Try new experience
with our app

INSTALL

Ayam Jantan Berkokok Cinta 41-66 

41. Lisita Tuan Royal Engagement

Sofi menghadiri acara engagement Lisita dengan Iip untuk memastikan kebenaran acara engagement itu. Ia melihat kenyataannya benar, tempat telah tertata dan tamu-tamu telah datang, tinggal tunggu acaranya berlangsung saja. Pada saat itu Werkudara Bumi Legawa melihat kehadirannya. Ayam jantan Iip itu berkokok karena melihatnya kemudian menghampirinya. Sofi yang biasanya takut dengan ayam itu, kali ini tidak takut. Ia berjongkong dan membelai lembut ayam itu dari kepalanya hingga punggungnya, sembari ia curhat mengenai Iip dan menunjukkan air mata kesedihannya kepada ayam jantan itu.


 

Sementara itu Tuan Royal yang sedang membahas bisnis dengan Tuan Buyung dan Pak Werkudara pikirannya melayang ke acara engagementnya Lisita dengan Iip.


 

"Tuan Royal! Tuan Royal!" seru Tuan Buyung saat menyadari Tuan Royal melamun tidak konsentrasi membahas bisnis.


 

"Maaf!Maaf!" ucap Tuan Royal merasa tidak enak.


 

"Ada apa, sepertinya Anda sedang ada masalah, Tuan Royal?" tanya Tuan Buyung. Tuan Royal bingung mau menjawab bagaimana, mau menjawab apa. Pada saat itu ia menyadari Tuan Buyung sedang ada bersamanya untuk rapat.


 

"Loh, Tuan Buyung kok malah rapat ya bersama saya ya?" heran Tuan Royal.


 

"Maksudnya Tuan Royal? Kitakan memang sudah janjian!" kata Tuan Buyung heran dan aneh dengan pertanyaan Tuan Royal.


 

"Tuan Buyung hari inikan sedang ada acara keluarga di rumah Anda, Lisita dan Iip kan ....," Tuan Royal tidak sanggup melanjutkan perkataannya karena ia tidak akan bisa menahan kesedihannya jika terucap.


 

"Oh iya, Lisita dengan teman-temannya yang entah dari mana tamu-tamu itu sejak kemarin datang. Hari ini banyak makanan. Mari Tuan Royal dan Pak Werkudara ke rumah saya sekarang juga!" ajak Tuan Buyung. Tuan Royal dan Pak Werkudara mengangguk setuju. Tuan Royal sesungguhnya ragu apakah ia akan melihat semuanya.


 

Sesampainya di depan kantor, Iip dan mobil Tuan Buyung tidak ada.


 

"Waduh sepertinya Iip sudah ke sana untuk mengikuti acaranya Lisita!" kata Tuan Buyung.


 

"Naik mobil saya saja, Tuan!" ajak Pak Werkudara.


 

"Naik ke mobil saya juga bisa!" tawar Tuan Royal. Tuan Buyung bingung memilih.


 

"Saya bingung nih mau nebeng siapa ini! Em ... baiklah saya nebeng Anda saja, Tuan Royal!" kata Tuan Buyung.


 

"Mari silakan!" kata Tuan Royal mempersilakan.


 

Iip Setiawan telah siap dengan pakaian setelan jas coklat mocca milik Tuan Buyung. Lisita juga telah siap dengan gaun simpel emerald green.


 

"Assalamualaikum! Selamat pagi menjelang siang! Terima kasih atas kehadiran dari seluruh keluarga Iip dan juga tamu-tamu undangan dalam acara engagementnya Lisita dan Iip!" kata salah satu warga yang dibayar Lisita untuk berakting menjadi pembawa acara. "Sebelum acara tukar cincin dimulai mari kita dengarkan dahulu sebuah lagu sebagai pembuka dan sekaligus akan mengiringi kehadiran sejoli untuk bertukar cincin mengikat janji bahwa mereka akan menjadi pasangan nantinya di saat yang tepat!" kata pembawa acara gadungan itu.


