Contents
The Runaway 7,8,9
TR 7. Main Bi
Masih malam yang sama, di saat toko-toko di mall, saatnya berbenah untuk tutup.
Radika membawa Yura ke sebuah toko underwear.
“Mbak, tolong Carikan satu setel bra dan celana yang pas buat dia!”
“Ini sepertinya pas, ini juga, ini juga, ini, ini, ini. Ada banyak. Mau yang mana?” Pegawai menawarkan mana-mana yang pas.
“Yura suka yang mana?” tanya Radika.
“Gus mua,” kata Yura, seperti biasa dengan bahasa yang tidak jelas layaknya bayi yang mengoceh.
“Putih mau?” tawar Radika. Yura mengangguk. “Putih saja!” tegas Radika.
Pegawai lekas membungkuskan. Radika membayarnya.
“Ayo sekarang kita cari baju untuk kamu!” ajak Radika. Tangan kiri Radika membawa belanjaan. Tangan kanan Radika menggandeng Yura.
Berikutnya Radika membawa Yura ke salah satu butik yang menjual berbagai macam baju-baju untuk wanita.
“Carikan dress yang pas untuknya!” perintah Radika datang-datang ke butik itu, kepada salah satu pegawai butik itu yang sedang menata salah satu koleksi baju wanita ke raknya.
Pegawai melihat Yura lalu mengambil beberapa dress yang sesuai dengan Yura. “Ini, ini, ini, ini. Mau yang mana?”
Radika melihat semua dress yang ditawarkan pegawai itu, mini semua, seksi semua. Radika melihat Yura dan berpikir itu tidak pantas untuk Yura.
“Ada tidak yang sopan?” tanya Radika.
“Gamis? Ini ada. Ini, ini, ini, ini, ukurannya sepertinya pas. Bisa dicoba,” tawar pegawai itu.
“Ada tidak yang seperti dipakainya tidak panjang dan tidak pendek?” tanya Radika lagi karena baju-baju itu sepertinya ribet untuk Yura.
“Coba saya lihat.” Pegawai memeriksa koleksi butik yang dijaganya itu.
“Tidak ada, Pak. Adanya dress princess untuk pesta yang panjangnya sampai sedikit di bawah lutut, tapi lengannya pendek sebahu,” terang pegawai itu setelah memeriksa koleksi baju di butik itu. Pegawai itu menunjukkan ke patung. Radika dan Yura melihat ke patung.
Yura berbinar takjub. “Wuah! Ladia, agus gus!”
“Berapa?” tanya Radika.
“Tiga juta, Pak.”
“Ya sudah itu saja, tapi bantu pakaikan ke wanita ini sekalian dalamannya!” Radika memberikan bungkusan underwear. “Selain itu belikan dulu dan pakaikan dia popok celana! Bajunya yang kotor jangan dibuang, masukkan ke kantong yang ini, susah cari baju yang ini!” Radika memberikan uang kepada pegawai untuk membeli popok sekaligus membayar gaun.
“Baik saya pergi dulu membeli popoknya.” Pegawai pergi.
“Ju uat Ula?” tanya Yura.
Radika tersenyum mengangguk. “Iya, buat kamu, Yura.”
Pemilik butik ikut menangani dan menghampiri. “Mbak lepaskan gaun biru navy yang di patung! Silakan duduk dulu, Cantik!”
Yura menggeleng. “Sah, ju Ula sah.”
“Bajunya basah,” terang Radika.
“Oh, basah,” kata pemilik butik. Ia lalu menyadari sesuatu. Dalam hatinya pun berkata, “Pantas bau pesing, pol, toh.”
“Siapanya Anda, Tuan? Adik atau ...?”
Radika enggan menjawabnya. Saat itu pegawai yang tadi telah datang membawa popok celana.
“Cepat gantikan!” perintah Radika.
