Try new experience
with our app

INSTALL

Wanita Nomor 13 

Part 4 : Pembalasan

  Aku sudah tiba di Ambrusca, terlihat begitu indah, ruangan yang tidak terlalu terang, lilin dimana-mana terlihat beberapa pelayan seperti sudah sangat mengenalku. Ketika sampai aku langsung di antar pada sebuah meja yang hanya ada 2 kursi, saling berhadapan dan di atas meja itu sudah ada beberapa hidangan mewah. Aku terkejut, semua pelayan disini benar-benar membuatku seperti seorang ratu.

Ketika aku duduk aku sudah di tuangkah satu gelas Wine, aku minum Wine itu perlahan, sangat enak, harganya pasti lebih mahal dari Jayer Cros Parantoux yang biasa ku pesan. Aku sangat menikmatinya. 

Tak lama Pak Broto datang, sebelum duduk di kursinya ia menghampiriku, memegang tanganku sambil berlutut mencium tanganku dengan mesra.

“kau sangat harum malam ini Serena, apa yang kau perlihatkan ini, kecantikanmu, pesonamu, dan seluruh yang kau perlihatkan ini adalah milikku” katanya.

Aku hanya mengangguk sambil tersenyum, ia membalas senyumanku sampai akhirnya Pak Broto duduk di hadapanku. Wajah tuanya seakan kembali terasa muda, ia terlihat sangat segar.

“makan dong, sudah aku sediain tapi gak di makan.” Katanya menyuruhku untuk menyantap makanan yang telah di sediakan tadi.

  Aku mengangguk, dengan tatapan yang menggoda aku memandang Pak Broto. Pak Broto seperti menggebu-gebu. Terlihat tatapannya seperti terpesona kepadaku. Aku sangat senang saat berada di posisi ini. Berada di posisi yang menguntungkan, Broto Adining Suwito Dinoto. Laki-laki yang paling kaya di kota ini kini sedang bersamaku, memandangku penuh hasrat, penuh keinginan untuk berdua, dan bercinta.

  Kami makan bersama, banyak hal hal yang kami bicarakan, cukup seru dan menyenangkan ketika di ajak berbicara, aku tahu dia laki-laki yang pintar dan ambisius, buktinya ia sangat menggebu-gebu ketika membicarakan bisnisnya, ia harus punya segalanya, walau segalanya sekarang adalah miliknya, tapi bukankah manusia tidak akan pernah merasa puas?

  Setelah makan malam yang cukup menyenangkan Itu, Pak Broto berbicara kepada pengawalnya, untuk malam ini para pengawalnya tidak usah ikut bersamanya, ya itu semua kareka ku, aku yang memintanya langsung dengan alasan supaya kita berdua tambah dekat. Aku sudah bilang pada kalian bukan? Apapun keinginan ku pasti bisa dikabulkan, aku pun tidak berbuat apapun selain meminta.

  Pukul 01.00, aku masih bersama Pak Broto, di kamar motelku, ketika masuk aku langsung terbaring di atas kasur, Pak Broto membuka jasnya dan menghampiriku. Aku tahu apa yang harus aku perbuat, aku menanggalkan pakaianku satu persatu, membelai mesra tubuh Pak Broto dan menciumnya perlahan, Pak Broto terlihat seperti menikmatinya, dan mulai ku tanggalkan pula pakaiannya ku buka satu per satu kancing kemejanya yang berwarna putih itu, Pak Broto memegang wajahku dan langsung menciumku dengan penuh gairah. Sesekali pak Broto melepas ciumannya, mencium mesra leherku hingga kebawah. Aku menikmatinya… aku menikmatinya…

  “kamu sungguh wanita yang ku idamkan Serena, karena kau tidak perlu saingan lagi sekarang" begitu katanya sebelum mencium tubuhku, malam ini kali kedua Pak Broto mencumbuku. Malam ini juga aku harus pastikan semua yang ada dalam hatiku tahu jawabannya, aku harus tenang hari ini, aku harus membuat Orang tuaku merasa bahagia.

Pukul 03.00, aku terbangun, seperti biasa. Tubuhku dibalut oleh selimut putih, Bedanya saat ini ada Pak Broto di sampingku. Segera kulihat Fotonya dahulu yang tersimpan di dalam dompetnya. Aku langsung mengingat sesuatu.

  Saat itu Pak Broto masuk ke dalam rumahku, ia mendobraknya bersama para pesuruhnya. Aku sempat melihatnya sekejap, lalu orang tua ku menyuruhku untuk segera masuk ke dalam kamar, aku ketakutan. Sangat ketakutan sekali. Terdengar suara yang tidak pernah ku dengar sebelumnya dan ketika suara itu sudah tidak ada, aku mendapati Orang tuaku sudah pergi untuk selamanya dengan luka tusuk. Beberapa hari kemudian aku berada di sebuah Panti, mimpiku selalu hal yang sama, tidak pernah berubah dan Saat ini sepertinya pembalasan yang tepat untuk Pak Broto.

Aku menaruh beberapa obat tidur di minumannya. Saat itu Pak Broto bangun. Melihat ku sedang membawakannya Segelas Wine dalam keadaan telanjang. Pak Broto tersenyum

“ini untuk kamu mas. Aku minta kamu jangan pergi hari ini. Aku masih ingin berdua sama kamu”. Kataku dengan nada yang sangat manja.

  Pak Broto terlihat senang, aku memeluknya dan bersandar di dadanya. Pak Broto meminum Wine itu. ia menyuruhku untuk tinggal bersama. Kenapa tidak? Tapi aku bilang aku akan disini sampai masa sewa motelku habis. Setelah itu aku akan pindah bersamanya. Pak Broto setuju, ia ingin menungguku dan membantuku, untuk mengemas barang, ku pikir ini hal yang baik. Dan takdir sedang bersama denganku.