 

Terdengar suara musik mengalun riang.


 

Kulihat di sana ada cinta yang hadir tawa yang hadir.

Kulihat di sana cinta yang indah anugerah terindah.

Kujuga inginkan dan kau telah hadir kau yang hadir.


 

Muncul Lisita dan Iip dari arah berbeda masuk ke tengah-tengah para tamu undangan. Sofi berdiri melihat mereka sembari menahan sakit yang teramat dalam di dalam kalbunya.


 

Kujuga inginkan dan kau terindah anugerah terindah.


 

Dan aku ....


 

Kuingin selalu ada di sini di dalam pelukmu hoo ... Cinta

Kuingin selalu ada di sini di dalam benakmu hoo ... Cinta

Kuingin selalu ada di sini di dalam hatimu hoo ... Cinta


 

Cinta tetap Dia yang satu

Dia yang telah menyatukan kita

Dia yang telah menghadirkan cita kita


 

Oohoo ....

Duruduu ....


 

Saat lagu selesai dinyanyikan mereka telah berdekatan. Semua penonton bertepuk tangan.


 

"Baiklah para hadirin, sejoli kita sudah siap untuk saling memakaikan cincin pengikat sementara! Berikan tepuk tangan dahulu sebelumnya!" seru pembawa acaranya. Semuanya bertepuk tangan.


 

Pada saat itu Tuan Royal, Tuan Buyung, dan Pak Werkudara telah sampai dan mereka masuk mengikuti tanda panah tulisan petunjuk lokasi acara. Ketiganya langsung menuju ke halaman belakang lewat samping rumah sesuai petunjuk itu.


 

"Silakan pasangkan cincin ke Nona Lisita terlebih dahulu baru setelah itu giliran Nona Lisita memasangkan cincin kepada Iip!" kata pembawa acaranya memandu.


 

Iip segera mengeluarkan cincin dari saku celananya yang di beli Lisita lalu memasangkan ke jari manis Lisita. Cukup melihat hal itu Lexio pergi dengan wajah kesal. Pada saat itu Tuan Royal, Tuan Buyung, dan Pak Werkudara sudah ada tepat di lokasi itu dan melihat semuanya itu. Tuan Buyung terbelalak garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Pak Werkudara juga terbelalak. Ia melihat ke Iip lalu melihat kehadiran Sofi Margareta putrinya. Pak Werkudara melihat putrinya tampak sangat sedih. Tuan Royal tidak terkejut sama sekali karena ia yang membuat undangannya.


 

Lisita merasakan kelegaan di hatinya saat melihat Lexio pergi. Setelah itu Lisita mengambil cincin Tuan Buyung yang ia titipkan kepada pembawa acara. Lisita memakaikan cincin papanya itu ke jari tengah Iip karena kebesaran. Semuanya bertepuk tangan. Lexio menengok sejenak sebelum benar-benar pergi. Kemudian ia benar-benar pergi dari tempat itu.


 

"Kak Iip!" seru Sofi Margareta.


 

"Sofi!" seru Iip terkejut melihat kehadiran Sofi. Sofi menatap kecewa kepada Iip lalu ia pergi dari tempat itu dengan berlari.


 

"Yes, sukses!" batin Suci senang penuh kemenangan yang nyata. Sofi dan Iip sudah pasti end dengan kejadian pura-pura itu pikirnya.


 

"Kejar Sofi, Iip!" seru Lisita.


 

"Lain kali saja, abdi akan jelaskan kepada Sofi, percuma kalau sekarang!" kata Iip.


 

"Tapi, Iip!" kata Lisita.


 

"Tenang, Nona Bidadari Lisita, kalau memang jodoh tidak akan ke mana! Insya Allah, Iip yakin itu!" ujar Iip.