Pegawai membawa Yura ke ruang ganti. Tidak lama kemudian Yura ke luar dari ruang ganti. Yura berputar senang karena memakai gaun yang sangat cantik berbahan organza berwarna navy itu. Radika tersenyum melihatnya.
“Ini baju kotornya,” kata pegawai sembari memberikan paper bag.
“Terima kasih! Yura ayo!” Radika kembali menenteng paper bag belanjaan, tapi kali ini isinya baju kotor Yura yang berbau pesing.
Radika membawa Yura masuk ke toko baju pria.
“Yura bawakan!” Radika memberikan paper bag berisi baju Yura ke Yura. Yura menerimanya.
Radika beranjak dari Yura ke rak-rak pakaian. Ia memilih-milih atasan dan celana panjang.
Dalam benaknya ia terpikir, “Ganti baju juga bisa membuat polisi tidak mudah mengenaliku.” Radika tersenyum miring, kemudian ia masuk ke ruang ganti.
Yura menjadi tidak melihat Radika. Yura mencari-cari Radika dengan panik dan ketakutan tertinggal sendirian di tempat asing itu.
“Ladia! Ladia!” Yura berseru cemas.
“Mbak cari pacarnya ya?” tanya pegawai toko itu.
“Ladia. Ana Ladia?” tanya Yura.
“Pacarnya Mbak, masuk ke ruang ganti itu,” terang pegawai itu.
Yura menghampiri kamar pas. “Ladia ... Ladia ....” Yura membuka kamar pas. Radika segera menutup kembali. “Ladia ...!” Yura mencoba membuka lagi dan hendak masuk. Radika menahan agar Yura tidak membuka dan tidak masuk.
“Kamu tidak boleh ke sini, tunggu di luar!” tegas Radika.
“Ladia ....”
“Aku sedang ganti baju, kamu tunggu, duduk manis!”
“Ya, Ula uduk.” Yura mengerti dan mencari kursi untuk duduk. Ia menemukan kursi lalu menghampiri dan duduk.
***
Sementara itu di jalan raya, di sekitar wilayah itu, polisi-polisi lalu lintas digerakkan. Polisi-polisi menyisir jalan raya untuk mencari Radika dan Yura. Polisi-polisi yang lainnya juga masih bergerak mencari mereka.
Ferdiansyah dan polisi bawahannya sudah kembali dengan mobilnya. Mereka berbelok memarkir mobil di seberang mall hotel di mana Radika dan Yura berada. Setelah mobil benar terparkir, Ferdiansyah dan polisi ke luar dari mobil.
Ferdiansyah berdiri bersandar pada mobil menghadap ke jalan raya. “Rekan-rekan lalu lintas sudah menyebar dan memeriksa, tapi tidak ada yang melihat Radika dan wanita yang bersamanya. Ke mana kira-kira mereka sekarang?”
“Apa mungkin, mereka berbelok ke suatu tempat?” pikir polisi yang bersama Ferdiansyah.
“Bisa jadi. Keberadaan mereka hilang setelah melewati perkampungan yang jalannya beraspal. Sampai sejauh ini ia tidak terlihat. Ke mana ya beloknya?” jawab Ferdiansyah sembari mengutarakan pertanyaan lagi.
Ferdiansyah berpikir sembari pandangannya menatap mall hotel yang ada di sebrang jalan.
***
Radika ke luar dari kamar pas dengan baju baru. “Saya pakai sekarang juga. Ada gunting untuk melepas bandrolnya?” Pegawai memberikan gunting ke Radika. Radika mencoba menggunting, tapi kesulitan. Pegawai membantu Radika menggunting bandrolnya. Setelah itu Radika membayar dengan kartu.
“Ayo Yura, saatnya kita ke hotel!” Radika mengambil paper bag Yura untuk dibawakannya lalu menggandeng tangan Yura. Keduanya pergi dari toko itu.
Cleaning service sedang mengepel lantai mall.
