami sedang menyelidiki kasus percobaan pembunuhan terhadap Master Maulana Husam!" terang salah satu anggota. "Kami akan menyisir tempat ini dan menanyakan beberapa pertanyaan kepada kalian!" terangnya lagi.


 

"Silakan, Pak!" seru pemilik restoran Pantai. Polisi yang memimpin penyidikan itu segera memberi kode kepada para anggotanya. Para polisi segera masuk dan menyebar untuk memeriksa restoran itu. Semua pegawai maju berkumpul ke depan restoran.


 

"Apa di antara kalian ada yang bisa menceritakan malam hari saat kejadian atau mungkin ada yang mengetahui hal ganjil? Mungkin ada di antara tamu-tamu restoran yang mencurigakan?" tanya polisi yang memimpin penyelidikan itu.


 

"Terakhir sebelum pulang Chef Maulana memasak untuk anak-anak jalanan seperti biasa, tapi ia menambah satu porsi. Kata Chef Maulana yang satu porsi itu untuk teman barunya," terang salah seorang koki.


 

"Apakah mungkin teman barunya itu pelakunya?" duga salah pegawai.


 

"Em ... tetapi tadi ada tamu yang aneh. Tamu itu sepertinya sedang memastikan Chef Maulana sudah mati apa belum. Dia juga menanyakan rumah sakit kawasan pantai," terang salah seorang pegawai yang pekerjaannya mengantarkan makanan ke tamu.


 

"Bagaimana ciri-ciri orang itu?" tanya polisi pimpinan penyidikan.


 

"Gondrong ikal sebahu. Mukanya menurut aku sih serem. Tatapan matanya dingin. Umurnya kayaknya di atas Chef Maulana," terang waiters itu.


 

∆∆∆


 

Sadam Pamungkas sedang terbaring sendiri di kamar rawat inap karena Maulana dan Andhika sedang ke masjid. Sadam menjadi terpikirkan sesuatu. Ia pun tersenyum karena mendapatkan pemikiran itu.


 

"Andhika dan Maulana sedang ke masjid. Aku sendirian di sini. Itu artinya ini adalah kesempatanku untuk lolos dari Andhika," benak Sadam. Sadam lalu berusaha untuk bangkit dari tempat tidur rumah sakit. Tepat pada saat itu Suster Elmira masuk.


 

"Tuan Sadam, Anda mau ke mana?" Suster Elmira segera menghampiri Sadam yang sudah dalam posisi duduk. Suster Elmira mendorong tubuh Sadam perlahan untuk merebahkan tubuh Sadam lagi. Sadam terpanah menatap mata Suster Elmira sehingga membuatnya menurut. "Anda perlu bantuan apa? Hendak ke mana?" tanya Suster El lagi.


 

"Em ... apa ... apa dua orang yang ada bersamaku tadi pergi jauh? Em ... maksudnya apa masjidnya jauh?" tanya Sadam.


 

"Tidak mereka hanya sholat di mushola rumah sakit, tidak jauh dari kamar ini. Mereka yang menyuruh saya untuk menjaga Anda di sini. Di luar pintu kamar ini juga ada polisi yang menjaga Anda. Tuan Andhika dan Tuan Maulana, mereka akan segera kembali. Apa Anda memerlukan bantuan polisi yang menjaga Anda? Akan saya panggilkan!" kata Suster Elmira.


 

"Oh, jangan! Jangan!" larang Sadam cepat-cepat saat melihat Suster El hendak melangkah ke luar pintu kamar itu. Sadam pun hendak turun karena tidak mau membuang waktu dan tidak mau membuang kesempatan emas untuk kabur.


 

"Anda mau ke mana?" tanya Suster Elmira.


 

"Shutttt!" Sadam meletakkan jari telunjuknya di bibirnya. Ia segera melangkah menuju ke jendela yang ada di kamar itu.


 

"Anda mau ke mana sih?" tanya ulang Suster Elmira. Sadam menaruh telunjuknya tapi kini di bibir Suster El. Hal itu membuat keduanya terdiam saling menatap beberapa detik. Sadam segera sadar dan segera membuka jendela. Ia berniat melompat dari jendela itu.


 

"Tuan mau apa?" Suster El segera menyadari hal itu. "Jangan Tuan!" Suster El menahan pergerakan Sadam. Sadam menjadi menghempaskan Suster hingga hampir jatuh ke belakang, tetapi segera Sadam tangkap sehingga menjadi berada di dalam pelukan Sadam. "Akh!" pekik Suster El yang hampir jatuh. Teriakan Suster El sampai ke luar dari pintu kamar itu. Suster El dan Sadam sama-sama merasakan getaran, degub jantung, dan rangsangan saat itu. Mereka berdua terdiam terpaku dengan posisi Suster El berada di dalam pelukan Sadam. Sadam melihat bibir Suster El. Suster El melihat bibir Sadam. Keduanya terpikir bercinta, menyentuh bibir yang sedang mereka pandang. Keduanya menjadi menikmati bibir masing-masing dengan lidah mereka sendiri karena memikirkan hal itu.


 

Seorang polisi segera membuka pintu kamar rawat itu untuk memeriksa apa yang terjadi. Bersamaan itu Maulana dan Andhika juga sudah ada di depan pintu dan mendengar juga suara teriakan Suster El. Maulana dan Andhika juga segera mengecek ke dalam kamar itu. Hal itu membuat keduanya terkejut. Keduanya menjadi tidak imbang dan sama-sama jatuh ke lantai.


 

"Ada apa?" tanya Andhika.


 

"Tidak ada apa-apa!" Sadam berdiri dan membantu Suster El berdiri. "Aku hanya terjatuh!" terang Sadam.


 

"Bohong, Tuan Sadam, dia mau melompat dari jendela!" terang Suster El.


 

"Kau!" marah Sadam. Ia hendak memukul Suster El. Suster El menundukkan kepalanya. Sadam mengurungkan niatnya untuk memukul Suster El. Suster El menatap Sadam sekilas lalu pergi dari dalam kamar itu.


 

"Minta maaf kepada Suster Elmira!" perintah Maulana kepada Sadam.