  Pukul 08.00.  aku sedang menyiapkan semuanya, hari pembalasan akan tiba hari ini di jam yang tidak Pak Broto ingat. Aku baru sadar obat tidur yang semalam aku taburkan ke minumannya akan berakhir jam 9 nanti. Aku lalu mengambil koperku, mempersiapkan suntikan yang telah ku beri obat tidur, dengan perlahan aku menyuntikannya, dan dengan segera aku bawa tubuhnya yang berat itu ke sebuah kursi kayu, lalu ku ikat dan ku tunggu sampai ia sadar.

Pukul 12.00, Pak Broto terbangun ketika aku sedang membuka sebuah tas peralatan untuk eksekusi. Betapa sangat terkejutnya Pak Broto ketika ia sadar tubuhnya yang telanjang itu sudah berada di sebuah kursi dan terikat.

“mau apa kamu! Serena!!” Pak Broto seperti terlihat ketakutan.

“Mas Saba raja, nanti aku kasih kejutan” kataku sambil menggodanya.

  Aku tau Pak Broto merasa ketakutan, ini karena ia telah melihat isi dalam tas yang sedang ku buka. Pak Broto mencoba berteriak untuk mencoba menyelamatkan diri, tapi ketika Pak Broto berteriak, ku lempar saja dengan bola golf yang ada di tasku saat itu. ku lempar kea rah mulutnya dan merontokkan gigi gigi nya yang sudah mulai menguning itu, seketika ku ambil bola itu dan ku selipkan ke dalam mulutnya.

“diam kalau kamu gak mau lebih tersiksa dari ini” kataku sambil memegang dan mencium bibirnya yang berdarah. 

  Kulepas pakaianku kembali dan ku belai kemaluannya. Walaupun Pak Broto terlihat sangat ketakutan tapi aku bisa memastikan kalau nafsunya tidak. Aku tersenyum memandangnya, ku gesekkan kemaluanku dengan kemaluannya lalu aku berdiri setelah ku pastikan kemaluannya yang berdiri. Segera ku berjalan dan mengambil sebuah benang gelasan yang ada di dalam tas. Pak Broto menjerit ketika ku lilitkan benang gelasan itu pada kemaluannya dan ku tarik perlahan..

  Aku tertawa, puas sekali, sementara Pak Broto berteriak namun tidak bisa lepas karena bola golf yang ku letakkan di mulutnya. Kemaluarnya terputus. Darah menyembur ke wajahku dengan sangat kencang. Aku tertawa dan aku jilati darah yang keluar mengental itu. kulihat wajah Broto sudah pucat, sepertinya aku harus membuka siapa aku sebenarnya sekarang. Aku kembali mengambil sebuah foto ukuran saku ku dan menunjukan foto itu kepadanya, Pak Broto terkejut.

“sekarang mereka pasti sedang tertawa dengan keadaanmu Broto!” kataku.

  Pak Broto seperti tidak habis pikir, ia menggelengkan kepalanya sambil tetap mencoba berteriak. Aku mengambil pisau daging, pisau ini terlihat sangat tajam sekali. Sangat tajam dan pantas untuk membelah perut Broto yang penuh dengan alcohol itu. ku tempelkan segera pisau itu ke wajahnya, ku gores sedikit pipinya itu. lalu sesegera mungkin ku tikam dadanya.

  Pukul 13.13, Pak Broto sekarang sedang sekarat dengan pisau daging yang menempel di dadanya. Matanya mendelik, aku tetap suka ia ketika ia sudah lagi tak bernyawa. Maka ku putuskan untuk mengambil sebuah obeng. Ku tusuk mata nya dari samping hingga matanya keluar. HAHAHA aku sangat bahagia saat ini. Mempreteli tubuh musuh orang tuaku yang lebih dulu di ambil nyawanya oleh dia!

  Sekarang aku akan preteli tubuhmu dan ku serahkan pada Orang tuaku di pemakaman, seketika ku cabut pisau daging itu dari dadanya, darah mengalir kencang sekali, ku belah tangan dan kakinya hingga terpisa dari badan, isi perutnya pun ku keluarkan dank u taruh ke dalam sebuah trash bag besar berwarna hitam. Ku masukkan bagian-bagian tubuhnya ke dalam koper lalu ku kenakan bajuku, sesegera mungkin aku pergi dari motel itu tanpa sepengetahuan siapapun

Aku membawa nya ke pemakaman ibuku di daerah Mother Hills, saat itu pula aku berlutut menangis bak pahlawan yang habis bertarung. Aku mengeluarkan bagian-bagian tubuh Pak Broto di depan makam Orang tuaku.

“ini pembalasan untuk kalian yang sudah lama Rena siapkan Ma, Pa… sekarang kalian boleh bersenang dan berbahagia, Rena sudah tenang bisa membalaskan semua ini kepada dia untuk Mama dan Papa..

  Duar!! Tiba-tiba aku tersengat. Peluru menghujam punggungku beberapa kali. Aku melihat kea rah tembakan itu. ternyata itu adalah Ferdi, sepertinya dia telah mengikutiku dari kemarin. Aku tahu tatapannya ketika kita bertemu di lobby Motel. 

“Serena..! kamu adalah tersangka dari pembunuhan orang yang tidak bersalah” begitu katanya.

Aku tidak kuat lagi, aku tidak bisa berbicara apa-apa. Aku memejamkan mataku dan tak sadarkan diri.

TAMAT