Radika yang melintas menegurnya, “Permisi! Lewat mall ini bisa langsung ke hotel?”
“Bisa, lewat lift di sana, tapi jatuhnya langsung ke lantai dua hotelnya. Nanti dari lantai dua tinggal pindah lift yang lain atau turun tangga dan jalan ke depan kalau mau ke lobinya.” Cleaning service menunjukkan arah liftnya berada.
Radika melihat ke arah yang ditunjukkan. “Terima kasih!” Radika menuntun Yura ke arah lift itu.
Radika dan Yura melewati sebuah toko kue. Yura melihat kue cokelat yang menggiurkan.
“Ue ue, Ladia! Ladia, ue! Ue nak nak! Au, Ladia! Ue nak!” Yura memberi tahu Radika, menunjuk-nunjuk kue itu. Radika menoleh ke yang ditunjuk Yura. “Ula au ue nak coat!” Yura berlari menghampiri kue itu.
“Yura!” seru Radika.
“Ue coat au! Ue coat au!” Yura menunjuk-nunjuk ke kue cokelat yang ia inginkan.
Radika menghampiri. Radika melihat kue cokelat yang ditunjuk Yura.
“Mbak, kue cokelat yang itu!” kata Radika.
“Mau berapa?” tanya pegawai.
“Yura mau berapa?” tanya Radika.
“Ua,” jawab Yura.
“Ua itu berapa?” tanya Radika. Radika mencoba menunjukkan dengan jemarinya dua.
Yura mengangguk. “Ua.”
“Dua, Mbak! Sama berikan yang itu juga dua, itu juga dua,” pinta Radika.
Pegawai membungkus. Pegawai memberikan kuenya. Radika membayar dan menerima kuenya. Radika memberikan kuenya ke Yura. Yura ambil sepotong yang ia tunjuk tadi. Yura memakannya dengan belepotan.
“Ayo, sekarang kamu juga harus memberikan hakku!” ajak Radika. Radika jalan. Yura mengikuti langkah Radika sembari memakan kue dengan belepotan.
***
Ferdiansyah berdiri berpikir sembari memandangi mall hotel yang ada di seberang jalan.
“Hotel? Apa mungkin ke hotel?” tanya benak Ferdiansyah.
“Pak, saya mau ke toilet dulu,” kata rekannya.
“Iya saya juga. Mungkin di mall itu saja,” ujar Ferdiansyah juga.
“Mari, Pak!” ajak rekannya. Ferdiansyah dan polisi itu menyebrang ke mall.
***
Hari semakin larut, toko-toko di mall itu satu-satu berbenah mau tutup. Radika dan Yura melintasi toko Barbie yang bentuknya terbuka sedang menata mau ditutup terpal. Yura melihat boneka-boneka itu dengan berbinar dan menginginkan.
“Bi! Ladia, bi! Ladia, au bi! Ula au bi, Ladia!” seru Yura sangat menginginkannya.
Yura menghampiri toko Barbie itu. Radika menghampiri Yura dan menarik tangannya.
“Lain kali, tokonya sudah tutup!” tegas Radika.
“Ula au bi, Ladia!” rengek Yura.
“Setelah dari hotel, besok pagi akan aku belikan bi!” ujar Radika.
“Ak au! Au kalang! Au kalang! Au bi au bi!” kekeh Yura.
“Aku bilang besok pagi, setelah dari hotel, Yura!” kekeh Radika juga.
Yura duduk melantai ngambek merajuk merengek. Kakinya menendang-nendang lantai layaknya anak kecil.
“Au bi au bi au bi!”
“Terserah, aku mau ke hotel!”
Radika meninggalkan Yura yang sedang duduk melantai. Yura akhirnya ngambek seperti itu sembari menangis.
Radika sudah berjalan cukup jauh. Akan tetapi langkahnya terhenti. Ia melihat ke belakang. Ia tidak tega dan kembali.