 

"Aduh maaf ya Iip, semua gara-gara saya! Saya terima kasih banget, rencana kita sukses, dia sudah pergi!" kata Lisita.


 

"Alhamdulillah, semoga teh, Nona Bidadari Lisita tidak diganggu lagi oleh Dil Codil Codil itu!" kata Iip.


 

"Aamiin!" ucap Lisita. "Oke semuanya terima kasih! Acting kalian bagus banget! Sesuai janji saya perorang akan mendapatkan dua juta! Ayo Suci kamu baris dan ajak tetangga-tetangga kamu baris! Akan saya bagikan uangnya!" seru Lisita. Semua segera berbaris rapi dan Suci paling depan dong karena ia yang paling tidak sabar ingin mendapatkan uang itu. Lisita segera membagikan hak mereka sesuai janjinya.


 

Tuan Buyung, Pak Werkudara ternganga terbelalak lebih-lebih lagi dari pada sebelumnya. Tuan Royal sekarang juga terbelalak ternganga mendapati semuanya hanya akting belaka.


 

"Nona Bidadari Lisita, terus piye makanannya banyak?" tanya Iip.


 

"Ya dimakan dong Iip! Merekakan juga belum pada makan!" kata Lisita. "Ayo semua kalau sudah dapat uang jangan pulang dulu ya, makan dulu! Mubazir nanti kalau tidak dimakan!" seru Lisita. Mereka pun menurut dan memakan masakan mereka sendiri.


 

"Eh itu enten Tuan Buyung, Pak Werkudara kalian Tuan Royal!" seru Iip.


 

"Wah kebetulan, ayo Pa makan! Tuan Royal, Pak Werkudara, silakan!" seru Lisita. Ketiganya sadar dari terpaku terheran-heran.


 

"Ya sudah mumpung banyak makanan, mari makan Pak Werkudara, Tuan Royal!" kata Tuan Buyung mempersilakan. Ketiganya pun ikut makan-makan.


 

Lisita duduk sembari melihat cincin yang ada di jari manisnya. Ia terpikir sesuatu sambil senyum-senyum sendiri. Ia kemudian melihat ke arah Tuan Royal yang sedang semangat makan.


 

Tuan Royal sedang semangat makan selain karena masakannya enak juga karena ia mendapati kenyataan yang manis sekali, yaitu jika ternyata semua acara itu hanya pura-pura, rupa-rupa, paru-paru. Tuan Royal sampai makan sambil senyum-senyum sendiri berasa ingin tertawa.


 

"Lisita kamu tidak makan, Sayang?" tanya Tuan Buyung.


 

"Nanti, Pa!" jawab Lisita.


 

"Enak makan bareng-bareng beginilah, Sayang!" kata Tuan Buyung.


 

"Nanti, Pa! Lisita maunya makan disuapin sama Tuan Royal!" ujar Lisita. Tuan Buyung terkejut. Tuan Royal sampai tersedak. Tuan Buyung memandang ke Tuan Royal.


 

"Maafkan putri saya, Tuan Royal!" ucap Tuan Buyung merasa tidak enak sama Tuan Royal apalagi Tuan Royal sampai tersedak.


 

"Tidak apa-apa, Tuan Buyung!" jawab Tuan Royal dengan tersenyum.


 

"Tuan Royal, tolong pasangkan cincin ini di jari manis saya!" pinta Lisita menunjukkan cincin yang sudah terpasang di jari manisnya.


 

"Lisita, apa-apaan kamu, Sayang?! Cincinnya juga sudah terpasang di jari manis kamu!" marah Tuan Buyung dan merasa semakin tidak enak dengan Tuan Royal.


 

Lisita melepaskan cincin itu dari jari manisnya lalu menghapiri Tuan Royal.


 

"Katanya mau melamar saya? Sekarang saja pakai cincin ini, tapi nanti Tuan Royal ganti uang saya! Kalau Tuan Royal memang serius sih sama saya!" kata Lisita.


 

"Lisita!" bentak Tuan Buyung.


