Contents
Ayam Jantan Berkokok Cinta 41-66
47. Branded Seharga Mobil dan Rumah
"Gue ikut makan jadi gue juga akan mencuci piring-piringnya!" kata Sofi.
"Cih!" balas Suci.
***
Suci sedang mencuci piring yang sangat banyak karena acara bohongan Lisita dengan Iip yang menjadi acara nyata dengan Tuan Royal. Saat Suci mencuci piring karena tidak hati-hati sebuah piring menjadi pecah dan suaranya sampai ke halaman belakang di mana Iip dan Sofi lagi berduaan. Iip dan Sofi langsung melihat ke dapur karena mendengar suara itu. Sofi dan Iip mendapati Suci sedang mencuci piring segunung.
Sofi yang sebenarnya hendak pulang diantarkan Iip memutuskan untuk ikut mencuci piring. Suci ogah dibantu Sofi, tapi Sofi tidak peduli dengan penolakan Suci. Sofi melakukannya juga bukan sekedar karena membantu Suci, bukan juga caper ke Iip, tapi dia memang merasa ada rasa tanggung jawab dihatinya untuk ikut mencuci piring-piring itu. Sofi kebiasaan selalu tidak bisa melihat pekerjaan menumpuk. Dia tidak bisa tinggal diam melihat tumpukan piring kotor yang sangat banyak itu.
"Sana ah, jangan ikut-ikutan!" kata Suci. Sofi bergeming dan terus mencuci piring. "Ih caper banget sih, padahal kalau di rumah pasti juga tidak pernah!" kata Suci dengan sinis. Sofi tidak menghiraukan kata-kata Suci. "Minggir minggir minggir!" Suci menciprati Sofi dengan air bercampur sabun.
"Ah!" pekik Sofi karena basah juga karena matanya terkena dan menjadi terasa pedih. Iip menjadi khawatir dengan Sofi.
"Bidadari Neng Geulis Ayu Sofi, sini abdi lihat matanya!" seru Iip cemas sembari mendekat ke Sofi. Iip memegang mata Sofi dan meniup-niupnya. Ini teh kena air sabun bukan kelilipan harus dibasuh damel cai yang banyak!" kata Iip kemudian. Suci tidak senang melihat perhatian Iip ke Sofi.
"Minggir sana, Suci mau kerja ini! Kerjaan Suci banyak ini!" kata Suci.
"Mata Sofi tidak apa-apa kok Kak Iip, cuma terkena sedikit," kata Sofi.
"Henteu pedih?" tanya Iip.
"Iya pedih, tapi tidak apa-apa," kata Sofi. Sofi lalu lanjut mencuci piring.
Suci geregetan Sofi masih saja di situ. Suci menggeser tubuhnya ke arah Sofi sehingga tubuh Sofi tersenggol dan sedikit kehilangan keseimbangan. Iip segera memegangi tubuh Sofi agar tidak jatuh.
"Abdi teh juga mau ikutan cuci piring!" kata Iip yang masuk nyempil ke tengah-tengah mereka. Iip mencuci piring.
Suci menoleh ke Iip dan tersenyum pada Iip. Ia senang mencuci piring di dekat Iip dan dibantu Iip. Ia menjadi semangat mencuci piring-piringnya. Ia yang tadinya mengeluh karena cucian piringnya segunung menjadi bersyukur karena dengan adanya cucian piring menumpuk, Iip jadi ikut mencuci piring bersamanya. Ia pun mencuci sambil senyum-senyum karena di sebelahnya ada Iip yang sedang membantunya. Ia berkali-kali menebar senyuman ke Iip tapi Iip datar saja.
Sofi juga melanjutkan mencuci piring. Ia berdiri di sisi kiri Iip. Ia tidak menyangka Iip laki-laki tapi mau juga mencuci piring.
"Kak Iip, laki-laki kok cuci piring sih?" heran Sofi.
"Bidadari Neng Geulis Ayu Sofi, tangannya nanti kotor dan kasar sebaiknya jangan cuci piring, biar abdi saja!" kata Iip penuh perhatian. Sofi dan Iip saling pandang dan saling tersenyum.
Suci sangat kesal saat melihat hal itu. Ia berpikir bagaimana caranya agar Sofi buruk di mata Iip. Ia akhirnya terpikir juga sesuatu.