“Iya iya iya iya! Mbak aku beli barbienya! Yura, mau berapa?” Radika akhirnya menuruti Yura.
Yura terkejut berbinar. “Ua.”
“Dua Mbak,” terang Radika.
“Mau yang mana?” tanya pegawai.
“Yura, pilih yang kamu suka!”
Yura berdiri dari duduk di lantai. Ia menunjuk dua barbie yang ia mau. Pegawai membungkuskan. Radika membayar.
“Bi bi!” Yura girang. Tangan kirinya memegang dua barbie dengan kerepotan sehingga ia dekapkan ke dadanya. Tangan kanannya memegang kue cokelat dengan belepotan.
Radika tersenyum melihat Yura. Ia turut merasa senang.
“Ayo, sekarang ke hotel!” ajak Radika kemudian. Yura mengikuti langkah Radika sembari makan kue lagi.
***
Pegawai toko baju pria sedang beres-beres toko mau tutup. Ia memeriksa kamar pas dan menemukan satu setel baju Radika.
“Baju customer ketinggalan.” Pegawai mengambil baju-baju itu dan membawanya ke luar.
Ferdiansyah dan polisi menuju toilet. Jalan ke toilet melewati toko baju pria yang tadi Radika membeli pakaian. Saat itu pegawai toko pria ke luar dari toko sembari membawa baju Radika. Ia mengedarkan pandangannya di luar tokonya mencari-cari keberadaan Radika. Oleh sebab tidak lihat-lihat lainnya ia menabrak Ferdiansyah dan polisi.
“Hati-hati! Cari apa sih?” tegur Ferdiansyah.
“Maaf, Pak. Ini baju customer ketinggalan. Dia beli baju langsung pakai dan bajunya yang sebelumnya dipakai ditinggalkan di kamar ganti,” terang pegawai itu.
Ferdiansyah memperhatikan baju itu seperti pernah melihat. Ia mengambil baju-baju itu dari tangan pegawai itu.
Dalam benaknya berpikir, “Apa mungkin? Warnanya sama, walaupun aku tidak melihat jelas.”
“Customernya pria?” tanya Ferdiansyah.
Pegawai mengangguk. “Iya, Pak.”
“Apa pria itu bersama dengan seorang wanita?” tanya Ferdiansyah.
Pegawai mengangguk lagi. “Iya, Pak.”
Polisi menjadi berpikir sama. “Apa maksud Anda ini pakaian dia, Pak?” Pak Ferdiansyah mengangguk. “Jika begitu ada kemungkinan dia ke hotel. Kalau tidak salah mall ini kan menyambung dengan hotel,” duga polisi itu kemudian.
“Iya, aku tadi juga sempat berpikiran demikian. Kemungkinan dia akan bersenang-senang dengan wanita yang bersamanya di hotel,” kata Ferdiansyah. “Ayo, kita ke toilet dahulu, setelah itu kita bergerak ke hotel!” ajak Ferdiansyah. Rekannya mengangguk. “Aku bawa pakaian ini!” kata Ferdiansyah kepada pegawai itu. Ferdiansyah dan polisi itu lekas ke toilet. Pegawai itu bengong sesaat kemudian kembali masuk ke tokonya.
***
Radika dan Yura masuk ke lift. Yura takut dan mendempel ke Radika.
“Ini namanya lift. Kau belum pernah ya naik lift?” kata Radika. Yura menggeleng. Radika memberikan senyuman kepadanya.
Lift terbuka. “Ayo, sudah sampai!” Radika memeluk bahu Yura dan membawanya ke luar dari lift.
Radika dan Yura ke lantai satu di bagian depan.
“Kamu duduk sini, tunggu sini! Aku mau ke sana sebentar!” perintah Radika. Yura menurut dan duduk. Radika menghampiri pegawai yang bertugas menerima tamu untuk memesan kamar. Yura memainkan bonekanya sembari menunggu Radika.