 

"Tolong jangan marah Tuan Buyung, saya memang serius!" kata Tuan Royal. Tuan Royal segera berhenti makan dan minum lalu membersihkan mulut dan tangannya dengan tisu-tisu.


 

"Tuan Buyung, jika Tuan Buyung izinkan dan restui!" kata Tuan Royal sembari mengambil cincin dari tangan Lisita. Tuan Buyung menatap Tuan Royal lalu menatap ke putrinya. Tuan Buyung menghela napas besar lalu tersenyum mengangguk. Tuan Royal dan Lisita tersenyum. Tuan Royal memasangkan cincin itu kembali ke jari manis Lisita. Tuan Royal memasangkan sembari memandang jari manis Lisita dan menatap mata Lisita bergantian berulang.


 

"Alhamdulillah ... yeah! Hore ... hore!" seru Iip bertepuk tangan.


 

"Yeah ... jadi beneran acara engagementnya!" seru Suci ikut bertepuk tangan.


 

Tuan Buyung juga bertepuk tangan ikut senang dan bahagia. Pak Werkudara ikutan bertepuk tangan. Semua warga kampung extras bayaran menaruh makanan mereka di pangkuan mereka lalu ikut bertepuk tangan.


 

"Alhamdulillah!" ucap Tuan Buyung.


 

"Alhamdulillah!" ucap Tuan Royal dan Lisita bersamaan.


 

"Jangan lupa nanti ganti uang cincinnya!" kata Lisita mengingatkan.


 

"Insya Allah kalau tidak lupa!" kata Tuan Royal.


 

"Ya, jangan lupalah! Pokoknya Lisita akan ingatkan terus!" ujar Lisita. Tuan Royal tersenyum.


 

"Tuan Royal sudah selesai makannya?" tanya Lisita kemudian.


 

"Hm ... ya sudah kenyang, sudah selesai!" jawab Tuan Royal.


 

"Kalau begitu suapi!" pinta Lisita.


 

"Lisita!" bentak Tuan Buyung. Lisita memanyunkan bibirnya.


 

"Biarkan saja, Tuan Buyung! Saya malah senang sekali kok!" kata Tuan Royal. Lisita tersenyum. "Ayo, kamu pilih makanan mana yang kamu suka, saya yang akan ambilkan, dan menyuapi kamu!" kata Tuan Royal. Lisita mengangguk dan bergelayut di lengan Tuan Royal. Mereka menuju ke tempat prasmanan di tata. Tuan Buyung hanya geleng-geleng melihatnya.


 

Iip, Suci, dan semuanya lanjut makan.


 

"Ini sepertinya makanannya masih banyak! Sepertinya kamu masaknya porsinya kebanyakan!" kata Tuan Buyung yang ikut ke tempat prasmanan dan memeriksa makanannya.


 

"Memang Lisita bikin untuk seribu tamu, Pa!" terang Lisita.


 

"Apa?!" Tuan Royal dan Tuan Buyung bersamaan terkejut.


 

"Kan bisa dibagi-bagi buat dibawa pulang semua yang hadir, Pa! Mereka ada lima puluh orang Pa!" terang Lisita.


 

"Sisanya masih akan banyak!" perhitungan Tuan Buyung.


 

"Ya kalau masih lebih kan lumayan bisa dibagikan ke fakir miskin, tetangga sekitar, atau orang-orang di jalanan yang kelaparan, Pa!" ide Lisita.


 

"Ya okelah, anggap sebagai syukuran atas engagementnya kalian berdua!" kata Tuan Buyung.


 

"Yeah ... terima kasih, Pa!" seru gembira Lisita.


 

Ayam Iip yang tidak dikurung saat acara dan berkeliaran di halaman belakang itu mengepakkan sayapnya lalu berkokok.


 

"Kukurikuuuuk ... kukurikuuuuk ... kukurikuuuuk ... kukurikuuuuk!"