"Biasanya perempuan cantik yang mulus pasti tidak pernah menyentuh pekerjaan rumah! Biasanya kerjanya cuma shopping ke mall dan merawat diri! Pasti kalau punya cowok apalagi menikah habis-habisin uang suaminya buat itu semua! Sudah tidak guna karena tidak bisa apa-apa, malah molotin uang!" kata Suci.
Sofi yang memang kesehariannya suka shopping dan merawat diri merasakan sedang disindir. Ia merasa Iip tidak akan suka kepadanya karena hal itu. Apalagi Iip kerjanya hanya seorang sopir yang gajinya pasti pas-pasan dan tidak mungkin memenuhi kebiasaan Sofi. Dalam diri Sofi ia berniat, bertekad akan merubah kebiasaan yang menurut Iip mungkin buruk. Ia akan berusaha meninggalkan dua kesenangannya itu.
"Gue harus bisa melupakan dua hobi gue itu, jika mau bersama dengan Kak Iip!" ujar Sofi dalam hatinya.
"Insya Allah abdi teh bade bekerja keras agar Bidadari Neng Geulis Ayu Sofi bisa shopping dan merawat diri setiap hari. Terus soal pekerjaan rumah biar abdi saja yang mengerjakan, biar Bidadari Neng Geulis Ayu Sofi mboten capek dan badannya tidak rusak!" ujar Iip dengan serius.
"Masya Allah, Kak Iip sampai seperti itu sama Sofi! Sofi tidak boleh melepaskan Kak Iip yang begitu baik sama Sofi! Sofi juga harus percaya sama Kak Iip!" ujar Sofi dalam hatinya.
"Biasanya kalau shopping itu belanjanya pasti yang branded dan yang branded itu harganya bukan lagi mahal tapi muahal! Harga satu tasnya saja bisa buat beli mobil bahkan rumah!" terang Suci.
"Memang tas apa seharga mobil dan rumah, ngaco!" kata Iip.
"Eh tidak percaya, coba sana tanyakan ke Nona Lisita yang barangnya beranded!" kata Suci.
"Emang harga tas seharga mobil dan rumah Bidadari Neng Geulis Ayu Sofi?" tanya Iip ke Sofi.
"Kak Iip tenang saja, Sofi tidak akan meminta tas yang harganya seharga mobil dan rumah kok!" ujar Sofi.
"Berarti bener harganya tas segitu?" tanya Iip memastikan. Sofi mengangguk.
"Mana mungkin tidak kepingin. Biasanya perempuan seperti kamu itu perempuan sosialita. Teman-temannya orkay bergaya mentereng. Malulah kalau tidak punya barang branded!" kata Suci.
"Sofi tidak akan malu kok Kak Iip meskipun tidak punya barang branded!" ujar Sofi.
"Kalaupun tidak malu pasti diomongin orang, diomongin sama teman-temannya, lama-lama pasti dicuekin bebek gak ditemenin!" kata Suci lagi.
"Sofi juga tidak apa-apa kok kehilangan teman-teman yang seperti itu, yang penting Sofi tidak kehilangan Kak Iip!" ujar Sofi.
"Saat pacaran memang bicaranya yang manis manja caper, tapi nanti saat menjalani, pasti nih pasti, mana tahan begitu! Realita, perempuan kayak kamu tidak akan bisa hidup tanpa uang dan gaya hidup yang selangit!" kata Suci.
"Sofi bisa kok Kak Iip, hidup sederhana!" ujar Sofi.
"Halah bicara memang mudah, menjalaninya mana mungkin!" kata Suci.
"Bidadari Neng Geulis Ayu Sofi ini sudah larut malam, nanti Pak Werkudara marah kalau kamu pulang kemalaman. Ayo, abdi antara pulang!" kata Iip.
"Piringnya masih banyak Kak Iip yang kotor!' kata Sofi.
"Biar Suci saja sudah tugas Suci! Tangan Bidadari Neng Geulis Ayu Sofi tidak pantas, eman-eman, mulus-mulus, susah-susah merawat!" kata Iip.
"Sofi tidak masalah, Kak Iip! Sofi sesekali walau tidak sering juga biasa kok cuci piring!" kata Sofi.
"Iya, tapi ini sudah malam, Sayang! Besok pagi saja, kalau Bidadari Neng Geulis Ayu Sofi teh ten sini lagi, terus enten piring kotor maleh, boleh deh Bidadari Neng Geulis Ayu Sofi cucikan!" kata Iip. Sofi tersenyum mengangguk. Iip menawarkan telapak tangannya. Sofi mau meraihnya tapi Iip menarik tangannya lagi. "Salah, tangan abdi masih basah dan licin penuh sabun!" Iip segera mencuci tangan dan mengeringkannya.