Tidak lama Radika menghampirinya lagi. “Ayo, Yura!” Yura mengikuti Radika.
***
Ferdiansyah dan polisi ke luar dari toilet sembari membawa satu setel baju Radika. Ferdiansyah mengeluarkan smartphone menghubungi anggota. Setelah itu menutup telepon. Ferdiansyah menatap polisi sembari mengangguk.
***
Setelah dibantu Radika melepaskan alas kaki, Yura naik ke tempat tidur dan bermain bonekanya. Radika melepaskan alas kakinya sendiri lalu ikut naik ke tempat tidur dan menemani Yura bermain. Radika mengambil tisu dan membersihkan bibir serta tangan Yura yang belepotan cokelat.
“Yura mau kuenya lagi?” tawar Radika.
Yura menggeleng. “Nti, Ula au main bi.” Radika menemani Yura main boneka lagi.
“Yura, sekarang buka baju ya?” perintah Radika dengan menawarkan. Yura mencoba membuka resleting belakang. Yura tidak bisa membukanya. Radika membantu Yura membuka resletingnya. Radika menangkup dua pipi Yura dengan kedua telapak tangannya. Perlahan Radika mendekatkan wajahnya ke wajah Yura. Bibir Radika mendekati bibir Yura.
“Gadis malang,” batin Radika. Alih-alih mengecup bibir, bibir Radika mendarat di puncak kepala Yura. Radika lalu kembali meresleting baju Yura. Radika mengusap-usap lembut wajah Yura. Yura menatap polos tidak mengerti. Radika tersenyum kepada Yura. Yura membalas tersenyum.
“Ayo main bi lagi!” ajak Radika. Radika kali ini serius menemani Yura bermain boneka. Yura tersenyum senang sekali.
***
Ferdiansyah dan polisi bawahannya sudah menunggu di teras hotel. Truk polisi datang. Polisi-polisi turun dari truk
***
Radika mendengar gemuruh suara mobil dan seperti banyak orang. Ia menghampiri jendela dan melihat. Ia melihat ada truk polisi.
“Yura, polisi ada di sini! Mereka sepertinya tahu kita di sini! Ayo lekas, kita pergi dari sini!”
“Ula aut ....”
“Iya maka dari itu ayo kita lekas pergi!”
Yura terhenyak dan turun dari tempat tidur. Yura kesulitan memakai alas kakinya. Radika memakai alas kakinya setelah itu memakaikan alas kaki Yura. Radika memasukkan boneka ke paper bag kue dan membawa semua paper bag. Radika lalu menarik tangan Yura untuk lekas pergi.
***
Ferdiansyah tampak bertanya dan meminta izin ke petugas hotel. Kemudian Ferdiansyah memerintahkan rekan-rekannya untuk bergerak.
Radika membawa Yura berlari ke lift yang mengarah ke mall. Saat mereka berlari, polisi melihat keberadaan mereka.
“Itu mereka!” seru polisi yang melihat Radika dan Yura. Polisi-polisi menjadi mengejar Radika dan Yura.
“Berhenti!” seru salah satu polisi yang lainnya. Polisi memberikan tembakan peringatan. Yura berteriak saat mendengar suara tembakan. Radika dan Yura tetap berlari.
Radika dan Yura sampai di depan lift. Radika menekan tombol lift. Polisi mengarahkan tembakan ke Radika. Lift terbuka. Radika dan Yura masuk sembari Radika mengungkung Yura membawa Yura berkelit merunduk agar tidak kena tembakan. Peluru menyerempet Radika. Lift menutup. Polisi-polisi sudah sampai di depan lift yang sudah menutup.
“Lift itu mengarah ke mall. Mungkin mereka akan ke luar melalui pintu mall,” terang salah satu polisi.
“Minta bantuan petugas hotel untuk menghubungi satpam mall karena hotel dan mall ini satu management!” perintah Ferdiansyah.
***