"Sofi juga!" Sofi juga mencuci tangan lalu mengeringkannya.
"Mangga!" Iip mengulurkan tangannya lagi. Sofi meraihnya dengan tersenyum senang hati.
"Assalamualaikum, Suci!" pamit Sofi.
"Waalaikumsalam!" jawab Suci dengan terpaksa dan jengkel melihat mereka mesra-mesraan bergandengan tangan.
"Assalamualaikum!" ucap Iip.
"Waalaikumsalam!" jawab Suci.
"Kak Iip, Sofi juga mau pamit sama Tuan Buyung dan Nona Lisita!" ujar Sofi.
"Kalau bade pamit kalian Nona Lisita teh naik ke atas, kamarnya ten atas!" terang Iip.
"Antar Kak!" pinta Sofi.
"Ayo!" Iip menggandeng Sofi naik ke tangga.
Sampai di depan pintu kamar Lisita, Iip mengetuk pintu. Lisita membuka pintu. Ia cukup terkejut dengan yang datang tapi senang.
"Hai, sejoli!" sapa Lisita senang hati.
"Nona!" sapa Sofi.
"Nona Lisita, Bidadari Neng Geulis Ayu Sofi teh pamit bade wangsul!" terang Iip.
"Iya, hati-hati! Rajin-rajin ke sini, biar Iip tidak galau merindu!" kata Lisita.
"Nona Lisita teh tiasa!" kata Iip.
"Hihihihi ... hihihihi!" kekeh Lisita. Sofi tersenyum. "Ya udah buruan antarkan Bidadari kamu, ini sudah malam banget!" kata Lisita.
"Assalamualaikum!" ucap Sofi.
"Waalaikumsalam!" jawab Lisita.
"Assalamualaikum!" ucap Iip.
"Waalaikumsalam!" jawab Lisita.
Setelah itu Iip mengantarkan Sofi ke kamar Tuan Buyung yang ada di bawah. Iip mengetuk pintu kamarnya. Tuan Buyung ke luar.
"Eh, kalian!" kata Tuan Buyung.
"Tuan Buyung, Sofi hoyong pamit wangsul!" kata Iip. Tuan Buyung tersenyum mengangguk.
"Sofi, Iip, kalau hubungan kalian ada masalah dengan Pak Werkudara, nanti saya yang akan mencoba untuk berbicara dengan Pak Werkudara!" ujar Tuan Buyung. Sofi dan Iip terkejut dengan pernyataan itu. Keduanya menjadi saling pandang dengan sedikit ternganga. Keduanya juga saling tersenyum karena senang mendapatkan dukungan dari Tuan Buyung.
"Terima kasih, Tuan Buyung!" ucap Sofi dengan lembut.
"Matur suwun, Tuan Buyung!" ucap Iip dengan semangat.
"Semoga kalian berjodoh dunia akhirat!" doa Tuan Buyung.
"Aamiin!" ucap Iip dan Sofi serempak.
"Waduh bicara saja sudah kompak! Insya Allah kalian benar-benar jodoh!" kata Tuan Buyung.
"Aamiin!" ucap Iip dan Sofi serempak kembali.
"Ya sudah sana pulang, sudah larut ini, nanti tambah dibuat masalah sama Pak Werkudara!" kata Tuan Buyung.
"Assalamualaikum!" Sofi mengatupkan kedua telapak tangannya.
"Wassalamu'alaikum!" jawab Tuan Buyung.
Iip meraih tangan Tuan Buyung dan menciumnya.
"Assalamualaikum!" ucap Iip kemudian.
"Wassalamu'alaikum! Hati-hati!" kata Tuan Buyung.
"Nggeh!" jawab Iip. "Mangga!" Iip menawarkan tangannya kepada Sofi. Sofi tersenyum dan meraihnya. Mereka bergandengan tangan lagi dan segera pergi.
Di perjalanan mereka sama-sama diam, tapi saling mencuri pandang dan melemparkan senyuman. Meskipun hanya diam seperti itu mereka sama-sama merasa senang bisa berdua. Tidak terasa perjalanan mereka berakhir karena sudah sampai di depan rumah Sofi.
"Yah ... sudah sampai!" keluh Sofi karena ia begitu menikmati perjalanan dengan berduaan sederhana dengan Iip.
"Insya Allah besok kita akan atur waktu untuk bertemu lagi dan berdua lagi!" kata Iip. Sofi tersenyum mengangguk. "Em ... Bidadari Neng Geulis Ayu Sofi teh suka ayunan henteu?" tanya Iip kemudian.
"Kenapa Kak Iip tanya Sofi suka ayunan atau tidak?" tanya Sofi balik.
"Tadi sore abdi teh ningali Nona Lisita kalian Tuan Royal mainan ayunan. Nona Lisita yang duduk lan Tuan Royal yang mengayunkan ayunannya. Abdi teh pinggin kayak begitu kalian Bidadari Neng Geulis Ayu Sofi," terang Iip.
"Gue ... em ... Sofi juga ingin seperti itu sama Kak Iip!" ujar Sofi.
"Sama abdi teh pakai lo gue juga tidak apa-apa, Bidadari Neng Geulis Ayu Sofi!" kata Iip.
"Tidak sopan," kata Sofi.
"Henteu masalah, Bidadari Neng Geulis Ayu Sofi. Iip sendiri teh juga bahasanya campur aduk, seperti ini," kata Iip.
"Tidak masalah, yang penting hati Kak Iip buat gue!" ujar Sofi. Iip tersenyum.
"Insya Allah!" ucap Iip.
Pak Werkudara melihat mobil yang berhenti di depan rumahnya. Ia mengenali kalau itu mobilnya bosnya.
"Itukan mobil Tuan Buyung, berarti itu pasti Iip sama Sofi!" Pak Werkudara ke luar menghampiri mereka.
"Sofi!" seru Pak Werkudara. Iip dan Sofi terkejut. Mereka segera turun dari mobil.
"Assalamualaikum!" ucap Iip dan Sofi serempak.
"Wassalamu'alaikum!" jawab Pak Werkudara.
"Ini sudah sangat larut!" kata Pak Werkudara.
"Anu tadi Sofi anu ... anu ...." Iip tergagap lalu disambung Sofi.
"Anu Pa, tadi Sofi diajak makan malam sama Tuan Buyung bersama-sama Nona Lisita dan yang lainnya. Setelah itu Sofi lihat piring kotor di sana segunung jadi Sofi bantuin sebentar. Papa tahu sendiri kalau udah kebiasaan Sofi melihat pekerjaan menumpuk seperti itu jadi pinggin ikutan beresin!" terang Sofi.
"Ya sudah, sudah malam lekas masuk!" kata Pak Werkudara.
"Kak Iip terima kasih sudah mengantarkan Sofi! Sofi masuk dulu! Assalamualaikum!" kata Sofi.
"Waalaikumsalam, selamat bobok cantik dan semoga mimpi indah!" kata Iip.
"Semoga mimpi Kak Iip!" ujar Sofi.
"Alhamdulillah!" ucap Iip lalu terkejut saat menyadari ucapan Sofi. "Hah! Kok mimpi abdi?" Iip menjadi menggaruk rambutnya yang tidak gatal.
"Sudah pulang, segera kembalikan mobilnya Tuan Buyung!" kata Pak Werkudara. Iip meraih tangan kanan Pak Werkudara lalu menciumnya. "Eeeh!" Pak Werkudara menarik tangan kanannya itu.
"Assalamualaikum!" ucap Iip.
"Waalaikumsalam!" jawab Pak Werkudara.
Iip segera naik ke mobil. Setelah menyalakan mesin, ia menebarkan senyuman ke Pak Werkudara baru melajukan mobilnya. Setelah mobil Iip jauh Pak Werkudara baru masuk ke dalam rumah.
Di sepanjang perjalanan pulang Iip memikirkan barang-barang branded.
"Abdi kepingin membelikan Bidadari Neng Geulis Ayu Sofi barang branded yang seharga mobil dan rumah iku! Kalau bisa jangan hanya tas! Dari ujung rambut sampai ke ujung kaki, dalaman pun kalau ada yang seharga itu, semuanyalah! Kalau diizinkan, kalau diberi, sama Yang Maha Kaya, yo pasti abdi iso beli! Barang murah sepele kalau tidak diizinkan punya sama Yang Maha Kuasa ya tidak nduwe!" ujarnya. "Nabung! Nabung!" ujarnya kemudian.
Malam sudah tengah malam. Semua orang di rumah Tuan Buyung dan Pak Werkudara sudah tidur. Pak Werkudara juga sudah tidur dan ia malah yang mimpi Iip.
***